SEKALI LAGI KENANGAN SELAMA STUDI DI JERMAN
Ivan Taniputera
5 Januari 2014

Hari
ini saya akan meriwayatkan beberapa kenangan selama menuntut ilmu di
Jerman. Barangkali hal ini dapat menjadi teladan bagi negara kita.
Pertama-tama,
pendidikan di Jerman adalah gratis. Bagi bangsa Jerman pendidikan
adalah hak azasi setiap warga negara, bahkan orang asing seperti saya
juga gratis dalam menuntut ilmu di Jerman. Dalam setiap semester kita
hanya diminta membayar iuran AsTa atau organisasi mahasiswa. AsTa akan
menyediakan pengacara jika seorang mahasiswa menghadapi masalah hukum.
Oleh karenanya, ilmu pengetahuan di Jerman sangat maju.
Bagaimana
di negara kita? Biaya pendidikan semakin membumbung tinggi dan mencekik
leher. Apabila demikian halnya, bagaimana dengan slogan "mencerdaskan
kehidupan bangsa"? Apakah itu hanya slogan pemanis bibir saja? Ilmu
pengetahuan seharusnya menjadi hak setiap warga negara sebagaimana
halnya di Jerman. Dengan demikian, Jerman dapat menjadi bangsa yang
maju dan tersohor dalam bidang teknik serta sains.
Kedua, antara
universtas dan perguruan tinggi pada satu pihak dan industri pada pihak
lain, terdapat kerja sama yang erat. Kedua belah pihak saling mendukung.
Sementara itu, di negara kita institusi pendidikan dan perguruan tinggi
nampak berjalan sendiri-sendiri. Hubungan antara keduanya belumlah
erat. Padahal jika diberi kesempatan banyak hal dari perguruan tinggi
yang dapat dimanfaatkan bagi industri. Sarana riset di perguruan tinggi
dapat dimanfaatkan oleh industri, dan institusi pendidikan hendaknya
menyambut baik hal tersebut.
Ketiga, sewaktu mengurus
surat-surat di Jerman semuanya tidak berbelit-belit. Asalkan dokumen
lengkap, maka dengan segera surat-surat yang kita butuhkan akan
terselesaikan. Di sana juga tidak mengenal pungutan di luar peraturan
yang telah ditetapkan. Semoga negara kita juga tidak lama lagi dapat
menjadi seperti itu pula.
Keeempat, satu sikap terpuji di Jerman
dan dunia Barat adalah kesediaan mengalah bagi orang-orang tua. Jika ada
orang tua, cacat, atau sakit yang memasuki kendaraan umum dan tempat
duduk penuh, maka orang yang lebih muda serta sehat akan berdiri dan
merelakan tempat duduknya.
Kelima sistim angkutan di Jerman
sangat tepat waktu dan relatif bersih dibandingkan di sini. Saya pernah
tidak diizinkan masuk ke bus karena makan es krim. Ketika itu, saya
menghadapi pilihan sulit, yakni membuang es krimnya atau menunggu bus
berikutnya. Akhirnya, karena es krim itu mahal, maka saya dengan
terpaksa menunggu bus berikutnya yang datang sekitar 15 menit kemudian.
Keenam,
kesadaran terhadap lingkungan sangat tinggi. Di Jerman sampah telah
dipisahkan menjadi tiga, yakni sampah organik, kertas, dan gelas.
Sementara itu, di negara kita sampah masih dengan sengaja dibuang di
sungai. Di sungai-sungai di Berlin bahkan angsa masih dapat hidup.
Ketujuh,
orang Jerman sangat nasionalis dan mencintai produk negaranya. Salah
seorang kawan saya yang orang Jerman, tetap memilih Lufthansa, walaupun
ada maskapai penerbangan lain dengan kualitas dan standar keamanan sama
namun lebih murah harganya.
Demikianlah beberapa hal-hal positif
yang dapat kita teladani dari orang Jerman. Sebenarnya masih banyak
hal-hal positif lainnya, tetapi sementara saya cukupkan sampai di sini
dahulu. Semoga bermanfaat dan dapat memacu perubahan ke arah lebih
baik.