SEJARAH SINGKAT LELUHUR DINASTI QING
.
Ivan Taniputera.
2 Februari 2018.
.
Sejarah Dinasti Qing (1644-1912) atau dinasti terakhir yang memerintah China telah banyak dibahas. Namun masih belum banyak yang mengulas mengenai leluhur mereka. Oleh karenanya, pada kesempatan kali ini saya akan merangkum sejarah leluhur dinasti tersebut; yakni sebelum berdirinya Dinasti Qing. Dinasti Qing yang didirikan oleh bangsa Manchu menyatakan bahwa diri mereka keturunan suku bangsa Jurchen yang sebelumnya pernah mendirikan Dinasti Jin. Namun klan mereka, yakni Aishin Gioro tidak mempunyai hubungan darah dengan klan Wanyan yang merupakan penguasa Dinasti Jin. Leluhur Dinasti Qing ini tergolong pada cabang suku bangsa Jurchen yang disebut Jurchen Jianzhou. Pada zaman Dinasti Ming dikenal tiga cabang atau kelompok utama suku bangsa Jurchen, yakni Jurchen Jianzhou, Jurchen Bebas, dan Jurchen Haixi.
.
.
Leluhur Dinasti Qing adalah seorang tokoh legendaris bernama Bukūri Yongšon (愛新覺羅·布庫里雍順, Àixīn Juéluó·Bùkùlǐ Yōngshùn). Setelah berdirinya Dinasti Qing ia dihormati dengan gelar anumerta Kaisar Qing Shizu (清始祖). Menurut legenda bangsa Manchu, Bukūri Yongšon merupakan putera seorang bidadari bernama Fekulen (佛庫倫 Fokùlún). Ketika itu, terdapat tiga orang bidadari dari kahyangan yang masing-masing bernama Enggulen (恩古倫 Ēn gǔlún), Jenggulen (正古倫 Zhèng gǔ lún), dan Fekulen (佛庫倫 Fokùlún) sedang mandi di sebuah danau bernama Bulhūri Omo (terletak di Pegunungan Changbai). Seekor burung menjatuhkan buah berwarna merah di dekat Fekulen yang memakannya dan menjadi hamil. Ia kemudian melahirkan Bukūri Yongšon, leluhur para kaisar Dinasti Qing. Bukūri Yongšon selanjutnya tinggal di sebelah timur Pegunungan Changbai. Pada masa itu, terbentuk tiga cabang suku bangsa Jurchen Jianzhou; yakni Odoli, Huligai, dan Tuowen.
.
Leluhur Dinasti Qing yang benar-benar terbukti keberadaannya secara sejarah adalah seorang tokoh bernama Mèngtèmù (1370-1433). Belum terdapat sumber yang menyebutkan bagaimana silsilahnya hingga Bukūri Yongšon. Namun ia merupakan kepala suku Odoli, salah satu di antara tiga suku bangsa Jurchen Jianzhou sebagaimana telah disebutkan di atas. Nama lainnya adalah Möngke Temür ( 猛哥帖木耳, Měnggē Tiēmù'ěr). Pada masanya, Dinasti Ming menawarkan persekutuan dengannya guna membendung pengaruh bangsa Mongol. Para kepala suku Jurchen diberi gelar oleh Dinasti Ming dan dijadikan pemimpin atau komandan satuan pasukan yang disebut wei (衛). Ketika itu terdapat tiga wei; yakni:
.
- Jianzhou Wei (建州衛).
- Jianzhou Wei Sayap Kiri (建州左衛 Jià zhōu zuǒ wèi).
- Jianzhou Wei Sayap Kanan (建州右衛 Jiàn zhōu yòu wèi).
.
Satu wei membawahi 5 kesatuan yang disebut Suo ( 所). Masing-masing suo terdiri dari 1.100 pasukan. Dengan demikian, secara keseluruhan satu wei terdiri dari 5.500 pasukan. Para pemimpin wei diwajibkan mengunjungi Beijing atau ibukota Dinasti Ming guna menyatakan kesetiaan mereka setiap tahunnya. Mèngtèmù diangkat sebagai pemimpin Jianzhou Wei Sayap Kiri dan dianugerahi marga Tong (童). Ia turut serta dalam berbagai ekpedisi militer Dinasti Ming melawan bangsa Mongol. Pada tahun 1433, Mèngtèmù beserta puteranya terbunuh dalam kekacauan yang diterbitkan komandan pasukan suku Jurchen lainnya.
.
Sepeninggal Mèngtèmù terjadi persaingan memperebutkan jabatan pimpinan pasukan Jianzhou Sayap Kiri, antara kedua puteranya yang masing-masing bernama Cungšan (充善, Chongshan, 1433–1467) dan Fanca. Untuk menyelesaikan perebutan kedudukan tersebut, Dinasti Ming mengangkat Cungšan sebagai pemimpin pasukan Jianzhou Sayap Kiri, yakni mewarisi jabatan ayahnya; sedangkan Fanca diserahi memimpin satuan pasukan baru yang disebut Jianzhou Sayap Kanan. Meskipun demikian, Fanca meninggal tidak lama kemudian dan satuannya diakuisisi oleh Cungšan.
.
Setelah Cungšan mangkat ia digantikan putera tertuanya bernama Tolo (脫羅, Tuōluó, 1467-1506), yang juga mewarisi jabatan sebagai pemimpin pasukan Jianzhou Sayap Kiri. Semasa pemerintahannya, hubungan baik dengan Dinasti Ming tetap terjaga. Masih pada zaman Tolo, terjadi permasalahan dalam bidang ekonomi dan ia berjuang keras memulihkan perekonomian kawasannya.
.
Tolo digantikan oleh putera ketiganya bernama Sibeoci Fiyanggū (愛新覺羅·錫寶齊篇古, Ài xīn Juéluó·Xībǎoqí Piāngǔ 1481-1522). Gelar anumertanya adalah Kaisar Zheng (正皇帝 Zhèng Huángdì).
.
Kepala suku Jianzhou Jurchen berikutnya adalah Fuman (福滿 Fúmǎn 1522-1542) yang merupakan putera Sibeoci Fiyanggū. Gelar anumertanya adalah Kaisar Zhi (直皇帝 Zhí Huángdì).
.
Fuman digantikan oleh Giocangga ( 覺昌安 Juéchāngān 1542-1571), putera Fuman. Ia dibunuh oleh kepala suku Jurchen lain bernama Nikan Wailan pada tahun 1582 saat penyerangan terhadap Gure, bersama puteranya bernama Taksi. Gelar anumertanya adalah Kaisar Yi (翼皇帝 Yì huángdì)
.
Putera keempat Giocangga bernama Taksi (塔克世, Tǎkèshì 1571-1582). Ia terbunuh bersama ayahnya pada tahun 1582. Gelar anumertanya adalah Kaisar 宣皇帝 Xuān Huángdì).
.
Nurhaci (努爾哈赤 Nǔ'ěrhāchì 1583-1626) , putera Taksi menggantikan ayahnya menjadi pemimpin bagi suku Jianzhou Jurchen. Pada tahun 1584 ia membalaskan kematian ayah dan kakeknya dengan memenggal Nikan Wailan. Nurhaci lantas menyatukan suku-suku Jurchen lain dan melancarkan perlawanan terhadap Dinasti Ming, yang merupakan atasannya. Pada tahun 1616 ia mengangkat dirinya menjadi Khan dan kerajaannya dinamakan Jin Akhir (Amaga Aishin Gurun). Hal ini memperlihatkan bahwa Nurhaci ingin agar kerajaannya dipandang sebagai pewaris Dinasti Jin. Nurhaci secara anumerta diangkat sebagai kaisar pertama Dinasti Qing. Meskipun demikian, puteranya bernama Abahai yang secara resmi menyandang gelar sebagai kaisar Dinasti Qing pada tahun 1636. Jadi, nama kerajaan diganti dari Jin Akhir menjadi Qing semasa puteranya tersebut. Selanjutnya, Dinasti Qing berhasil menguasai China pada tahun 1644 dan berkuasa hingga 1911/1912 dengan Puyi sebagai kaisar terakhirnya.
.
Dirangkum dari wikipedia.