Peta Kerajaan-kerajaan di Timor
Sumber: Digital Atlas of Indonesian History, by Robert Cribb.
Peta ini memperlihatkan kerajaan2 di Timor Barat dan juga keliuraian di kawasan Timor Leste. Peta ini juga memperlihatkan bahwa kolonialisme telah membelah Pulau Timor menjadi dua.
Tempatnya penggemar Sejarah, Sains, Astrologi, Teknologi, dan Metafisika
Senin, 16 Mei 2011
Kamis, 17 Maret 2011
Revisi Kronologi Kerajaan Tanah Jawa
Revisi Kronologi Kerajaan Tanah Jawa
Ivan Taniputera (17 Maret 2011)
Pendahuluan
Tulisan ini bermaksud membuat gambaran kronologi kerajaan Tanah Jawa beserta tahun-tahunnya. Acuannya adalah silsilah yang dibuat oleh EONE (sinagaeone.blogspot.com). Sebagai perhitungan, satu generasi masing-masing-masing akan dihitung 30 dan 50 tahun. Apabila dalam satu generasi terdapat tiga tokoh yang memerintah, maka akan dibagi tiga. Jadi bila dipergunakan 30 tahun, masing-masing dihitung 10 tahun. Apabila dipergunakan 50 tahun, masing-masing akan dihitung kurang lebih 17 tahun. Tentu saja penentuan kronologi seperti ini hanya perkiraan saja, demi menghitung kapan kira-kira usia suatu kerajaan. Penentuan seperti ini memang hendaknya diverifikasi oleh bukti arkeologis jika ada. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon masukan dari berbagai pihak.
CATATAN: Kerajaan Tanah Jawa ini merupakan salah satu kerajaan di Tanah Simalungun.
1.Tuan Sanggah Goraha, Raja Maligas, dan Podangrani
Tuan Sanggah Goraha merupakan pemangku kerajaan, karena putera Raja Maligas belum dewasa. Beliau memerintah (1907-1912). Bersama dengan Raja Maligas dan Podangrani, Beliau merupakan generasi ke-7 penguasa Tanah Jawa. Oleh karena itu:
Berdasarkan perhitungan satu generasi 30 tahun.
Raja Maligas diperkirakan memerintah 1897-1907 (10 tahun).
Raja Podangrani diperkirakan memerintah 1887-1897 (10 tahun).
Berdasarkan perhitungan satu generasi 50 tahun.
Raja Maligas diperkirakan memerintah 1890-1907 (17 tahun).
Raja Podangrani diperkirakan memerintah 1873-1890 (17 tahun).
2.Raja Timbul
Merupakan ayah Raja Maligas (Harpanaluan) dan Podangrani. Beliau diperkirakan memerintah 1857-1887 (30 tahun) atau 1823-1873 (50 tahun).
3.Raja Usul dan Jintanari
Raja Jintanari merupakan ayah Raja Timbul. Beliau merupakan saudara Raja Usul dan sama-sama berada di generasi kelima. Oleh karena itu pemerintahan mereka diperkirakan sebagai berikut (karena ada dua, maka masing-masing dibagi 15 dan 25 tahun):
Berdasarkan perhitungan satu generasi 30 tahun
Raja Jintanari memerintah sekitar 1842-1857 (15 tahun).
Raja Usul memerintah sekitar 1827-1842 (15 tahun).
Berdasarkan perhitungan satu generasi 50 tahun
Raja Jintanari memerintah sekitar 1798-1823 (25 tahun).
Raja Usul memerintah sekitar 1773-1798 (25 tahun).
4.Raja Sorgahari, Jontabulan, Sorgalawan, dan Muharaja
Raja Sorgahari merupakan ayah Raja Usul dan Raja Jintanari. Berdasarkan metoda perhitungan ini, kurun waktu mereka dapat ditentukan sebagai berikut:
Sorgahari (kurang lebih 1797-1827-30 tahun) atau (kurang lebih 1723-1773 - 50 tahun).
Jontabulan (kurang lebih 1767-1797-30 tahun) atau (kurang lebih 1673-1723 - 50 tahun).
Sorgalawan (kurang lebih 1737-1767-30 tahun) atau (kurang lebih 1623-1673-50 tahun).
Muharaja (kurang lebih 1707-1737-30 tahun) atau (kurang lebih 1573-1623-50 tahun).
5.Kesimpulan
Dalam hal ini, nampaknya kronologi 50 tahun lebih masuk akal, karena menurut buku Sejarah Batak karya Batara Sangti, penggulingan Raja Sitanggang dipengaruhi oleh Aceh. Pada abad ke-16, memang Aceh sedang meluaskan pengaruhnya. Oleh karena itu, berkuasanya Kerajaan Tanah Jawa boleh dianggap berkuasa sekitar abad ke-16.
Ivan Taniputera (17 Maret 2011)
Pendahuluan
Tulisan ini bermaksud membuat gambaran kronologi kerajaan Tanah Jawa beserta tahun-tahunnya. Acuannya adalah silsilah yang dibuat oleh EONE (sinagaeone.blogspot.com). Sebagai perhitungan, satu generasi masing-masing-masing akan dihitung 30 dan 50 tahun. Apabila dalam satu generasi terdapat tiga tokoh yang memerintah, maka akan dibagi tiga. Jadi bila dipergunakan 30 tahun, masing-masing dihitung 10 tahun. Apabila dipergunakan 50 tahun, masing-masing akan dihitung kurang lebih 17 tahun. Tentu saja penentuan kronologi seperti ini hanya perkiraan saja, demi menghitung kapan kira-kira usia suatu kerajaan. Penentuan seperti ini memang hendaknya diverifikasi oleh bukti arkeologis jika ada. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon masukan dari berbagai pihak.
CATATAN: Kerajaan Tanah Jawa ini merupakan salah satu kerajaan di Tanah Simalungun.
1.Tuan Sanggah Goraha, Raja Maligas, dan Podangrani
Tuan Sanggah Goraha merupakan pemangku kerajaan, karena putera Raja Maligas belum dewasa. Beliau memerintah (1907-1912). Bersama dengan Raja Maligas dan Podangrani, Beliau merupakan generasi ke-7 penguasa Tanah Jawa. Oleh karena itu:
Berdasarkan perhitungan satu generasi 30 tahun.
Raja Maligas diperkirakan memerintah 1897-1907 (10 tahun).
Raja Podangrani diperkirakan memerintah 1887-1897 (10 tahun).
Berdasarkan perhitungan satu generasi 50 tahun.
Raja Maligas diperkirakan memerintah 1890-1907 (17 tahun).
Raja Podangrani diperkirakan memerintah 1873-1890 (17 tahun).
2.Raja Timbul
Merupakan ayah Raja Maligas (Harpanaluan) dan Podangrani. Beliau diperkirakan memerintah 1857-1887 (30 tahun) atau 1823-1873 (50 tahun).
3.Raja Usul dan Jintanari
Raja Jintanari merupakan ayah Raja Timbul. Beliau merupakan saudara Raja Usul dan sama-sama berada di generasi kelima. Oleh karena itu pemerintahan mereka diperkirakan sebagai berikut (karena ada dua, maka masing-masing dibagi 15 dan 25 tahun):
Berdasarkan perhitungan satu generasi 30 tahun
Raja Jintanari memerintah sekitar 1842-1857 (15 tahun).
Raja Usul memerintah sekitar 1827-1842 (15 tahun).
Berdasarkan perhitungan satu generasi 50 tahun
Raja Jintanari memerintah sekitar 1798-1823 (25 tahun).
Raja Usul memerintah sekitar 1773-1798 (25 tahun).
4.Raja Sorgahari, Jontabulan, Sorgalawan, dan Muharaja
Raja Sorgahari merupakan ayah Raja Usul dan Raja Jintanari. Berdasarkan metoda perhitungan ini, kurun waktu mereka dapat ditentukan sebagai berikut:
Sorgahari (kurang lebih 1797-1827-30 tahun) atau (kurang lebih 1723-1773 - 50 tahun).
Jontabulan (kurang lebih 1767-1797-30 tahun) atau (kurang lebih 1673-1723 - 50 tahun).
Sorgalawan (kurang lebih 1737-1767-30 tahun) atau (kurang lebih 1623-1673-50 tahun).
Muharaja (kurang lebih 1707-1737-30 tahun) atau (kurang lebih 1573-1623-50 tahun).
5.Kesimpulan
Dalam hal ini, nampaknya kronologi 50 tahun lebih masuk akal, karena menurut buku Sejarah Batak karya Batara Sangti, penggulingan Raja Sitanggang dipengaruhi oleh Aceh. Pada abad ke-16, memang Aceh sedang meluaskan pengaruhnya. Oleh karena itu, berkuasanya Kerajaan Tanah Jawa boleh dianggap berkuasa sekitar abad ke-16.
Senin, 07 Maret 2011
Diskusi Sejarah Simalungun
Diskusi Sejarah Simalungun
Ivan Taniputera (1 Maret 2011)
Sejarah kerajaan-kerajaan di Simalungun sangatlah menarik. Oleh karena itu, saya bermaksud mendiskusikannya secara lebih terperinci pada kesempatan kali ini. Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Parlindungan Damanik, Bapak Masrul Purba Dasuha, dan Bapak Dori Girsang atas bantuan literatur-literatur berharga yang memungkinkan terciptanya tulisan ini.
1.Kerajaan Nagur (500-1290)
Banyak buku sejarah yang mengawali sejarah Simalungun dengan mengulas mengenai Kerajaan Nagur, yang dikatakan berdiri di tahun 500. Apabila benar berdiri pada tahun 500 hingga 1290, tentu kerajaan ini berdiri hampir bersamaan dengan Sriwijaya. Sayangnya, buku Sejarah Nasional Indonesia belum banyak membahas mengenai kerajaan ini. Keberadaan kerajaan ini padahal memang tercatat dalam beberapa sumber sejarah, seperti Marcopolo, Buzurug bin Syahriar (Persia), Ferdinand Mendez Pinto (Portugis), berita China, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang ada dengan sejarah Nagur adalah minimnya informasi mengenai sejarah kerajaan tersebut. Nama raja Nagur yang diketahui hanyalah Marahsilu atau Sorotilu, yang tak lain dan tak bukan adalah raja Nagur terakhir. Siapakah pendiri Kerajaan Nagur dan bagaimana pendiriannya tidaklah diketahui dan masih berada dalam bayang-bayang sejarah. Hal ini tentunya merupakan pekerjaan rumah bagi para sejarawan dan penggalian arkeologis di masa mendatang. Diharapkan penelitian lebih lanjut akan sanggup mengungkapkan lebih banyak mengenai Nagur.
Apabila Kerajaan Nagur eksis antara 500-1290 dan satu generasi diperkirakan 30 tahun, maka sekurangnya telah ada 26 generasi yang memerintah Nagur. Mengungkapkan raja-raja ini satu persatu tentulah merupakan pekerjaan yang berat. Apakah nama-nama raja Nagur akan selamanya berada dalam bayang-bayang kegelapan sejarah?
Nagur disamakan dengan Negeri Parpandanan Na Bolak, sebagaimana yang terdapat dalam buku Sejarah Simalungun, karya D. Kenan Purba SH. & Drs. J.D. Purba. Meskipun demikian di dalam wiracarita yang luar biasa tersebut banyak dibumbui oleh hal-hal yang berbau mitos.
2.Akhir Kerajaan Nagur
Terdapat berbagai sumber yang menjelaskan mengenai akhir Kerajaan Nagur.
a.Marahsilu, raja Nagur terakhir, masuk agama Islam dan menjadi sultan pertama Samudera Pasai (dengan gelar Sultan Malik al Saleh). Jika demikian, dapat disimpulkan bahwa Samudera Pasai merupakan penerus Nagur. Sumber: Jalannya Hukum Adat Simalungun, halaman 33. Masih menurut buku yang sama, raja-raja Nagur bermarga Damanik Nagur.
b.Sumber lain menyebutkan bahwa Tuan Si Pinang Sori, pendiri Kerajaan Raya menikah dengan puteri raja Nagur (Bou Nagur)-lihat Jalannya Hukum Adat Simalungun, halaman 33. Padahal dari Tuan Si Pinang Sori hingga raja terakhir, (Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging hanya dianggap sebagai pemangku raja saja) terdapat 16 generasi. Jadi kurang lebih 480 tahun. Oleh karena itu, Kerajaan Nagur tidak boleh dianggap benar-benar berakhir pada abad ke-13. Yang dimaksud Nagur di sini tentunya adalah kerajaan penerus Nagur.
c.Nagur diteruskan dan beralih nama menjadi Nagur Bolag Silou, yang merupakan negara konfederasi. Oleh pengaruh Aceh konfederasi ini dipecah menjadi empat kerajaan yang merdeka, yakni Silou, Panei, Siantar, dan Batangiou (kelak menjadi Tano Jau atau Tanah Jawa)-sumber: Kerajaan Silou: Historiae Politica, halaman 1).
d.Nagur terbagi menjadi lima, yakni
(i)Silou yang kemudian menjadi Dolok Silou.
(ii)Kerajaan Raya Kahean (marga Saragih); kemudian terbagi menjadi Panei (marga Purba) dan Raya (marga Saragih Garingging).
(iii)Kerajaan Jumorlang, kemudian menjadi Kerajaan Siattar (Siantar) yang bermarga Damanik.
(iv)Kerajaan Hoyong Hataran, bekas Kerajaan Batangiou, yang bermarga Sinaga.
(iv)Kerajaan-kerajaan Pardabbanan, yang kelak menjadi wilayah Kesultanan Asahan dan Kota Pinang.
CATATAN: Jumorlang ini sebenarnya lebih tepat disebut partuanon yang menjadi bagian Nagur (lihat Sejarah Simalungun, karya D. Kenan Purba dan Drs. J.D. Purba, halaman 29).
e.Menurut buku Sejarah Simalungun, buah karya D. Kenan Purba, SH. dan Drs. J.D. Poerba, halaman 5, disebutkan bahwa Kerajaan Nagur berakhir tahun 1367. Dalam buku yang sama dijelaskan bahwa menjelang permulaan abad ke-13 Nagur mulai merosot kekuasaannya (halaman 16). Nagur terlibat perselisihan dengan Samudra Pasai, yang rajanya merupakan menantu raja Nagur. Sang Ni Alam (Malikul Saleh) menikah dengan Sang Mainim, puteri Sang Ma Jadi, raja Nagur. Data ini tentunya bertentangan dengan poin 2.a di atas, karena Sultan Malikul Saleh bukanlah raja Nagur melainkan menantunya saja. Pada tahun 1295 disebutkan bahwa wilayah Nagur telah makin mengecil, karena rajanya hobi bermain catur (halaman 17). Di sebelah barat Nagur mulai berdiri kerajaan Lingga, yang wilayahnya terhampar luas dari Tanah Karo hingga Gayo/ Alas di Aceh.
Pada tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singasari mengirimkan ekspedisi Pamalayu guna menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatera. Guna mengamankan hasil ekspedisi tersebut dikirim pasukan Singasari di bawah pimpinan Indrawarman ke Dharmasraya di Jambi. Terjadi peralihan dan perebutan di Jawa yang akhirnya memunculkan Majapahit. Indrawarman tidak mau tunduk lagi pada Majapahit dan mendirikan Kerajaan Silou pada tahun 1295. Dengan demikian, di bekas wilayah kerajaan Nagur ini telah berdiri empat kerajaan, yakni Nagur sendiri, Samudera Pasai, Harou, dan Silou.
Pada tahun 1357 berdiri lagi kerajaan Batangiou, yang menurut legenda berasal dari putera raja yang dibuang karena berdasarkan ramalan ia akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan.
Pada tahun 1367 terbentuk federasi kerajaan yang bernama Batak Timur Raja (lihat halaman 23), yang beranggotakan: Nagur, Silou, Batangiou, dan Harou. Inilah yang disebut Raja Na Opat fase pertama. Belakangan, kedudukan Harou tidak lagi dimasukkan dalam Raja Na Opat, karena telah menganut agama Islam.
3.Kerajaan Sitanggang
Berbeda dengan sumber-sumber di atas, buku Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut, halaman 138, menyebutkan lagi mengenai keberadaan Kerajaan Sitanggang di samping Nagur. Jadi pada mulanya di Simalungun selain Kerajaan Nagur terdapat pula Kerajaan Sitanggang. Sumber lain menyatakan bahwa Sitanggang ini ada kaitannya dengan Kerajaan Tanah Jawa yang berdiri belakangan.
4.Diskusi Sementara
Setelah mencermati data-data di atas, nampak sekali bahwa merekonstruksi sejarah awal Tanah Simalungun sangatlah rumit dan laksana menyatukan kepingan-kepingan puzzle, yang bahkan nampaknya tidak bersesuaian satu sama lain. Pertanyaan pertama adalah, apakah Nagur merupakan satu-satunya kerajaan awal di Simalungun? Jika benar ada Kerajaan Sitanggang di samping Nagur yang kelak menjadi Kerajaan Batangiou, lalu Hoyong Hataran, dan akhirnya Tanah Jawa, maka tidak benar bahwa Nagur telah terpecah menjadi salah satunya Batangiou, karena kerajaan itu eksis bersamaan.
Kedua, kerajaan-kerajaan pecahan Nagur di poin 2b dan 2c tidaklah sepenuhnya sama. Kita akan mencoba mediskusikan tentang Kerajaan Panei terlebih dahulu.
5.Kerajaan Panei
Leluhur Panei konon adalah putera bungsu yang tidak disebutkan namanya berasal dari kampung Suba Nabolak (lihat Sejarah Batak, halaman 172). Ia tidak puas dengan kakaknya dan pergi merantau, yakni ke arah Timur. Ia lalu tiba di kampung atau dusun raja nagur dekat Pematang Pane saat ini. Jadi berdasarkan informasi ini, pendirian kerajaan Pane saat Nagur masih eksis. Apakah pendirikannya juga ditempatkan di abad ke-13? Masih menurut Sejarah Batak, raja Panai kedua bergelar Marsita Juri atau Parhuda Sitanjur dan ditempatkan di abad ke-19! Oleh karena itu, sumber tersebut nampaknya mengandung kesalahan. Sumber lain menyatakan bahwa telah ada 15 generasi yang memerintah Panai, hingga rajanya yang terakhir, Tuan Marga Bulan. Oleh karena itu, Panei diperkirakan telah berdiri kurang lebih 450 tahun (1946-450=1496). Jadi bila dikatakan Panei merupakan pecahan Nagur, ada rentang waktu sekitar 200 tahun antara keruntuhan Nagur dan berdirinya Panei. Apakah mungkin telah terjadi pergantian dinasti di Panei? Dalam kurun waktu 200 tahun itu diperkirakan ada sekitar 6-7 raja yang tak dikenal lagi.
Sumber lain menyebutkan bahwa raja Panei pertama, Tuan Suha Bolag Sidasuha merupakan saudara Tuan Rubun, raja Silo Dunia. Menurut silsilah yang disarikan dari buku Kerajaan Silou: Historiae Politica, terdapat 9 generasi hingga raja Dolok Silou terakhir, Tuan Bandaralam (1942-1947)-selaku keturunan ke-9 dari Tuan Rubun. Sementara itu, di Panei sendiri telah berlangsung 15 generasi. Adanya perbedaan sebanyak 6 generasi (kurang lebih 180 tahun) tentu tidak mungkin, sehingga tentu ada nama-nama raja yang kurang atau tak diketahui lagi namanya.
6.Kerajaan Batak Timur Raja dan Kerajaan Raya
Dalam merekonstruksi sejarah Tanah Simalungun, kita perlu mencari suatu acuan atau kerangka yang pasti. Salah satu acuan yang bisa dipakai adalah serangan Aceh terhadap Kerajaan Batak Timur Raja (Lingga Timur Raja atau Aru atau Purba Raja) pada tahun 1539. Raja Batak Timur raja ketika itu bernama Maharaja Agy Sry Timur Raja (Sejarah Karo dari Zaman ke Zaman, jilid 1, halaman 11) gugur bersama tiga puteranya. Hal ini juga telah diverifikasi oleh laporan Mendez Pinto dari Portugis. Ia meriwayatkan bahwa ipar raja bernama Aquarem Dabolay mengirim surat memohon bala bantuan dalam bahasa Melayu kepada Portugis. Aquarem Dabolay ini diidentifikasi sebagai Tuan Anggrahim Nabolon atau Tuan Raya Simbolon, yakni raja Raya ketiga. Dengan demikian Raya telah ada semenjak abad ke-16.
Dengan demikian, raja Raya pertama Si Pinang Sori boleh ditempatkan di abad ke-15. Berdasarkan daftar raja-raja Raya yang penulis miliki, terdapat 16 generasi raja Raya (jika Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging hanya dianggap sebagai pemangku saja). Enam belas generasi itu akan memakan waktu kurang lebih 480 tahun. Jadi kerajaan ini didirikan pada 1940-480=1460, yakni abad ke-15. Dengan demikian, ini sangat cocok dengan sumber Portugis. Dengan demikian, kronologi Raya boleh kita jadikan acuan.
7.Kerajaan Purba dan Panei
Leluhur Kerajaan Purba berasal dari daerah Pakpak dan dinamakan Pangultob-ultob. Ia kemudian mengabdi pada Tuan Naguraja dan diangkat sebagai menantunya. Pada perkembangan selanjutnya, sewaktu mengejar seekor burung, dalam perjalanan pulangnya ia tersesat ke kampung Simalobang, daerah kekuasaan Kerajaan Panei (lihat Sejarah Simalungun karya T.B.A. Purba Tambak, halaman 110). Oleh karenanya Kerajaan Panei tentunya telah ada lebih dahulu dibanding Purba. Raja Panei telah ada 15 generasi, sedangkan Purba telah ada 14 generasi.
Berdasarkan perkiraan Kerajaan Purba berdiri pada kurang lebih 1526 (1946-14x30). Sementara itu, seperti yang telah diungkapkan di atas, Kerajaan Panei berdiri kurang lebih 1496. Jadi memang benar bahwa Panei telah berdiri lebih dahulu.
8.Kerajaan Silou
Sejarah Dolog Silou mencatat bahwa pada tahun 1615 yang dijadikan permaisuri utama (Puang Bolon) Tuan Sindarlela adalah putri raja Nagur (lihat Sejarah Simalungun, karya D. Kenan Purba, SH & Drs. J.D. Poerba, halaman 28). Tuan Sindarlela adalah kakek Tuan Rubun, saudara raja Panei pertama. Data ini nampaknya bertentangan dengan catatan-catatan di atas, karena bila Tuan Sindarlela hidup di abad ke-17, maka keturunannya tentu lebih kemudian lagi. Padahal, Kerajaan Panei diperkirakan berdiri 1496. Oleh karenanya, timbul ketidak-cocokan di sini. Selain itu, disebutkan bahwa ayah Tuan Sindarlela yakni Tuan Horsik (Jigou) disebutkan hidup pada tahun 1450 (halaman 26), jadi tidak mungkin apabila Tuan Sindarlela hidup di abad ke-17. Tuan Sindarlela seharusnya diperkirakan hidup pada tahun 1480-an. Barulah dengan demikian, silsilah Silou akan bersesuai dengan Panei.
9.Kerajaan Tanah Jawa
Seperti yang telah dikemukakan di atas, telah terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan di Tanah Jawa. Yang pertama ada di kawasan ini adalah Batangiou, yang berubah menjadi Hoyong Hataran, dan belakangan menjadi Tanah (Tano Jawa).
Pada buku Jalannya Hukum Adat Simalungun halaman 56, dikisahkan bahwa raja Buhit Nabolag memiliki seorang anak yang semenjak masa mudanya telah mengembara ke sana kemari. Ia akhirnya tiba di Negeri Urat dan diangkat sebagai anak oleh penguasa negeri tersebut. Ia akhirnya kembali ke negerinya. Ternyata itu adalah saat yang tepat, karena kerajaan ayahnya direbut oleh panglima perang bernama Sitanggang dalam legenda tupai bersuara manusia. Pengembara itu, akhirnya berhasil merebut kembali kerajaan ayahnya dalam legenda selendang menjadi ular dan menjadi raja Kerajaan Hoyong Hataran.
Sementara itu,menurut buku Sejarah Simalungun, karya T.B.A Purba Tambak, halaman 40, disebutkan bahwa leluruh Kerajaan Tanah Jawa berasal dari Urat. Konon terdapat tiga orang bersaudara, dengan kakak sulung mereka bernama Muharaja. Ia lantas membentuk perkampungan Dolok Panribuan. Muharaja kerap berdagang rotan. Suatu kali tibalah ia di negeri raja Sitanggang. Oleh raja, ia lantas dijadikan juru penyadap tuak. Menurut legenda tupai yang bersuara “tor-gotok-gotok.. tor gotok gotok,” Muharaja akhirnya berhasil menjadi raja menyingkirkan raja Sitanggang.
Apabila kita menghitung generasi raja-raja Tanah Jawa, yakni (1) Muharaja, (2) Sorgalawan, (3) Jontabulan, (4) Sorgahari, (5) Usul, (6) Jintanari, (7) Hora Timbul Majadi, (8) Padang Rangin atau Podangrani, (9) Tuan Raja Maligas, (10) Tuan Jintar, (11) Tuan sang Majadi, dan (12) Tuan Kaliamsyah, maka dinasti Kerajaan Tanah Jawa yang sekarang mulai berkuasa sekitar tahun 1586.
10.Kerajaan Siantar (Siattar)
Menurut silsilah yang ada di buku Raja Sang Naualuh, karya Jahutar Damanik, telah ada 15 raja yang memerintah Siantar (menurut Bapak Masrul Purba Dasuha ada 18 raja tidak termasuk pemangku). Sang Naualuh sendiri adalah raja ke-14 menurut Jahutar Damanik, atau raja ke-17 menurut Bapak Masrul Purba Dasuha. Apabila Sang Naualuh memerintah 1889-1906, diperkirakan Siantar berdiri pada 1469 atau 1379. Pendiri Siantar, Raja Namartuah atau Puanglima Parmata Tunggal konon adalah putera mahkota raja Nagur terakhir (Raja Sang Naualuh, halaman 37). Ia kemudian mengalahkan Tuan Jumorlang (penguasa Partuanon Jumorlang) dan menjadi raja Siantar pertama.
11.Kerajaan Silimakuta
Terdapat tujuh generasi raja yang memerintah Silimakuta. Oleh karenanya Si Girsang, pendiri Kerajaan Silimakuta, diperkirakan hidup pada abad ke-18.
12.Saran Kronologi Kerajaan-kerajaan di Simalungun
Berikut ini, penulis menyarankan kronologi kerajaan-kerajaan di Simalungun. Tentu saja kronologi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan penelaahan lebih lanjut. Kritik dan saran dari para pembaca sangatlah penulis harapkan demi makin jelasnya sejarah,
Perlu diadakan penelitian arkeologis lebih lanjut guna mengungkapkan nama-nama raja dan kerajaan yang belum ditemukan hingga saat ini. Kemudian perlu diadakan penelitian lebih intensif terhadap berbagai pustaha yang berisikan sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Jahutar. Jalannya Hukum Adat Simalungun, P.D. Aslan, 1974.
---------------------. Raja Sang Naualuh, Medan, 1981.
Girsang, DJarani. Tuan Parpandanan Nabolak. YAKIN, 2009.
Purba, D. Kenan & Poerba, Drs. J.D. Sejarah Simalungun, Bina Budaya Simalungun, 1995.
Purba Tambak, Herman. Kerajaan Silou: Historiae Politica.
Purba Tambak, T.B.A. Sejarah Simalungun
Putro, Brahma. Sejarah Karo dari Zaman ke Zaman, Penerbit Ulih Saber, Medan, 1995.
Sangti, Batara. Sejarah Batak, Karl Sianipar Company, Balige, 1978.
Rabu, 26 Januari 2011
Mandala dan Sistim Pemerintahan Kerajaan-kerajaan Nusantara
Mandala dan Sistim Pemerintahan Kerajaan-kerajaan Nusantara
Ivan Taniputera
23 Januari 2011
Secara umum, mandala adalah dapat diartikan sebagai semacam lingkaran yang memiliki satu pusat. Menarik sekali mengaitkan mandala dengan sistim pemerintahan kerajaan-kerajaan di Kepulauan Nusantara. Mandala ternyata memiliki hubungan erat dengan masyarakat agraris atau hidup dari pertanian. Hal ini tercermin dalam sistim pemerintahan berbagai kerajaan yang pernah eksis di muka bumi ini, terutama yang bersifat agraris. Sebagai contoh adalah Kekaisaran Tiongkok, yang menganggap kaisar sebagai pusat segenap kehidupan masyarakat. Kaisar diumpamakan sebagai “bintang kutub” yang tak bergerak dan dikelilingi oleh bintang-bintang lainnya. Oleh karena itu, bintang kutub juga disebut sebagai “bintang kaisar” atau Ziwei. Bintang-bintang lain yang nampak bergerak mengelilinginya diumpamakan sebagai menteri-menteri kaisar. Menteri-menteri itu dibagi dua, yakni sipil dan militer. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kaisar merupakan pusat bagi “mandala” rakyat Tiongkok di masa kekaisaran. Masyarakat India tempat asal usul mandala juga merupakan masyarakat agraris dan sistim pemerintahan di India juga sedikit banyak mencerminkan pola mandala ini.
Mengapa konsep mandala dapat tumbuh di masyarakat agraris? Masyarakat yang hidup dari pertanian memerlukan suatu pelindung atau pemersatu yang kuat. Itulah sebabnya diperlukan suatu “pusat.” Apa yang menjadi “sentra” atau pusat ini akan menyelesaikan permasalahan intern di antara mereka, umpamanya masalah pembagian jatah pengairan (irigasi) sawah. Mereka juga memerlukan suatu pusat kuat yang dapat melindungi mereka dari serangan musuh.
Sistim pemerintahan model mandala ini nampak nyata pada kerajaan-kerajaan yang tumbuh dan berkembang di belahan barat Kepulauan Nusantara. Mari kita ambil Kerajaan Sriwijaya sebagai contoh.
Pola Mandala dapat digambarkan sebagai berikut:
Mandala sistim pemerintahan Sriwajaya
Digambar ulang dari Tata Negara Indonesia, halaman 22.
Nampak bahwa pusat tatanan pemerintahan Sriwijaya adalah raja atau datu. Contoh lainnya adalah Kerajaan Mataram, yang membagi wilayah kerajaannya menjadi Negaragung (wilayah inti), mancanegara kulon, mancanegara wetan, pesisiran kulon, dan pesisiran wetan. Kosmologi mandala nampak pada kraton Mataram dan kerajaan pecahan-pecahan Mataram (Yogyakarta dan Surakarta). Terdapat sitihinggil (terjemahan harafiah: “tanah yang ditinggikan”) sebagai wujud Gunung Meru selaku pusat alam semesta. Dari sitihinggil ini raja dapat memandang para kawulanya.
KAWASAN INDONESIA TIMUR
Di kawasan Indonesia Timur yang budayanya lebih ke arah maritim sistim pemerintahan model mandala ini kurang kuat pengaruhnya. Kita akan mengambil contoh Sulawesi. Masyarakat Bugis di Sulawesi mengenal epos La Galigo yang mencerminkan kuatnya budaya maritim. Memang benar bahwa raja merupakan penguasa tertinggi di kerajaannya. Tetapi raja hanya dapat dinobatkan oleh dewan adat. Raja dapat dipecat pula oleh dewan adat. Sebagai contoh, di Kerajaan Gowa, sombaya atau raja Gowa hanya dianggap sah bila telah dinobatkan oleh Bate Salapanga, yang merupakan gabungan federasi dari para pemimpin lokal (primus interpares) sebelum adanya institusi kerajaan. Bate Salapanga merupakan federasi sembilan pemimpin lokal sebelum turunnya tomanurung (penguasa Kerajaan Gowa pertama). Selain itu, keabsahan raja juga bergantung apakah ia memiliki pusaka kerajaan (regalia) atau tidak. Seorang raja dianggap tak sah apabila tak memiliki regalia atau pusaka kerajaan. Di Gowa regalia ini dikenal sebagai kalompoang.
Bila kita mencermati sejarah Kesultanan Buton, nampak nyata bahwa beberapa sultannya pernah dipecat oleh rakyat dan dewan adat Buton.
Semua contoh di atas memperlihatkan bahwa konsep mandala dengan suatu pusat yang “mutlak” dan kuat tidak begitu berpengaruh di belahan timur Kepulauan Nusantara. Salah satu faktor lain penyebabnya adalah kurang mengakarnya budaya Hindu Buddha di Nusantara timur.
CATATAN:
Meskipun masyarakat Indonesia timur kuat budaya maritimnya, tidak berarti kegiatan maritim tidak ada di Indonesia barat. Angkatan laut Sriwijaya menurut sejarah terkenal ketangguhannya. Sebaliknya, bukan berarti pertanian tidak dikenal di Indonesia timur. Hanya saja budaya agraris lebih dominan di barat, dan maritim di timur.
SISTIM PEMERINTAHAN DI TIMOR
Yang cukup menarik dikaji adalah sistim pemerintahan di Pulau Timor. Keunikannya adalah terdapatnya dua pusat, yakni raja yang “tidak aktif memerintah” dan “aktif memerintah.” Hal ini mirip dengan konsep yin dan yang dalam filsafat Tiongkok. Raja yang “tak aktif memerintah” ini di kerajaan Wesei Wehali dikenal sebagai maromak oan. Beliau dibantu oleh raja yang “aktif memerintah” dan disebut liurai. Secara umum dalam Imperium Wesei Wehali terdapat tiga liurai, yakni liurai Wehali (liurai Fatuaruin), liurai Likusaen (liurai Suai Kamanasa), dan liurai Sonbai. Para liurai ini sangat terkenal, sehingga sumber Tiongkok menyebut raja Timor sebagai liulai. Karena sifatnya yang pasif itu, maromak oan, disebut “raja makan tidur.” Tentu saja ini hanya perumpamaan belaka, karena seorang maromak oan merupakan rujukan tertinggi bila terdapat permasalahan yang tak dapat diselesaikan para liurai. Karena itu, seorang maromak oan harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai sosial dan politik negerinya. Maromak oan juga dipandang sebagai raja spiritual selaku perantara antara manusia dan Tuhan.
Peran maromak oan ini sedikit banyak mirip dengan kaisar Tiongkok, yang merupakan penghubung antara rakyatnya dengan Langit. Kaisar Tiongkok secara berkala mengadakan upacara persembahan di Altar Langit (Tiantan). Oleh karena itu, kaisar Tiongkok boleh dikatakan memangku jabatan sebagai “raja imam” (priest king), sebagaimana halnya maromak oan Wesei Wehali. Sebagai catatan, sistim ini juga terdapat di Kerajaan Insana, dimana raja “tak aktif”nya disebut atupas.
Demikianlah, kita boleh menganggap bahwa sistim pemerintahan di Timor ini sebagai suatu varian dari konsep mandala, dimana mandala yang asli biasanya hanya mempunya satu pusat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Mappangara, Suriadi. Ensiklopedi Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2004.
Parera, ADM. Sejarah Pemerintahan Raja-raja Timor: Suatu Kajian atas Peta Politik Pemerintahan Kerajaan-kerajaan di Timor Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994.
Suwarno, P.J. Tatanegara Indonesia: Dari Sriwijaya Sampai Indonesia Modern, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2003.
Senin, 24 Januari 2011
Raja-raja (Liurai) di Kawasan Timor Leste
Raja-raja (Liurai) di Kawasan Timor Leste
Kings (Liurai) in Timor Leste Area
Ivan Taniputera
24 September 2011
Saya baru mendapatkan buku berjudul "Hari-hari Akhir Timor Portugis" karya E.M. Tomodok. Buku itu mengisahkan mengenai akhir kekuasaan Portugis di Timor Portugis (kini Republik Demokratik Timor Leste). Ternyata di kawasan Timor Leste terdapat juga banyak kerajaan, yang menurut berbagai sumber ada kaitannya di kerajaan di Timor Barat (Timor wilayah RI). Buku tersebut memang tidak meriwayatkan mengenai kerajaan2 di Timor Portugis, tetapi yang menarik di dalamnya saya mendapatkan sekelumit info mengenai kerajaan-kerajaan di Timor Leste.
I already got a book entitled "Hari-hari Akhir Timor Portugis" by E.M. Tomodok yesterday. That book tells us about the end of Portuguese domination in Portuguese Timor (now Democratic Republic of Timor Leste). Actually, in Timor Leste we can find many petty kingdoms, which based on many historical sources have connection with kingdoms in West Timor (Republic of Indonesia). That book is not a book about kingdoms in Portuguese Timor, but what is interesting, it mentioned a little information about kingdoms in Timor Leste:
MAUBURA, ERMERA, ATSABE, BOBONARO. AILEU, & MAUBISE
Para liurainya mengadakan pemberontakan pada tahun 1893/ 1894 - tahun yang sama dengan penaklukan Lombok oleh Belanda.
Liurais of these kingdoms rebelled against Portuguese in the year 1893/ 1894 - the same year with Dutch conquest of Lombok.
ERMERA
Jose Martins,pemimpin parta KOTA,merupakan keturunan liurai (raja) Ermera. (halaman 313)
Jose Martins, head of KOTA party, is descendant of liurai (king) of Ermera. (page 313).
TUSKAIN
Xavier do Amaral, ketua partai Sosial Demokrat, merupakan keturunan raja Tuskain (halaman 94).
Xavier do Amaral, head of Social Democratic Party is descendant of kings of Tuskain (page 94).
MANUFUI
Raja Boa Ventula dari Manufui berperang melawan Portugis di awal abad ke-19 (halaman 115).
King Boa Ventula of Manufui fought against Portuguese in the beginning of 19th century (page 115).
AMBENU (OEKUSI)
Raja Joan da Cruz melawan Portugis di tahun 1911. Ia berharap mendapat dukungan Belanda, tetapi sia-sia (halaman 115).
King Joan da Cruz fought against Portuguese in 1911. He hoped to be supported by Dutch but left in vain (page 115).
ATSABE
Raja Goncalves dari Atsabe merupakan tokoh yang berpengaruh di daerahnya menjelang masa integrasi.
King Goncalves from Atsabe is influenced person in his district during integration year.
Raja Atsabe merupakan anggota delegasi partai Apodeti dalam perundingan dengan KDT (halaman 216).
King Atsabe was delegation member of Apodeti party in conference with KDT (page 216).
Informasi mengenai kerajaan-kerajaan di kawasan Timor Leste memang masih sangat sedikit. Semoga di masa mendatang dapat diperoleh informasi lebih lengkap mengenai masing-masing kerajaan tersebut.
Jumat, 31 Desember 2010
Kunjungan ke Kraton Pamekasan
Kunjungan ke Kraton Pamekasan
(Ivan Taniputera, 1 Januari 2011)
Pamekasan yang kini merupakan salah satu kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur, dahulunya pernah memperoleh kedudukan setingkat kerajaan dan daerah swapraja. Kendati demikian, kedudukan ini kemudian dihapuskan oleh pemerintah kolonial menjelang akhir abad ke-19. Berikut ini adalah foto-foto hasil kunjungan ke kraton Pamekasan yang kin menjadi kantor bupati Pamekasan.
Minggu, 26 Desember 2010
Silsilah Kerajaan Berau, Gunung Tabur, dan Sambaliung
SILSILAH KERAJAAN BERAU, GUNUNG TABUR, DAN SAMBALIUNG
Ivan Taniputera (27 Desember 2010)
Kerajaan Berau yang merupakan salah satu kerajaan terpenting di Kalimantan Timur belakangan terpecah menjadi Gunung Tabur dan Sambaliung. Mencari silsilah kerajaan-kerajaan ini sungguh sulit. Tetapi penulis beruntung menemukannya dari buku "Kerajaan2 Indonesia" karya Prof. Hans Haegerdal dari University of Vaxjo, Swedia. Buku tersebut merupakan informasi berharga mengenai silsilah kerajaan2 di Kepulauan Nusantara.
Langganan:
Postingan (Atom)