Tampilkan postingan dengan label Sejarah Kalimantan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Kalimantan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Juni 2015

BUKU TENTANG KALIMANTAN BESERTA PENDUDUKNYA

BUKU TENTANG KALIMANTAN BESERTA PENDUDUKNYA

Ivan Taniputera
10 Juni 2015



Judul: Borneo: Het Land der Koppensnellers
Penulis: Eric Mjöberg (1882-1938)
Penerbit: J. T. Swartsenburg, Zeist, 1927
Jumlah halaman: 368
Bahasa: Belanda

Buku ini berisikan perjalanan ke India (Hindia Inggris) dan Kepulauan Nusantara, terutama Kalimantan. Judulnya secara harafiah adalah "Kalimantan: Tanah Para Pemenggal Kepala." Berikut ini adalah daftar isinya:




Berikut ini adalah uraian mengenai asal mula penduduk Kalimantan:

"Wij weten met zekerheid, dat Zuid-Azie overstroomd werd door groote volksmassa's, die uit het Noorden kwamen. Die menschenmassa's moeten veel talrijker geweest zijn, dan wij wel vermoeden. Hoe zij in die duizenden jaren gevochten en gestreden hebben om de oppermacht the krijgen, kunnen wij opmaken uit de enkele overgebleven relieken en de geheel geisoleerde resten van menschenrassen...." (halaman 211).

Terjemahan:

"Kita mengetahui dengan pasti, bahwa Asia Selatan dibanjiri oleh sekumpulan besar migrasi, yang berasal dari utara. Kumpulan orang-orang yang bermigrasi itu jauh lebih banyak, dibandingkan yang kita duga. Bagaimana mereka selama ribuan tahun berjuang dan bertahan hidup, dapat kita rekonstruksi dari setiap barang peninggalan serta sisa-sisa umat manusia yang terisolasi....."

Duraikan pula mengenai pembagian penduduk Kalimantan:

"Wie hebben gezien, dat de Borneanen zich tot vijf hoofdgroepen terug laten brengen: de Poenans, de Kalamantans (een collectief begrip), den Kajan-Kenjas, de Ibans en de Maleiers. (halaman 224).

Terjemahan:

"Kita telah menyaksikan bahwa penduduk Kalimantan dapat dirunut menjadi lima kelompok utama: Punan, Kalamantan (suatu sebutan kolektif), Kayan-Kenyah, Iban, dan Melayu."

Di dalamnya diurakan pula mengenai dewa-dewa yang dipuja oleh penduduk Kalimantan, sebagai contoh:

1. Tama Tinggi, yang bertahta di Langit .
2. Djaga Hippui, ibu dari suku Kenyah dan penguasa bagi jiwa-jiwa yang baik.
3.Amei Avi, penguasa bumi dan segala sesuatu yang dihasilkannya. (halaman 243).

Adapun kosmologinya adalah sebagai berikut:

1.Langit tertinggi dihuni oleh Tama Tinggi.
2.Apu Lagan dihuni oleh Djaga Hippui dan jiwa-jiwa yang baik.
3.Apo Kesio, dihuni oleh roh-roh orang meninggal.
4.Dunia, dihuni oleh umat manusia dan roh-roh jahat.
5.Alam Dunia Bawah, dihuni oleh Amei Avi. (lihat halaman 243).

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:






Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com

Jumat, 03 Agustus 2012

Perjuangan Etnis Tionghua di Kota Baru Dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Perjuangan Etnis Tionghua di Kota Baru Dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Ivan Taniputera
3 Agustus 2012

Kebetulan pada hari ini saya berkesempatan mengadakan wawancara dengan pemilik rumah tempat saya kost yang dulu pernah berjuang di Kota Baru, Kalimantan Selatan. Waktu itu, Kota Baru masih merupakan ibukota Kalimantan Tenggara. Pada kesempatan tersebut. Beliau, yakni Bapak Arifin Tjandra (Tjan Tjian Hwa) memberikan dokumen riwayat perjuangan rakyat menegakkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945  di Kota Baru dan Kalimantan Tenggara, yang juga didukung oleh etnis Tionghua. Dokumen-dokumen tersebut berupa:

1. Catatan Peristiwa: Kabupaten Kotabaru Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Formulir Pendaftaran Calon Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, tertanggal 13 April 1987.

Rangkaian perjuangan kemerdekaan di Kalimantan Tenggara tidak terpisahkan dari kembalinya pasukan NICA yang membonceng Sekutu guna menegakkan kembali kolonialisme pascakekalahan Jepang. Bahkan Belanda berniat mendirikan negara boneka di bumi Kalimantan. Para pemuda yang tergabung dalam Gabungan Pemuda Indonesia (GAPIKA) mengundang rapat anggota organisasi kepemudaan lainnya dari seluruh Kalimantan Selatan. Rapat tersebut kemudian diselenggarakan di Gedung Bioskop "Pandai" pada tanggal 17 hingga 20 Maret 1947. Sementara itu, dari Kota Baru hadir Syahran Gani, Peran Kamar, dan Nadalsah (lihat "Catatan Peristiwa: Kabupaten Kotabaru Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, halaman 109).
Sesuai rapat, Syahran Gani dan Peran Kamar mengadakan pertemuan rahasia dengan pimpinan gerakan M.N.1001 (M. Sibli Imansyah) beserta Hasan Basri selaku pimpinan gerilyawan. Adapun pertemuan dengan Hasan Basri dilangsungkan di tempat kediaman H. Rafai, di Kandangan. Pertemuan rahasia itu menghasilkan keputusan sebagai berikut:

a.Penyatuan taktik dan strategi perjuangan.
b.Cara-cara peningkatan perjuangan yang lebih aktif serta efektif.

Sementara itu, di luar Kota Baru, perjuangan rakyat semakin menghebat dan pasukan NICA terus mengejar para pejuang. Gerakan-gerakan di bawah tanah bermunculan bagai cendawan di musim hujan demi menghadapi penjajah. Sebagai contoh adalah Gerakan Rahasia Cantung (Sungai Kupang). Perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini juga mendapat dukungan etnis Tionghua. Karena tidak dicurigai oleh penjajah, mereka dapat menjadi tempat perlindungan yang aman bagi para gerilyawan. Mereka kerap membocorkan pada para gerilyawan mengenai rencana Belanda, sehingga gerak-gerik musuh dapat diketahui dan tidak mudah melakukan penyergapan terhadap para gerilyawan. Adapun nama-nama tokoh Tionghua yang turut membantu perjuangan antara lain adalah:

  • Tyan A Song, Oey Gwan Seng, Tjan Tjian Hwa (yakni om kost saya), dan Tjan Ing Kay di daerah Sungai Kupang, Cantung.
  • Tjan A Teng dan Tjan Ing Kay di Kampung Sangking (Benyiur), yang pernah menyembunyikan Hasan Basri di tempat kediaman mereka, sewaktu yang bersangkutan dicari-cari oleh Belanda.
  • Lim Heng Po, Nyo A Hai, dan Tjan A Kay di kawasan pantai.
  • Ong Sung Hang di Kota Baru yang kerap mengirimkan barang keperluan perjuangan, seperti kain dan lain sebagainya.
  • Seorang wanita bernama Ang Tiauw Ek di Batulicin yang kerap membantu perjuangan dengan mengirimkan berbagai barang keperluan bagi para gerilyawan. (lihat "Catatan Peristiwa: Rakyat Kabupaten Kotabaru Mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945," halaman 145)

Om kost saya sendiri, yakni Tjan Tjian Hwa, merupakan anggota veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia pernah bergabung sebagai anggota kelaskaran ALRI Divisi IV PT. 10 (A) dari tanggal Juni 1948 hingga Desember 1949. Ketika itu yang menjadi komandannya adalah Sakar Taib, sedangkan wakil komandannya adalah Mohamad Taib. Asuk (Paman) Tjan Tjian Hwa sendiri kini telah berusia hampir 90 tahun, sehingga banyak peristiwa yang telah terlupakan.Namun Beliau juga memiliki andil dalam perjuangan.
Demikianlah sekilas perjuangan etnis Tionghua di Kalimantan Tenggara dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia.



Foto Bapak Tjan Tjian Hwa