APAKAH TERDAPAT BAYANGAN BERUPA WUJUD TIGA DIMENSI? MARI PERLUAS WAWASAN ANDA MENUJU DIMENSI YANG LEBIH TINGGI
.
Ivan Taniputera.
1 Juli 2018
.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas topik yang agak berat. Umumnya, setiap orang akan menyatakan bahwa bayangan (shadow) itu bersifat dua dimensi. Agar jelas, sebelumnya perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud bayangan di sini adalah citra yang terbentuk karena terdapat penghalang dengan cahaya. Sebagai contoh adalah bayangan pohon di sebuah tembok atau dinding. Cahaya matahari terhalang pohon dan membentuk bayangan pohon tersebut di tembok atau dinding. Bayangan tersebut akan bersifat dua dimensi. Lalu adakah bayangan yang berupa tiga dimensi?
.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut silakan pahami terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut.
.
Sebuah obyek berdimensi 0 (yakni sebuah titik) tidak mengenal konsep atas-bawah; depan-belakang, dan kiri-kanan.
Sebuah obyek berdimensi 1 (yakni sebuah garis) tidak mengenal konsep atas-bawah dan depan-belakang.
Sebuah obyek berdimensi 2 (yakni sebuah bidang datar) tidak mengenal konsep atas dan bawah. Ia hanya mengenal sumbu x dan y saja.
Sebuah obyek berdimensi 3 (yakni sebuah bangun ruang) mengenal konsep atas-bawah; depan-belakang, dan kiri-kanan. Kita hidup dalam alam yang berdimensi tiga.
.
Misalkan terdapat makhluk yang hidup pada suatu dimensi, maka ia tidak akan memahami konsep sebagaimana hanya dikenal di dimensi lebih tinggi. Kita ambil contoh makhluk berdimensi dua (jika ada) tidak akan sanggup memahami konsep atas dan bawah. Bagi mereka ruang hidup mereka hanyalah kiri-kanan dan depan-belakang saja. Kita tidak akan sanggup menjelaskan konsep atas-bawah beserta segenap pemahaman mengenai ruang berdimensi tiga sebagaimana yang kita amati sebagai realita sehari-hari pada makhluk berdimensi dua. Mereka akan menganggap bahwa konsep atas-bawah itu tidak ada dan bahkan mungkin akan mulai mencerca kita sebagai penipu.
.
Begitu pula kita tidak akan sanggup membayangkan konsep-konsep yang berada di tataran dimensi lebih tinggi.
.
Kita akan kembali pada topik kita mengenai bayangan. Marilah kita bayangkan cahaya yang menyinari sebuah ruas garis (dimensi 1). Jika kita menyinarkan cahaya pada salah satu ujung, maka di sini lain akan terbentuk bayangan berupa sebuah titik. Bila kita berganti menyinarkan cahaya pada ujung satunya lagi, maka pada sisi lawannya terbentuk pula bayangan berupa sebuah titik. Makhluk berdimensi 0 akan memandangnya sebagai dua buah titik karena mereka tidak memahami konsep mengenai garis. Mereka tidak akan menyadari bahwa dua buah titik berbeda itu sesungguhnya merupakan bagian sebuah ruas garis yang sama.
.
Kita beralih pada dimensi 2. Kita ambil sebuah persegi sebagai contoh. Jika kita menyinarkan cahaya pada sisi-sisinya, maka pada penjuru lawannya akan terbentuk bayangan berupa garis yang berdimensi 1. Dengan demikian terdapat empat kemungkinan bayangan berupa garis. Jika terdapat makhluk yang hidup pada dimensi 1, mereka juga akan mengalami kesulitan dalam membayangkan bahwa keempat bayangan berupa garis yang nampak berbeda bagi mereka itu, sesungguhnya terbentuk dari sebuah persegi saja. Para makhluk yang hidup di tataran dimensi 1 tidak akan sanggup membayangkan mengenai persegi dan bangun datar dalam bentuk apa pun.
.
Kita akan naik pada dimensi 3. Kita ambil sebuah kubus sebagai contoh. Sebuah kubus mempunyai enam sisi. Jika kita menyinarkan cahaya pada masing-masing sisi, maka pada setiap penjuru lawannya akan terbentuk bayangan berupa persegi. Jadi, terdapat enam kemungkinan bayangan berupa persegi. Bila terdapat makhluk yang hidup di dimensi 2, mereka juga akan sulit membayangkan bahwa keenam persegi tersebut sesungguhnya merupakan bayangan sebuah kubus saja. Tidak ada satu pun bayangan itu yang eksis atau hadir terpisah dari kubus.
.
Logika ini dapat pula kita terapkan pada dimensi yang lebih tinggi. Tentu saja karena keterbatasan kita yang hidup di ranah dimensi 3, mustahil bagi kita membayangkan dimensi 4. Namun karena benda berdimensi 1 akan menghasilkan bayangan berdimensi 0; benda berdimensi 2 akan menghasilkan bayangan berdimensi 1; dan bayangan berdimensi 3 akan menghasilkan bayangan berdimensi 2; tidakkah sesuatu yang berdimensi 4 akan menghasilkan bayangan berdimensi 3? Hal ini dapat kita terapkan lebih lanjut pada dimensi-dimensi yang lebih tinggi.
.
Kita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam membayangkan bahwa bayangan-bayangan berupa obyek tiga dimensi itu sesungguhnya terbentuk dari sebuah obyek berdimensi 4 saja.
Untuk jelasnya silakan perhatikan gambar di bawah ini.
.
.
Kita barangkali dapat memperluas hal ini pada ranah fenomena hantu. Banyak orang menyatakan pernah menyaksikan sosok-sosok bayangan hitam. Apakah sosok-sosok itu sesungguhnya merupakan bayangan dari sesuatu yang berdimensi lebih tinggi?
.
Terlepas dari semua itu, pelajaran yang dapat kita ambil adalah agar kita senantiasa memperluas wawasan pemahamahan kita. Semakin tinggi wawasan pemahaman kita, semakin banyak hal pula akan kita pahami.