MERAH PUTIH BERKIBAR DI ANGKASA JERMAN
Ivan Taniputera
22 Juli 2015
Pada
kesempatan kali ini saya akan membagikan lagi sekelumit pengalaman saya
sewaktu studi di Jerman. Ini merupakan salah satu pengalaman yang
membanggakan pula, hanya saja saat ini mungkin hanya sedikit saja yang
masih mengingatnya. Kisah ini akan saya buka dengan pengalaman kawan
saya sesama mahasiswa Indonesia di Jerman, yang ditanya dengan nada
menghina oleh dosennya, "Apakah lambang negara Anda?" Pasti bebek ya?"
Kawan saya menjawab, "Oh bukan, lambang negara saya adalah burung
Garuda? Anda tahu Garuda?" Sebelum dosen itu sempat menjawab, kawan saya
melanjutkan lagi, "Garuda adalah burung yang jauh lebih besar dari
burung elang Jerman. Bahkan elang Jerman bisa ditelan olehnya." Sebagai
informasi, lambang negara Jerman adalah burung elang. Saya tidak
mengetahui bagaimana kelanjutan kisah di atas, karena kawan saya tidak
mengatakan lebih lanjut mengenai hal itu. Namun dari pengalaman ini,
kita mengetahui bahwa ada sebagian di antara mereka yang memandang
rendah pada negara kita.
Tetapi cibiran tersebut terpatahkan sewaktu negara kita dapat menjadi rekan Jerman dalam Hannover Messe
(Inggris: Hanover Fair). Saya akan menceritakan sedikit pada para
pembaca mengenai apakah Hannover Messe itu. Hannover Messe adalah
pameran teknologi dan industri terbesar di dunia yang setiap tahun
diadakan di kota Hannover, Jerman. Festival ini mulai diadakan semenjak
tahun 1947. Sebagai mahasiswa jurusan teknik mesin, maka saya merasa
"berkewajiban" mengunjunginya setiap tahun. Seolah-olah ini menjadi
ritual rutin tahunan bagi saya. Festival atau pameran ini sungguh luar
biasa besar. Jika ingin melihatnya secara lengkap, Anda memerlukan waktu
kurang lebih dua atau tiga hari, dan dibagi menjadi berbagai cabang
teknologi permesinan, misalnya hidrolik, pneumatik, otomatisasi, sensor,
teknik keselamatan kerja, elemen mesin, dan lain sebagainya. Saya
biasanya datang untuk mengumpulkan brosur dan katalog mesin, sehingga
dapat dijadikan contoh atau menambah gagasan dalam merancang mesin. Kita
dapat menyaksikan mesin-mesin dengan teknologi termaju pada saat itu.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap tahun, Hannover Messe akan memilih
suatu negara sebagai rekan (partner). Tentu saja yang dipilih sebagai
partner adalah negara yang dipandang maju atau mempunyai pertumbuhan
yang baik. Juga yang dapat menjadi rekan kerja sama saling menguntungkan
dengan Jerman.
Lalu apakah yang membanggakan? Negara kita
ternyata pernah terpilih sebagai rekan Jerman dalam Hannover Messe. Saya
sudah mencoba googling hal ini tetapi tidak menemukannya. Jadi saya
anggap bahwa sudah jarang orang yang mengingatnya. Negara kita menjadi
negara rekan Hannover Messe pada tahun 1995 atau 1996. Tahun pastinya
saya tidak ingat. Dengan mempertimbangkan bahwa saya pulang ke tanah air
pada tahun 1997, dan peristiwa itu terjadi tidak lama sebelumnya, maka
saya memperkirakannya tahun 1995 atau 1996. Jadi kurang lebih sudah 20
tahun lalu, yakni sebelum negara kita dilanda krisis moneter. Negara
kita dipandang telah siap menjalani tahap tinggal landas menuju negara
industri. Sebagai negara rekan Hannover Messe, maka saat berlangsungnya
festival tersebut, kita melihat bendera merah putih berdampingan dengan
bendera Jerman. Tidak dapat terlukiskan kebanggaan saat menyaksikannya.
Ternyata
prestasi yang membanggakan negara kita selama saya masih studi di
Jerman bukan hanya itu saja. Indonesia juga pernah menjadi rekan dalam
festival dirgantara di Berlin. Dalam bahasa Jerman festival dirgantara
ini dikenal sebagai Internationale Luft- und Raumfahrtausstellung (ILA),
jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Pameran Dirgantara
dan Antariksa International. Pameran atau festival ini diadakan semenjak
tahun 1909 dan bertempat di kota Berlin. Ia dianggap sebagai salah satu
pameran dirgantara tertua dan terbesar di dunia. Yang membanggakan
adalah negara kita pada tahun 1995 atau 1996 juga pernah menjadi negara
rekan bagi festival tersebut. Negara kita memamerkan pesawat hasil
produksi IPTN. Oleh karena itu, Indonesia dianggap sebagai salah satu
negara yang menguasai teknologi penerbangan. Kita juga melihat merah
putih berkibar di sana. Selain itu, saya berkesempatan menyaksikan Bapak
Habibie dari dekat.
Berdasarkan pengalaman di atas, kita dapat
menyaksikan bahwa negara kita sebenarnya sudah siap tinggal landas pada
saat itu. Negara kita mempunyai teknologi yang mumpuni sebagai bekal
memasuki era bangsa teknologi. Tetapi sayangnya tidak lama setelah saya
kembali ke tanah air, krisis moneter mendera negara kita. Kita tidak
tahu apakah setelah hampir lewat 20 tahun ini, kita sudah dapat
dikatakan pulih atau belum. Tetapi yang saya tahu adalah "kita pernah
bisa dan pasti akan bisa lagi di masa mendatang."