Tampilkan postingan dengan label pertanda zaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pertanda zaman. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Desember 2015

PERTANDA-PERTANDA BURUK YANG MENGAWALI RUNTUHNYA KEKAISARAN RUSIA


PERTANDA-PERTANDA BURUK YANG MENGAWALI RUNTUHNYA KEKAISARAN RUSIA
.
Ivan Taniputera.
27 Desember 2015
.
Rusia merupakan kekaisaran besar yang pernah ada di muka bumi ini. Wilayahnya membentang melalui dua benua: Eropa dan Asia. Bahkan pada puncak kejayaannya, Rusia pernah menguasai Alaska. Dengan demikian, daerah kekuasaannya pernah menjangkau tiga benua. Meskipun demikian, kekaisaran raksasa ini harus ambruk pada tahun 1918 dengan menyisakan kematian tragis bagi kaisar terakhirnya, Nikolas II Romanov. Ketika itu, Dinasti Romanov telah memerintah Rusia selama 300 tahun.
.
Namun ternyata sejarah mencatat bahwa tidak lama sebelum keruntuhannya, telah terjadi beberapa pertanda buruk yang mengalamatkan kejatuhan kekaisaran raksasa tersebut secara tragis.
.
Pada tahun 1894, kaisar Aleksander III menderita sakit parah dan meninggal dunia. Nikolas II, putera Aleksander III, ketika itu belum menikah dan masih bertunangan dengan Puteri Aleksandra dari Hesse, Jerman. Pernikahan mereka dengan demikian dilangsungkan tepat setelah acara pemakaman Aleksander III. Ini merupakan pertanda datangnya kesedihan yang akan menimpa kekaisaran Rusia. Aleksandra sendiri mencatat bahwa pernikahannya merupakan kelanjutan acara pemakaman, dan hanya ia sendiri yang mengenakan pakaian putih. Sebagai catatan, di dunia Barat saat berkabung seseorang biasanya mengenakan pakaian hitam. Itulahnya sebabnya Aleksandra dijuluki sebagai “pengantin pemakaman.”
.
Beberapa bulan sebelum dimahkotai sebagai kaisar Rusia yang baru menggantikan ayahnya pada tanggal 9 Mei 1896, Nikolas II mengunjungi biara Tritunggal, gereja paling dianggap suci di seantero Rusia. Biara tersebut merupakan tempat penghormatan bagi orang suci paling dihormati di Rusia, St. Sergii Radonezhsky, Namun karena buruknya koordinasi, saat kedatangan rombongan kaisar, tiada seorang pun menyambut mereka. Beberapa orang menganggap insiden ini sebagai pertanda buruk bagi calon kaisar baru tersebut, yakni St Sergii Radonezhsky tidak memberikan restunya. Seolah-olah suciwan paling dimuliakan di Rusia tersebut tidak menyambut kedatangan calon kaisar.
.
Di hari penobatannya, karena kelelahan Kaisar Nikolas II menjatuhkan tongkat kekuasaannya. Hal ini dipandang sebagai pertanda buruk bahwa Nikolas II akan kehilangan kekuasaannya.
.
Menurut tradisi Rusia, setelah penobatan kaisar baru, diadakan pesta atau perayaan bagi rakyat. Pada kesempatan tersebut akan dibagikan berbagai jenis makanan secara cuma-cuma bagi rakyat. Selain itu dibagikan pula cangkir-cangkir bergambar segel kekaisaran. Tempat dilangsungkannya perayaan tersebut adalah di Padang Rumput Khodynka yang terletak di luar kota. Pada tanggal 18 Mei 1896, 500 ribu orang telah berkumpul menantikan pembagian tersebut. Kendati demikian, terjadi suatu insiden yang merengut nyawa sekitar 1.300 orang, yakni karena mereka saling berdesak-desakan dan terperosok ke dalam parit. Mereka terjatuh dalam parit dan saling menindih, sehingga remuk tubuhnya dan meninggal seketika. Oleh karenanya, acara pemahkotaan kaisar baru tersebut justru memakan korban jiwa. Hal ini kembali memperlihatkan pertanda buruk yang akan menimpa kekaisaran raksasa tersebut.
.
Pada tahun 1904, gambar suci (icon) paling keramat dalam tradisi Rusia yang menggambarkan Bunda Maria telah dicuri. Hilangnya lukisan suci yang disebut sebagai Bunda Kami dari Kazan tersebut, ditafsirkan oleh Gereja Ortodoks sebagai pertanda datangnya kemalangan dan tragedi terhadap kekaisaran Rusia. Masa-masa akhir kekaisaran telah semakin dekat.
.
Pada tahun 1913 atau tepatnya saat peringatan 300 tahun berkuasanya Dinasti Romanov, lukisan suci yang dikeramatkan bernama Bunda Kami dari St. Theodore, tiba-tiba menghitam secara misterius. Hal ini kembali dikaitkan dengan pertanda buruk yang akan menimpa kekaisaran Rusia.
.
Jika membahas mengenai pertanda-pertanda buruk yang menyelimuti akhir Kekaisaran Rusia, kita juga perlu mengulas mengenai Rasputin. Ia adalah seorang penyembuh spiritual yang berhasil menyelamatkan calon pewaris tahta kekaisaran bernama Alexei. Satu-satunya putera Kaisar Nikolas II itu menderita hemofilia, suatu penyakit keturunan mematikan yang diakibatkan tiada kemampuan pembekuan darah. Seseorang yang menderita hemofilia terancam mengalami pendarahan mematikan meski terkena luka kecil saja. Rasputin meramalkan bahwa Kekaisaran Rusia akan berakhir setelah kematiannya. Ternyata pada tahun 1916, Rasputin dibunuh oleh sekelompok bangsawan. Ramalan ini terbukti kebenarannya, karena Kekaisaran Rusia memang berakhir setahun kemudian. Kaisar Nikolas II beserta keluarganya ditawan dan dibunuh. Kekaisaran Rusia tenggelam selama-lamanya di balik cakrawala sejarah.
.
Berdasarkan hal ini, kita dapat mempelajari berbagai hal. Pertama, beberapa pertanda buruk tersebut sebenarnya mencerminkan buruknya organisasi dan koordinasi kekaisaran. Suatu sistim yang sedang mendekati keruntuhannya akan memperlihatkan hal tersebut. Dengan demikian, demi menjaga langgengnya sebuah sistim diperlukan sistim organisasi kepemimpinan yang baik. Kedua, pertanda-pertanda buruk itu memang ada. Segala sesuatu di jagad raya ini saling mencerminkan satu sama lain. Oleh karenanya, dengan kemampuan mengenali pertanda-pertanda tersebut, kita akan mempunyai kesanggupan “membaca zaman.” Dinasti Romanov meski berusia 300 tahun gagal membaca pertanda-pertanda zaman. Selama masa kekuasaannya para kaisar Rusia telah bertindak otoriter dan sedikit sekali memperhatikan nasib rakyat. Protes berdarah yang dipimpin oleh Gapon mencerminkan aspirasi rakyat saat itu yang mendambakan kehidupan lebih baik. Sayangnya, Nikolas II tidak mempunyai kemampuan menanggapi hal tersebut. Sebenarnya genderang kematian bagi para penguasa lalim sudah bergema kurang lebih dua ratus tahun sebelumnya, yakni sewaktu berlangsungnya Revolusi Perancis. Sayangnya, para kaisar Rusia gagal pula mengambil teladan darinya.
Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/ . . . 



PERHATIAN: Sebagai tambahan, saya tidak memberikan analisa atau konsultasi gratis. Saya sering menerima email atau message yang meminta analisa gratis. Ini adalah sesuatu yang sia-sia dan juga sangat mengganggu saya. Jika ingin berkonsultasi atau saya analisa, maka itu berbayar. Oleh karenanya, jika Anda ingin analisa atau konsultasi gratis maka mohon agar tidak menghubungi saya. Demikian harap maklum.

Minggu, 21 Desember 2014

PERTANDA ZAMAN: MEMAKNAI SEEKOR KEPIKIR HANCUR

PERTANDA ZAMAN: MEMAKNAI SEEKOR KEPITING HANCUR

Ivan Taniputera
20 Desember 2014

Saat sedang berjalan di suatu tempat, tiba-tiba saya menemukan tubuh kepiting yang telah hancur seperti gambar di bawah ini. Mungkin kepiting itu tergilas mobil saat hendak menyeberang jalan atau diserang hewan lain. Apakah semua ini merupakan pertanda zaman yang hendak memberikan pelajaran pada kita?



Saya percaya bahwa alam ini senantiasa mengajarkan sesuatu pada kita. Alam tanpa henti senantiasa memberikan pertanda dan pelajaran pada kita. Sesungguhnya alam itu merupakan "buku pelajaran" yang tidak pernah kering. Namun hanya orang yang peka, waspada, dan halus perasaannya saja, yang sanggup menarik pelajaran dari alam. Sebenarnya, segala fenomena adalah sebuah "pertanda." Bukankah segala sesuatu di jagad raya ini saling berkaitan satu sama lain, seperti sebuah jaring tak bertepi atau tepinya di luar pemahaman kita selaku umat manusia? Jika kita menggetarkan suatu bagian saja dalam jaring sangat besar tersebut, maka getarannya akan merambat ke seluruh bagian jaring. Gelombangnya akan terus merambat. Oleh karenanya, jika kita merasakan adanya suatu getaran, maka dapat menyimpulkan bahwa ada sesuatu atau seseorang yang menggetarkan salah satu bagian jaring tersebut. Satu fenomena akan mencerminkan fenomena lainnya secara tak hingga. Segala sesuatu terkait secara rumit. Ini adalah sesuatu yang masuk akal.

Ingat Butterfly Effect atau efek kupu-kupu.

Begitu pula, seekor kepiting mati dengan tubuh hancur yang tergeletak di jalan tentunya bukan tanpa makna. Bisa jadi ia mencerminkan suatu fenomena lain. Itulah sebabnya kita perlu menafsirkannya dengan akal dan juga kehalusan batin kita. Saya merasa bahwa kepiting dengan tubuh hancur itu melambangkan bahwa sekarang sudah tiba masanya dimana orang-orang yang jahat dan korup akan mengalami kehancurannya. Ia tidak akan tahan melawan gilasan mobil kebenaran. Tiada gunanya lagi mencoba melawan gilasan mobil kebenaran yang sangat kuat tersebut. Tanda-tanda keadilan alam akan mulai muncul.

Orang-orang yang tidak jujur dan selalu berupaya melanggar hukum alam demi kepentingan beserta keserakahannya sendiri ibaratnya adalah kepiting yang selalu berjalan miring. Namun kini gilasan amukan alam mulai menimpa mereka. Nampak bahwa capit kepiting yang telah mati tersebut dalam keadaan hancur. Artinya capit yang biasa dipergunakan untuk melukai serta menindas insan lain akan hancur dan bersamaan dengan itu mereka secara keseluruhan akan mengalami kemusnahannya. Bila kita perhatikan, maka sebagian kaki kepiting juga telah hancur. Ini berarti kemampuan mereka akan berkurang secara drastis. Ruang gerak mereka akan semakin sempit oleh terpaan angin kebenaran. Akhirnya mereka tiada sanggup berkutik lagi dan hancur. 

Semoga dengan hancurnya kepiting yang melambangkan angkara muka tersebut negara kita secara khusus dan dunia ini pada umumnya akan semakin baik. 

Kita juga akan berterima kasih pada kepiting tersebut, karena bagaimanapun juga ia mengajarkan pada kita bahwa tidak ada sesuatu pun yang kekal. Segala sesuatu senantiasa akan berakhir. 

Tentu saja penafsiran saya ini bukanlah satu-satunya tafsiran atau pemaknaan yang benar. Tiap orang berhak menafsirkan atau memaknainya seturut pemahaman masing-masing. Saya hanya mencoba memaknainya sejauh yang saya sanggup.

Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, metafisika, dan lain-lain, silakan kunjungi: