Gedung Lawang Sewu-Salah Satu Icon Wisata Kota Semarang
Ivan Taniputera
5 Juli 2011
Lawang berarti "pintu," sedangkan sewu berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Jadi secara harafiah bangunan ini berarti "pintu seribu" dalam bahasa Indonesia. Sepintas memang bangunan yang menjadi icon wisata kota Semarang tampak mempunyai banyak pintu. Sebenarnya bangunan ini merupakan saksi sejarah perkeretapian di Pulau Jawa. Titik awal sejarah kereta api di Indonesia adalah tanggal 7 Junii 1864, ketika dilakukan peletakan rel pertama. Kemudian pada tahun 1867 rel kereta api pertama sepanjang 25 km selesai dibangun antara Semarang-Panggung. Pada mulanya kereta api ini dipergunakan mengangkut hasil bumi. Perkereta-apian di pulau Jawa yang dilayani oleh NISM (Netherlandsch-Indie Spoorweg Maatschappij (NIS= Jawatan Perkeretaapian Hindia Belanda) semakin maju, sehingga memerlukan kantor khusus.
Oleh karena itu, dibangunlah Lawang Sewu yang dirancang oleh arsitek P de Rieu. Meskipun demikian, rencana pembangunan terhambat hingga 1903. Akhirnya pemerintah Belanda menunjuk Prof. Jacob K. Klinkhamer, guru besar Technische Hogeschool Delft dan BJ Ouendag dibantu C G Citroen membangun Gedung Utama NIS dengan mengacu pada arsitektur gaya Belanda. Pembangunan ini diawali 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907.
Gedung Lawang Sewu juga menjadi saksi perjuangan bangsa, yakni dengan tewasnya beberapa anggota angkatan muda kereta api Indonesia melawan Kenpetai pada pertempuran Lima Hari antara 14-19 Oktober 1945.
Sayangnya, Gedung Lawang Sewu ini kemudian "ternoda" oleh reputasi buruknya yang konon banyak hantunya, sehingga dijadikan lokasi pengambilan sebuah acara bernuansa mistik di salah satu stasiun televisi. Selain itu, kondisinya yang rusak, kumuh, dan terlantar mendukung hal itu. Oleh karena itu, pemerintah bermaksud memanfaatkan gedung bersejarah tersebut demi meningkatkan perekonomian rakyat, sehingga dilakukanlah pemugaran terhadap Lawang Sewu.
Tampak gambar bagian dalam Gedung Lawang Sewu setelah dipugar.
ACARA PERESMIAN PURNA PUGAR GEDUNG A LAWANG SEWU OLEH YANG TERHORMAT IBU ANI YUDHOYONO
Setelah pemugaran yang mendatangkan bahan bangunan dari Belanda dan Jerman demi menjaga keasliannya, dilakukan peresmian purna pugar Lawang Sewu oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tanggal 5 Juli 2011, pukul 09.00 pagi. Penulis berkesempatan menghadiri acara bersejarah ini bersama rombongan beberapa raja dan sultan Nusantara.
3845
3846
Acara dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya secara khidmat.
3849
Setelah itu dilanjutkan dengan tarian penyambutan: Bedoyo Lingkungan Sekar Ing Rat.
3855
Sambutan Ibu Okke Hatta Rajasa yang memaparkan bahwa pada kesempatan ini juga akan dilangsungkan pameran kriya unggulan Nusantara, pameran kuliner dengan nasi goreng cassava (resepnya dari Bapak Presiden sendiri-yang disambut tepuk tangan), pagelaran kesenian, permainan anak-anak, lomba memasak, kerajinan membatik yang dilakukan oleh anak-anak YPAC Solo, dan talk show.
3856
Sambutan oleh Bapak Bibit Waluyo, selaku gubernur Jawa Tengah.
3860
Sambutan oleh Bapak Jero Wacik selaku menteri kebudayaan dan pariwisata (menbudpar), yang mengisahkan mengenai kunjungan Richard Geere ke Indonesia, serta sempat beraudiensi dengan Bapak Presiden RI. Beliau mengungkapkan pula bahwa saat dilantik sebagai menteri, Bapak Presiden RI mengamanatkan bahwa pariwisata sangat penting dalam mendapatkan devisa, sedangkan kebudayaan akan membangkitkan jati diri bangsa. Beliau menjelaskan pula mengenai UU Cagar Budaya 2010 serta kriteria cagar budaya. Menurut pasal 5 undang-undang tersebut: benda, bangunan, struktur dapat diusulkan sebagai benda, bangunan, atau struktur cagar budaya, syaratnya (1) berusia 50 tahun atau lebih, (2) mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun, (3) mempunyai arti khusus bagi sejarah, iptek, agama, pendidikan, dan nilai penguatan budaya. Meskipun demikian, hal ini harus diusulkan terlebih dahulu oleh masyarakat. Setiap orang boleh memanfaatkan cagar budaya berdasarkan fungsi sosial, budaya, teknologi, agama, dan pariwisata.
3870
Ibu Ani Yudhoyono membuka sambutannya dengan mengutip prinsip Bung Karno, yakni Jasmerah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah). Lalu Beliau sedikit membahas sejarah Lawang Sewu. Diamanatkan pula agar para pemandu wisata di Lawang Sewu agar selalu menyambut tamu dengan senyuman. Beliau mengamanatkan pula pada Bapak Jero Wacik agar bila Richard Geere berkunjung kembali ke Indonesia dapat dibawa ke Lawang Sewu.
3872
3874
Sebagai menutup dilakukan penekanan tombol sirene dan penanda-tanganan prasasti.
Selaku warga Semarang, saya merasa sangat bangga, karena bertambah lagi satu icon wisata Semarang yang dapat membantu menggeliatkan perekonomian lokal.