Bupati-bupati Kudus Pada Zaman Prakemerdekaan
Ivan Taniputera
29 Februari 2012
1.Kanjeng R. Adipati Ario Padmonegoro (menantu Sunan Pakubuwono III)
2.KRT. Cokrohadinegoro
3.Kanjeng Kyai Adipati Ario Condronegoro III (1812-1837)
4.Kanjeng Pangeran Ario Condronegoro IV (1837-1865)
5.Kanjeng R. Mas A.A. Condronegoro V (1850-1885)
6.Kanjeng R. Adipati Ario Cokronegoro (1890-1925)
7.R. Tumenggung Adipati Ario Hadinoto (1924-1943)
8.R. Soebianto (1943-1945)
Sumber: "Kudus Purbakala Dalam Perjoangan Islam," karya Solichin Salam, Penerbit "Menara" Kudus, 1977, halaman 70.
Tempatnya penggemar Sejarah, Sains, Astrologi, Teknologi, dan Metafisika
Selasa, 28 Februari 2012
Minggu, 26 Februari 2012
Kursus Ziweidoushu Oleh Master Hong Xiangyi
Kursus Ziweidoushu Oleh Master Hong Xiangyi
Ivan Taniputera
25 Februari 2012
Ziweidoushu merupakan bagian ilmu metafisika Tiongkok, yakni merupakan bagian ilmu ming di antara lima cabang ilmu Tiongkok. Dengan mempelajari Ziweidoushu yang oleh sebagian kalangan disebut "ilmu perbintangan Ziwei" ini kita dapat menganalisa karakter seseorang dan juga perjalanan nasibnya. Caranya adalah dengan membuat peta nasib (mingpan) yang kemudian diisi dengan bintang-bintang dalam Ziweidoushu, seperti Ziwei, Tianji, dan lain sebagainya. Hari ini saya sempat menghadiri kursus Ziweidoushu yang dibawakan oleh Master Hong Xiangyi atas prakarsa Paguyuban Yijing Surabaya. Kurang lebih 40 orang menghadiri acara ini. Rencananya kursus akan berupa 10 kali pertemuan yang diadakan setiap akhir bulan.
Kursus ini sangat luar biasa karena memberikan berbagai rumus Ziweidoushu yang didasari oleh pengalaman Master Hong Xiangyi. Beliau sendiri telah mengarang berbagai buku yang membahas beraneka cabang ilmu metafisika Tiongkok, seperti Fengshui dan lain sebagainya.
Ivan Taniputera
25 Februari 2012
Ziweidoushu merupakan bagian ilmu metafisika Tiongkok, yakni merupakan bagian ilmu ming di antara lima cabang ilmu Tiongkok. Dengan mempelajari Ziweidoushu yang oleh sebagian kalangan disebut "ilmu perbintangan Ziwei" ini kita dapat menganalisa karakter seseorang dan juga perjalanan nasibnya. Caranya adalah dengan membuat peta nasib (mingpan) yang kemudian diisi dengan bintang-bintang dalam Ziweidoushu, seperti Ziwei, Tianji, dan lain sebagainya. Hari ini saya sempat menghadiri kursus Ziweidoushu yang dibawakan oleh Master Hong Xiangyi atas prakarsa Paguyuban Yijing Surabaya. Kurang lebih 40 orang menghadiri acara ini. Rencananya kursus akan berupa 10 kali pertemuan yang diadakan setiap akhir bulan.
Kursus ini sangat luar biasa karena memberikan berbagai rumus Ziweidoushu yang didasari oleh pengalaman Master Hong Xiangyi. Beliau sendiri telah mengarang berbagai buku yang membahas beraneka cabang ilmu metafisika Tiongkok, seperti Fengshui dan lain sebagainya.
Jumat, 24 Februari 2012
Ides of March
Ides of March
Ivan Taniputera
24 Februari 2012
Saya baru menonton film Ides of March yang mengisahkan mengenai pertarungan memperebutkan nominasi calon presiden Amerika Serika dari Partai Demokrat. Dalam filmi ini dikisahkan pertarungan antara dua kandidat utama calon presiden Demokrat bernama Mike Morris (George Clooney) dan Ted Pullman (Michael Mantell). Stephen Meyers (Ryan Gosling) merupakan manajer yunior tim sukses Mike Morris, yang dipimpin oleh Paul Zara (Philip S. Hoffman). Kisah selengkapnya film ini dapat diikuti di http://en.wikipedia.org/wiki/The_Ides_of_March_%28film%29, sehingga saya tidak akan mengulasnya lebih lanjut. Meskipun demikian, ada moral film ini yang dapat diteladani, yakni mengenai kejujuran dan kesetiaan.
Stephen Meyers sebenarnya merupakan seorang yang berbakat, sehingga pihak Ted Pullman, mellalui salah seorang tim suksesnya bernama Tom Duffy (Paul Giamatti) mengundangnya dalam pertemuan rahasia serta mengajak Meyers membelot serta bergabung dengan pihak Pullman. Meskipun demikian, Meyers menolaknya namun ia tidak memberitahukan hal itu pada atasannya, Paul Zara. Berita ini akhirnya, bocor pada Paul Zara yang menyalahkan Meyers, mengapa ia tidak diberitahu. Paul Zara lantas memecat Meyers. Ada hal bagus yang dikatakan Paul Zara. Ia mengisahkan mengenai riwayatnya dulu membantu seorang tidak terkenal bernama Sam Mc. Gurthy memenangkan kursi senat. Ketika itu, Paul Zara masih mengawali kariernya. Salah seorang lawan Sam Mc. Gurthy membujuknya bergabung seraya mengatakan, "Tidak ada harapan bagi Si Tua Sam." Meskipun demikian, Paul Zara tidak bersedia meninggalkan Sam dan memberitahukan hal tersebut. Sam mengatakan bahwa jika lawannya itu bersedia membayarnya lebih tinggi atau ia merasa memiliki masa depan lebih cemerlang, ia mempersilakan Paul Zara bergabung dengan lawannya. Namun, Paul Sara tetap membantu Sam Mc. Gurthy. Ia mengatakan pada Stephen Meyers bahwa tidak bijaksana meninggalkan sebuah kapal yang hampir tenggelam. Di sini ia menguliahi Meyers (dan tentunya kita semua) mengenai makna loyalitas atau kesetiaan.Tiga tahun kemudian, ia berhasil membantu Sam Mc. Gurthy memenangkan kursi gubernur. Dalam politik yang diperlukan adalah loyalitas. Dengan demikian, kita mempelajari prinsip kesetiaan di sini.
Hal bagus lainnya yang dipelajari dari film ini adalah setelah dipecat oleh pihak Morris, Meyers berupaya bergabung dengan Pullman, namun ia ditolak oleh Tom Duffy. Alasannya ia tidak bersedia memungut "barang rongsokan." Artinya, untuk apa ia memperkerjakan pegawai yang dipecat oleh lawannya.
Demikianlah, film ini mengandung beberapa makna filosofis yang bagus.
Rabu, 22 Februari 2012
Apa Yang Akan Terjadi Jika Indonesia Tidak Pernah Dijajah Bangsa Barat?
Apa Yang Akan Terjadi Jika Indonesia Tidak Pernah Dijajah Bangsa Barat?
Ivan Taniputera
22 Februari 2012
Tulisan saya kali ini hanya spekulatif saja sifatnya, karena menarik sekali membicarakan mengenai alternatif sejarah atau jalannya sejarah yang berbeda. Marilah kita menggunakan mesin waktu dan kembali pada abad 16. Mengapa abad ke-16? Karena yang hendak kita ulas di sini adalah bagaimana jika negeri kita tidak pernah dijajah oleh Bangsa Barat. Misalnya entah bagaimana caranya kita sanggup membuat agar kapal bangsa Barat, baik Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris tidak sampai ke Kepulauan Nusantara. Anggap saja kita punya teknologi canggih untuk melakukannya. Apabila kita kemudian kembali ke abad 21, kita akan menyaksikan berbagai perubahan. Bangunan-bangunan bergaya kolonial menjadi lenyap. Berbagai bangunan peninggalan pemerintah kolonial akan hilang begitu saja. Sebagai contoh, kita tidak akan menjumpai lagi bangunan Stasiun Kota yang dahulu berdiri di Jakarta. Sebagai gantinya akan muncul berbagai bangunan bergaya lokal atau tradisional, walaupun tidak menutup kemungkinan ada pengaruh gaya arsitektur dari luar, termasuk Barat; namun perkembangan arsitektur akan sama sekali berbeda. Kita akan mendapatkan suatu negeri yang lebih maju, karena tidak ada penghisapan kekayaan oleh pemerintah kolonial. Baik. Apa yang baru saja diuraikan di atas adalah sekedar pengantar saja. Kini kita akan memasuki pemaparan yang lebih sistematis.
Kita kembali ke abad 16 dahulu. Apabila bangsa Barat tidak pernah datang ke Kepulauan Nusantara, maka berbagai kerajaan akan tumbuh pesat. Sebagai contoh, Kesultanan Aceh barangkali akan menguasai seluruh Sumatera Utara dan sebagian Semenanjung Malaka. Perluasan imperium Aceh ini akan ditahan oleh Kesultanan Johor Riau Lingga di sebelah selatannya, dan juga Siak Sri Indrapura. Kesultanan Aceh dan Johor Riau Lingga akan berbagi Semenanjung Malaya, sehingga di abad ke-21, kita barangkali tidak akan mengenal Malaysia maupun Singapura. Berbagai negeri di pedalaman kemungkinan akan tetap dibiarkan berdiri, seperti sibayak-sibayak di Karo dan partuanan-partuanan di Simalungun. Mereka kemungkinan akan menjalin persekutuan atau federasi dengan Aceh. Jauh lebih ke selatan Sumatera terdapat kerajaan-kerajaan kuat seperti Jambi dan Palembang. Apabila kerajaan-kerajaan ini dapat mempertahankan kedaulatannya, akan ada paling tidak lima kerajaan utama di Sumatera pada abad ke-21, yakni Aceh, Johor Riau Lingga, Siak Sri Indrapura, Jambi, dan Palembang. Kerajaan-kerajaan ini bisa saja mengikat federasi longgar, umpamanya bernama Federasi Kerajaan-kerajaan Sumatera.
Di Jawa, jika tidak ada penjajah, Banten dan Cirebon di penghujung Barat pulau Jawa akan tetap berdiri. Sementara itu Mataram juga akan tetap menjadi kerajaan kuat. Kemungkinan Mataram akan sanggup menaklukkan Banten, karena Sultan Agung tidak perlu membagi kekuatannya dengan melawan VOC. Kemungkinan kita tidak akan mengenal nama Jakarta, karena Sultan Agung kemungkinan akan menamainya dengan nama bernuansa Jawa. Meskipun demikian, di abad ke-17 bisa saja timbul intrik di tengah kerajaan Mataram, sehingga Mataram boleh jadi tetap terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Era perpecahan ini boleh jadi terjadi pada abad ke-17 dan 18. Meskipun Perang Diponegoro tidak terjadi (konsekuensinya kita yang hidup di abad 21 tidak akan menyaksikan patung-patung Diponegoro), tetapi kemungkinan tetap terjadi perang-perang lain dalam memperebutkan tahta Mataram. Asumsi ini diambil karena dalam sejarahnya, semenjak zaman Hindu Buddha, peperangan perebutan tahta sudah kerap terjadi. Jadi ada atau tidaknya penjajah, perang perebutan tahta akan tetap terjadi. Hal ini barangkali dipergunakan oleh Banten memaklumkan kedaulatannya lagi. Oleh karenanya barangkali di abad ke 21 kita menyaksikan Jawa yang terpecah menjadi beberapa kerajaan. Kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah kemungkinan juga akan membentuk federasi longgar. Sementara itu, Banten dan Cirebon akan tetap bertahan di penghujung Barat Pulau Jawa. Mungkin sekali, jika hendak bepergian ke Banten atau Cirebon kita memerlukan visa.
Di Kalimantan bertumbuh beberapa kerajaan seperti Mempawah, Landak, Sambas, Pontianak, Kutai Kertanegara, Banjar, dan lain-lain. Pada abad ke-16, suku Dayak masih hidup menurut kesukuannya. Meskipun demikian, seiring dengan bertumbuhnya konsep negara modern di abad ke-19, kemungkinan muncul beberapa negeri suku Dayak yang berbentuk republik (meniru Amerika). Beberapa kerajaan juga tidak mustahil akan membentuk federasi longgar di antara mereka.
Kini kita beralih ke Sulawesi. Semenjak abad ke-16, Gowa Tallo telah berkembang menjadi kerajaan kuat dan memperluas imperiumnya. Kemungkinan hampir seluruh Sulawesi akan berada di bawah kekuasaan Gowa Tallo. Bone tidak akan menjadi kerajaan kuat, karena VOC tidak membantu Arung Palakka dalam menegakkan kembali kemerdekaan Bone. Tidak dapat dipastikan berapa lama Gowa Tallo dapat mempertahankan imperiumnya. Namun gerakan kemerdekaan di awal abad ke-20, barangkali mendorong berbagai daerah palili Gowa Tallo melepaskan dirinya. Oleh karena itu, kita barangkali dapat menyaksikan kemunculan berbagai kerajaan atau republik kecil di Sulawesi semasa awal abad ke-20. Gowa Tallo mungkin berakhir seperti Kekaisaran Austria Hongaria yang dilanda perpecahan internal (muncul negara-negara baru pecahan Austria Hongaria, seperti Hongaria, Cekoslovakia, Rumania, dll). Namun jika Gowa Tallo sanggup mempertahankan kesatuannya, maka di penjuru Timur Kepulauan Nusantara kita masih akan menjumpai Kesultanan Gowa Tallo, selalu entitas politik penting di Sulawesi.
Lebih ke Timur lagi, kita menjumpai Kepulauan Maluku. Ternate, Tidore, dan Bacan kemungkinan masih akan terus bertarung memperebutkan hagemoni. Jika ketiga kerajaan ini terus berebut hagemoni, maka kemungkinan Bacan akan terlebih dahulu musnah. Oleh karena itu, tinggal tersisa dua kerajaan saja, yakni Ternate dan Tidore. Di abad ke-21 barangkali hanya salah satu di antara dua kerajaan tersebut yang menjadi penguasa atas seluruh teritorial Maluku. Atau jika kedua-duanya masih ada akan berbagi kekuasaan di Maluku.
Sementara itu di Bali, kita akan tetap menyaksikan berbagai kerajaan. Jumlahnya mungkin kurang dari delapan. Gianyar barangkali akan tetap ditaklukkan oleh Klungkung. Sejarah membuktikan bahwa Gianyar berlindung pada Belanda agar tidak dihancur leburkan oleh kerajaan lainnya. Jika tidak ada Belanda, tentunya kemungkinan besar Gianyar akan musnah. Kerajaan yang berpotensi menjadi terkuat di Bali adalah Karangasem dan Badung. Klungkung mungkin masih diakui sebagai Susuhunan, tetapi sifatnya hanya seremonial belaka. Kemungkinan kerajaan-kerajan di Bali ini juga akan membentuk federasi dengan raja Klungkung, Badung, dan Karangasem sebagai motor penggeraknya. Catatan: Karangasem ini di abad 19 sesungguhnya merupakan vasal kerajaan Mataram Lombok (Cakranegara). Perpecahan internal di Lombok antara Mataram Lombok dengan masyarakat Sasak barangkail akan memampukan Karangasem menegakkan lagi kekuatannya.
Di Nusa Tenggara Timur dan Barat, kita juga akan menyaksikan beberapa kerajaan yang berdiri sendiri dan membentuk federasi longgar di antara mereka. Imperium Mataram Lombok akan tetap berdiri dengan menguasa sebagian atau seluruh Lombok. Era kebangkitan bangsa-bangsa di abad ke-19 barangkali akan menyebabkan penguasa Mataram Lombok berbagai Pulau Lombok dengan para pemuka Sasak. Akan timbul negara Sasak yang terpisah dari Mataram Lombok, baik dengan cara damai ataupun peperangan. Sementara itu di Timor, imperium Sonbai akan tetap bertahan. Beberapa kerajaan seperti Amanuban, Amanatun, Amarasi, dll juga akan bertahan hingga abad ke-21. Mereka juga tidak mustahil membentuk suatu federasi longgar.
Demikianlah secara sekilas gambaran sejarah alternatif perkembangan politik di Kepulauan Nusantara jika tidak pernah terjadi penjajahan.
Selama era abad ke-19, kemungkinan banyak raja atau sultan yang menyekolahkan putera atau puterinya ke luar negeri. Seiring dengan pembentukan negara modern, barangkali masing-masing kerajaan tersebut akan kerap merundingkan tapal batasnya di abad ke-19.
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah semangat pembentukan negara Jerman (German Empire) oleh Otto von Bismarck. Kondisi Jerman waktu itu mirip dengan kondisi negeri kita di abad ke-19, yakni terpecah menjadi banyak kerajaan. Apakah akan muncul seorang Bismarck yang menyatukan Nusantara? Jika demikian halnya barangkali di akhir abad ke-19 dunia akan menyaksikan munculnya Federasi Kerajaan-kerajaan Nusantara. Wilayahnya bisa jadi mencakup pula Semenanjung Malaya dan Kalimantan Utara. Barangkali Kesultanan Sulu di Mindanao juga bergabung ke dalamnya.
Satu hal lagi yang tak pernah ada adalah jalan lintas pantura, karena Daendels tak akan pernah menginjakkan kakinya di Kepulauan Nusantara.
Demikianlah analisa saya yang mungkin bisa saja salah, karena saya bukanlah sejarawan handal. Mohon komentar, masukan, dan koreksinya dari rekan-rekan yang lebih mengerti.
Selasa, 21 Februari 2012
Arkeologi Teknik Informatika dan Internet
Arkeologi Teknik Informatika dan Internet
Ivan Taniputera
21 Februari 2012
Saya membayangkan dunia arkeologi 100 tahun lagi, barangkali akan ada cabang ilmu arkeologi bernama "Arkeologi Teknik Informatika dan Internet." Tugasnya adalah menggali informasi yang terpendam dalam berbagai website masa lampau jika seandainya website-website tersebut masih dapat diunduh secara online. Mungkin pula, jika ada arkeolog yang menemukan sisa-sisa server dari zaman kita, berbagai isi website beserta beraneka ragam diskusi dalam grup atau mailing list akan dapat dihidupkan kembali. Dengan demikian, orang di masa mendatang akan mengetahui pola pemikiran orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Apabila ditemukan catatan seorang tokoh terkenal, barangkali beberapa ratus tahun di masa mendatang kita akan membaca berita utama sebagai berikut "Ditemukan Kembali Tulisan Pemikiran Tuan XYZ Yang Terdapat Dalam Website Beberapa Ratus Tahun Yang Lampau." Selain itu, jika ada buku-buku langka yang sempat didigitalkan, di mana kemungkinan besar karya-karya tersebut sudah punah versi cetaknya di masa mendatang, tentunya hal ini sangat membantu generasi di masa mendatang.
Isi berbagai grup diskusi atau mailing list, barangkali akan menjadi bidang pembelajaran para ahli psikologi dan sosiologi di masa mendatang. Kemungkinan di masa mendatang akan ada ilmu sosiologi dunia maya. Mereka boleh jadi akan mempelajari dinamika suatu diskusi dalam grup atau mailing list di zaman kita. Akankah nama-nama para peserta diskusi di masa sekarang bergaung lagi masa mendatang? Para arkeolog di masa mendatang barangkali akan sibuk memulihkan kembali isi CD, disket, atau harddisk yang mereka temukan di puing-puing reruntuhan abad ke-20 atau 21.
Meskipun demikian, para arkeolog internet atau teknik informatika di masa mendatang akan menghadapi tantangan yang berat, yakni mengenai bagaimana memulihkan isi suatu CD, disket, dan harddisk yang telah terpendam selama beberapa ratus tahun. Apakah isinya masih dapat dibaca oleh mereka yang hidup ratusan tahun kemudian? Kita asumsikan bahwa masih mungkin “membaca” isinya di masa mendatang. Kemudian adalah apakah mereka punya software yang dapat “membaca” isi suatu CD, disket, atau harddisk? Ini ibaratnya seperti pengetahuan linguistik dan pemahaman terhadap bahasa-bahasa kuno di masa sekarang. Barangkali akan ada ilmu “bahasa pemrograman kuno.” Kita berasumsi bahwa bahasa pemrograman di masa mendatang merupakan hasil evolusi bahasa pemrograman di masa sekarang. Dengan demikian, tidaklah mustahil di masa mendatang akan ada ilmu “filologi bahasa pemrograman.” Tantangan lainnya adalah mereka harus menemukan alat “reader” yang sesuai agar sanggup mengakses file-file dari masa lampau tersebut. Tentu saja masih banyak tantangan lainnya.
Demikianlah pemikiran khayal saya mengenai masa depan teknologi informatika dan internet. Terlepas dari semua itu, saya bertanya-tanya, bagaimana kesan seseorang dari masa 100, 200, atau 1000 tahun lagi yang membaca tulisan saya ini.
Ivan Taniputera
21 Februari 2012
Saya membayangkan dunia arkeologi 100 tahun lagi, barangkali akan ada cabang ilmu arkeologi bernama "Arkeologi Teknik Informatika dan Internet." Tugasnya adalah menggali informasi yang terpendam dalam berbagai website masa lampau jika seandainya website-website tersebut masih dapat diunduh secara online. Mungkin pula, jika ada arkeolog yang menemukan sisa-sisa server dari zaman kita, berbagai isi website beserta beraneka ragam diskusi dalam grup atau mailing list akan dapat dihidupkan kembali. Dengan demikian, orang di masa mendatang akan mengetahui pola pemikiran orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Apabila ditemukan catatan seorang tokoh terkenal, barangkali beberapa ratus tahun di masa mendatang kita akan membaca berita utama sebagai berikut "Ditemukan Kembali Tulisan Pemikiran Tuan XYZ Yang Terdapat Dalam Website Beberapa Ratus Tahun Yang Lampau." Selain itu, jika ada buku-buku langka yang sempat didigitalkan, di mana kemungkinan besar karya-karya tersebut sudah punah versi cetaknya di masa mendatang, tentunya hal ini sangat membantu generasi di masa mendatang.
Isi berbagai grup diskusi atau mailing list, barangkali akan menjadi bidang pembelajaran para ahli psikologi dan sosiologi di masa mendatang. Kemungkinan di masa mendatang akan ada ilmu sosiologi dunia maya. Mereka boleh jadi akan mempelajari dinamika suatu diskusi dalam grup atau mailing list di zaman kita. Akankah nama-nama para peserta diskusi di masa sekarang bergaung lagi masa mendatang? Para arkeolog di masa mendatang barangkali akan sibuk memulihkan kembali isi CD, disket, atau harddisk yang mereka temukan di puing-puing reruntuhan abad ke-20 atau 21.
Meskipun demikian, para arkeolog internet atau teknik informatika di masa mendatang akan menghadapi tantangan yang berat, yakni mengenai bagaimana memulihkan isi suatu CD, disket, dan harddisk yang telah terpendam selama beberapa ratus tahun. Apakah isinya masih dapat dibaca oleh mereka yang hidup ratusan tahun kemudian? Kita asumsikan bahwa masih mungkin “membaca” isinya di masa mendatang. Kemudian adalah apakah mereka punya software yang dapat “membaca” isi suatu CD, disket, atau harddisk? Ini ibaratnya seperti pengetahuan linguistik dan pemahaman terhadap bahasa-bahasa kuno di masa sekarang. Barangkali akan ada ilmu “bahasa pemrograman kuno.” Kita berasumsi bahwa bahasa pemrograman di masa mendatang merupakan hasil evolusi bahasa pemrograman di masa sekarang. Dengan demikian, tidaklah mustahil di masa mendatang akan ada ilmu “filologi bahasa pemrograman.” Tantangan lainnya adalah mereka harus menemukan alat “reader” yang sesuai agar sanggup mengakses file-file dari masa lampau tersebut. Tentu saja masih banyak tantangan lainnya.
Demikianlah pemikiran khayal saya mengenai masa depan teknologi informatika dan internet. Terlepas dari semua itu, saya bertanya-tanya, bagaimana kesan seseorang dari masa 100, 200, atau 1000 tahun lagi yang membaca tulisan saya ini.
Jumat, 17 Februari 2012
Tokoh-tokoh Tionghua di Jakarta Pada Masa Penjajahan Jepang
Tokoh-tokoh Tionghua di Jakarta Pada Masa Penjajahan Jepang
Ivan Taniputera
17 Februari 2012
Pada masa pendudukan Jepang, istilah kelurahan atau desa diganti dengan sebutan kutyoo. Bersamaan dengan era pendudukan Jepang di Jakarta terdapat kutyoo-kutyoo yang sebagian besar dihuni oleh orang Tionghua. Sebagai lurah atau pemukanya juga diangkat orang-orang Tionghua. Daftar kutyoo Tionghua di Jakarta beserta pemimpinnya adalah sebagai berikut:
1.Glodok (Lie Bung Tian)
2.Kongsi Besar (Khoe Eng Tjiang)
3.Pintu Kecil (Tan Wie Lim)
4.Patuakan (Kho Jan San)
5.Pinangsia (Ong Pong Hay)
6.Prinsenlaan (Ong Eng Tjoei)
7.Pasar Baru (Oey Boan Hok)
8.Pasar Senen (Tan Joen Long)
9.Tanah Abang (Thio Koen Tjiang)
Lalu di daerah Jatinegara ada Tan Gok Hoay, beserta letnannya bernama Lie Boen Sin.
Barangkali masih ada rekan-rekan di Jakarta yang masih mengingat nama-nama tokoh tersebut.
Sumber: Sejarah Daerah DKI Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978; halaman 130 dan 131.
Ivan Taniputera
17 Februari 2012
Pada masa pendudukan Jepang, istilah kelurahan atau desa diganti dengan sebutan kutyoo. Bersamaan dengan era pendudukan Jepang di Jakarta terdapat kutyoo-kutyoo yang sebagian besar dihuni oleh orang Tionghua. Sebagai lurah atau pemukanya juga diangkat orang-orang Tionghua. Daftar kutyoo Tionghua di Jakarta beserta pemimpinnya adalah sebagai berikut:
1.Glodok (Lie Bung Tian)
2.Kongsi Besar (Khoe Eng Tjiang)
3.Pintu Kecil (Tan Wie Lim)
4.Patuakan (Kho Jan San)
5.Pinangsia (Ong Pong Hay)
6.Prinsenlaan (Ong Eng Tjoei)
7.Pasar Baru (Oey Boan Hok)
8.Pasar Senen (Tan Joen Long)
9.Tanah Abang (Thio Koen Tjiang)
Lalu di daerah Jatinegara ada Tan Gok Hoay, beserta letnannya bernama Lie Boen Sin.
Barangkali masih ada rekan-rekan di Jakarta yang masih mengingat nama-nama tokoh tersebut.
Sumber: Sejarah Daerah DKI Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978; halaman 130 dan 131.
Rabu, 15 Februari 2012
Jl. A. Yani (Surabaya) Macet Total
Jl. A Yani (Surabaya) Macet Total
Ivan Taniputera
15 Februari 2012
15 Februari 2012
Barangkali artikel ini dapat menjadi sumber bagi para sejarawan atau pengamat sejarah yang ingin meneliti mengenai sekelumit sejarah perlalu-lintasan di masa mendatang. Foto-foto yang ada bersama artikel ini dapat menjadi sumber sejarah di masa puluhan atau bahkan ratusan tahun mendatang. Kita juga tidak mengetahui apakah kondisi lalu lintas di masa mendatang akan menjadi lebih buruk atau lebih baik. Namun semoga saja kondisi perlalu-lintasan akan menjadi semakin baik.
Hari ini, tanggal 15 Februari 2012, sewaktu hendak memasuki Jl. A. Yani dari arah Pagesangan kurang lebih pukul 17.30 an, kondisi jalan sudah macet. Saya akhirnya putar balik dan memasuki tol Waru dengan tujuan turun di Rungkut. Ternyata di kawasan Berbek juga macet. Setelah tersesat saya memasuki Jl. Brigjend Katamso Waru. Kemudian saya masuk ke Perumahan Makarya Binangun yang tembus ke Siwalankerto. Di sana juga kendaraan mengalam macet total dan tidak dapat bergerak ke mana-mana. Cukup lama saya tertahan di sini dan sempat bercakap-cakap dengan sesama pemakai jalan. Jam 21.30 saya baru tiba di rumah setelah sebelumnya mampir ke warung nasi gudeg guna mengisi perut yang hingga saat itu belum terisi. Padahal dalam kondisi jalan tidak macet dari Siwalankerto ke rumah saya hanya perlu kurang lebih 10 menit.
Mengenai penyebab kecelakaan yang pasti, marilah kita tunggu berita koran keesokan harinya. Tetapi dari peristiwa ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa kecerobohan dapat mengorbankan dan merugikan ratusan, ribuan, dan puluhan ribu orang lainnya. Berapa banyak orang yang tertahan di jalan dan tidak dapat pulang ke rumahnya. Berapa banyak bahan bakar yang terbuang percuma di jalan? Marilah kita tidak bersikap ceroboh dan berupaya menghargai kepentingan sesama kita. Satu lagi yang membuat saya salut adalah bapak-bapak yang dengan suka rela mengatur lalu lintas agar setidaknya kemacetan tidak bertambah parah. Sekali lagi salut buat mereka.
Hari ini, tanggal 15 Februari 2012, sewaktu hendak memasuki Jl. A. Yani dari arah Pagesangan kurang lebih pukul 17.30 an, kondisi jalan sudah macet. Saya akhirnya putar balik dan memasuki tol Waru dengan tujuan turun di Rungkut. Ternyata di kawasan Berbek juga macet. Setelah tersesat saya memasuki Jl. Brigjend Katamso Waru. Kemudian saya masuk ke Perumahan Makarya Binangun yang tembus ke Siwalankerto. Di sana juga kendaraan mengalam macet total dan tidak dapat bergerak ke mana-mana. Cukup lama saya tertahan di sini dan sempat bercakap-cakap dengan sesama pemakai jalan. Jam 21.30 saya baru tiba di rumah setelah sebelumnya mampir ke warung nasi gudeg guna mengisi perut yang hingga saat itu belum terisi. Padahal dalam kondisi jalan tidak macet dari Siwalankerto ke rumah saya hanya perlu kurang lebih 10 menit.
Mengenai penyebab kecelakaan yang pasti, marilah kita tunggu berita koran keesokan harinya. Tetapi dari peristiwa ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa kecerobohan dapat mengorbankan dan merugikan ratusan, ribuan, dan puluhan ribu orang lainnya. Berapa banyak orang yang tertahan di jalan dan tidak dapat pulang ke rumahnya. Berapa banyak bahan bakar yang terbuang percuma di jalan? Marilah kita tidak bersikap ceroboh dan berupaya menghargai kepentingan sesama kita. Satu lagi yang membuat saya salut adalah bapak-bapak yang dengan suka rela mengatur lalu lintas agar setidaknya kemacetan tidak bertambah parah. Sekali lagi salut buat mereka.
Label:
Kemacetan lalu lintas,
Surabaya,
Traffic jam
Langganan:
Postingan (Atom)