Sejarah Banyumas dan Daftar Adipati/ Bupatinya
Ivan Taniputera
14 Desember 2011
Judul buku : Sejarah Banyumas
Pengarang : Drs. S. Adisarwono dan Bambang S. Purwoko, BA.
Penerbit : UD. Satria Utama, Purwokerto
Tahun terbit : 1992
Halaman : 90
Buku ini meriwayatkan sekelumit riwayat Kabupaten Banyumas dan dibuka dengan menuturkan Adipati Wargautama yang baru pulang dari Pajang. Sang Adipati dalam perjalanannya singgah di rumah sahabatnya. Kedatangan Beliau disambut dengan gembira dan hidangannya berupa “pindang banyak” (daging angsa yang dimasak dengan buah pucung atau “kluwak”). Sesudah Beliau menikmati jamuan makan siang, datanglah Gandek, yakni utusan sultan Pajang yang dititahkan membunuh Adipati Wargautama, karena dianggap telah melakukan suatu kesalahan. Namun utusan tadi karena tak sampai hati lantas menunggu hingga Adipati Wargautama selesai makan, dan setelah itu ia menunaikan tugasnya. Adipati Wargautama jatuh tak sadarkan diri bersimbah darah. Sementara itu, dari kejauhan nampak utusan kedua memacu kudanya cepat-cepat guna mencegah utusan pertama membunuh Sang Adipati. Rupanya sultan Pajang menyadari bahwa Adipati Wargautama tidak bersalah sehingga membatalkan hukumannya. Ternyata semuanya telah terlambat. Nasi telah menjadi bubur. Peristiwa naas itu terjadi di hari Sabtu Pahing. Sebelum meninggal Adipati Wargautama berpesan:
“Anak cucuku jangan sampai mengalami naas seperti aku... Ingat-ingat..., jangan sampai ada di antara anak cucuku yang bepergian pada hari Sabtu Pahing apalagi naik kuda dawuk. Dan hindari jangan makan pindang banyak (angsa), jangan membangun atau bertempat tinggal di rumah “bale malang’!” (halaman 3).
Setelah tragedi tersebut, Tumenggung Tambakbaya, tokoh Kesultanan Pajak diserahi tugas membawa surat yang ditujukan pada keluarga almarhum Adipati Wargautama dan menjelaskan duduk perkara pembunuhan tak disengaja tersebut. Salah seorang putera almarhum diundang ke Pajang guna diangkat sebagai pewaris almarhum. Namun karena takut, tak seorangpun di antara mereka yang bersedia. Akhirnya, justru menantu almarhum bernama Joko Kaiman yang bersedia memenuhinya. Ia diterima dengan ramah oleh sultan Pajang dan diangkat sebagai bupati Wirasaba dengan gelar Adipati Wargautama II.
Beliau mempunyai sifat terpuji dan bersedia berbagi kekuasaan dengan para saudara iparnya. Oleh karenanya Kadipaten Wirasaba lantas dibagi menjadi empat:
1.Adik ipar tertua, Ngabei Wargawijaya, diberi wilayah Wirasaba.
2.Adik ipar kedua, Ngabei Wirakusama, diberi wilayah Marden.
3.Adik ipar termuda, Ngabei Wirayuda, diberi wilayah Banjar Petambakan (sebelah timur Kali Merawu). (halaman 9)
Sementera itu, Joko Kaiman yang kini bergelar Wargautama II menduduki jabatan sebagai pemuka atau koordinator mereka dan berkedudukan di Kejawar Banyumas. Demikianlah, Joko Kaiman menjadi bupati atau adipati Banyumas pertama.
Para adipati yang memerintah Banyumas sebelum proklamasi kemerdekaan adalah sebagai berikut:
1.Joko Kaiman (Wargautama II) 1582.
2.R. Ngabehi Mertasura I atau R. Adipati Djanah I (1583-1600)
3.R. Ngabehi Mertasura II atau R. Adipati Djanah II (1601-1620)
4.R. Adipati Mertajoeda I atau R. Ngabehi Bawang (1620-1650)
5.R. Tumenggung Mertajoeda II (1650-1705)
6.R. Tumenggung Soeradipoera (1705-1707)
7.R. Tumenggung Joedanegara II (Seda Pendapa) (1708-1743)
8.R. Tumenggung Reksoprodjo (1743-1749)
9.R. Tumenggung Joedanegara III (1749-1755)-menjadi patih Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Danoeredjo I.
10.R. Tumenggung Joedanegara IV (1755-1780)
11.R. Tumenggung Tedjakusuma (1780-1788)
12.R. Tumenggung Joedanegara V (1788-1816)-Banyumas dibagi dua, yakni Kasepuhan dan Kanoman.
13a.R. Adipati Tokrowedono (1816-1830), wedana bupati Kasepuhan.
13b.R. Adipati Brotodiningrat (1816-1830), wedana bupati Kanoman.
14.R. T. Mertadiredja II (1831-1832)
15.R. Adipati Tjakranegara I (1832-1864)
16.R. Adipati Tjakranegara II (1864-1879)
17.Kanjeng Pangeran Arya Mertadiredja III (1879-1913)
18.K.P.A.A. Gandasubrata (1913-1933)
19.R.A.A. Soedjiman Gandasubrata (1933-1950). (halaman 39-40).