Tampilkan postingan dengan label pengalaman di Jerman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengalaman di Jerman. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 November 2017

TROTOAR DI JERMAN

TROTOAR DI JERMAN.
.
Ivan Taniputera.
7 November 2017.
.
Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit menuliskan mengenai trotoar di Jerman. Dalam bahasa Jerman, trotoar disebut Fußgängerweg (cara baca: Fussgengerweg). Secara etimologis istilah tersebut dapat kita uraikan sebagai berikut. Fuß berarti “kaki.” Aksara seperti huruf Yunani beta (ß) dalam bahasa Jerman dibaca ss. Jadi Fuß dibaca “fuss.” Gänger berarti “pejalan.” Aksara ä atau a dengan Umlaut (titik dua di atasnya) dibaca e seperti pada kata “ember.” Weg berarti “jalan.” Jadi Fußgängerweg berarti “jalan bagi pejalan kaki.” Dengan demikian, berdasarkan etimologi tersebut Fußgängerweg diperuntukkan hanya bagi para pejalan kaki. Meskipun demikian, terkadang jika tempatnya cukup lebar, terdapat pula jalur khusus yang diperuntukkan bagi pengendara sepeda. Jalur tersebut akan ditandai dengan gambar sepeda. Di Jerman bahkan sepeda tidak boleh dipergunakan di Fußgängerweg yang tidak mempunyai jalur sepeda, apalagi sepeda motor. Kalau tidak salah, pengendara sepeda sekali pun jika melanggar juga akan ditilang dan harus membayar denda. Kita tidak akan pernah menyaksikan sepeda motor menyerobot jalan bagi pejalan kaki di Jerman.
.
Menurut pengamatan saya, trotoar atau Fußgängerweg di Jerman sangat rapi, bersih dan teratur. Orang tidak boleh berjualan di Fußgängerweg. Oleh karenanya, pejalan kaki sangat dihormati dan dihargai di Jerman. Kendati demikian, para pejalan kaki juga harus mematuhi peraturan lalu lintas. Saat lampu merah bagi pejalan kaki menyala, mereka juga harus berhenti hingga lampu menyala hijau. Barulah setelah itu mereka boleh melanjutkan berjalan menyeberang.
.
Demikian sekilas perkenalan kita dengan trotoar di Jerman.

Minggu, 08 Oktober 2017

PENGALAMAN DENGAN ES KRIM DI JERMAN

PENGALAMAN DENGAN ES KRIM DI JERMAN. 
.
Ivan Taniputera. 
8 Oktober 2017. 






Es krim merupakan salah satu makanan kegemaran saya. Suatu kali semasa kuliah di Jerman, saat sedang menunggu bis di halte, saya memutuskan membeli es krim di sebuah toko yang terletak dekat tempat tersebut. Saya langsung menyantap es krim itu karena berpikir masih cukup waktu sebelum bis tiba. Ternyata, belum beberapa lama menyantap es krim, bis pun datang. Sewaktu hendak melangkah masuk, pengemudi bis mengingatkan bahwa orang yang sedang makan dilarang naik bis. Saya lalu menimbang-nimbang sejenak. Jika saya naik, maka es krim yang masih sisa banyak itu harus dibuang. Harganya cukup lumayan untuk ukuran mahasiswa saat itu. 
.
Saya pikir sayang juga. Akhirnya, saya lebih memilih menghabiskan es krim saya, meski dengan risiko menunggu bis berikutnya yang datang setengah jam lagi. Memang di daerah itu bis datang setengah jam sekali. Demikianlah, saya harus rela menyaksikan bis itu berlalu. Demi es krim, saya harus berdingin-dingin selama setengah jam. Kebetulan saat itu adalah musim dingin. Alasan peraturan seperti itu sebenarnya sangat baik karena menjaga agar bis dan angkutan umum lain tetap bersih. 
 .
Informasi ini mungkin berguna bagi adik-adik yang hendak melanjutkan kuliah di Jerman. Jika kalian sedang menunggu bis dan hendak mengonsumsi es krim pastikan waktunya cukup, atau kalian harus naik bis berikutnya.

PENGALAMAN DIPECAT KERJA DI JERMAN

PENGALAMAN DIPECAT KERJA DI JERMAN. 
.
Ivan Taniputera. 
7 Oktober 2017.
.




Semasa kuliah di Jerman dulu, saya bekerja paruh waktu untuk menambah uang saku. Suatu kali saya bekerja di sebuah pabrik pembuatan compact disc (cd). Saya mendapat tugas membungkus (einpacken) cd-cd yang hendak didistribusikan. Waktu itu penyelia (supervisor) memberikan perintah agar setiap bungkusan berisi "sechs und dreißig" keping cd. Secara harafiah "sechs und dreißig" berarti "enam dan tigapuluh." Artinya adalah 36 atau 3 lusin. Memang dalam bahasa Jerman penyebutan angka adalah satuan terlebih dahulu; baru setelah itu puluhannya, yang dihubungkan dengan kata "und" (dan). Jadi berkebalikan dengan Bahasa Indonesia atau Inggris. Karena belum terbiasa, saya mengira bahwa ia menyebutkan 63.
.
Saya lalu membungkus masing-masing 63 keping cd. Setelah bekerja selama kurang lebih tiga jam, supervisor itu kembali. Tentu saja, saya sudah menyelesaikan cukup banyak bungkusan. Ia nampak bingung dan bertanya, "Biasanya bungkusan isi 36 cd tidak sebesar ini. Coba dihitung dulu." Ia membuka satu bungkusan dan mendapati jumlahnya 63. Supervisor sangat marah, "Bukankah tadi saya bilang 36. Kenapa jadi 63? Semua harus dibongkar dari awal lagi. Waktu jadi sia-sia!" Saya menyadari kekeliruan saya dan berkata, "Maafkan saya. Saya akan membongkar semuanya sampai tuntas." Ia menjawab dengan marah, "TIDAK PERLUUU... KAMU DIPECATTT!!!" Demikianlah pengalaman saya bekerja selama tiga jam di pabrik cd. Lumayan gaji saya selama 3 jam tetap dibayar. Meskipun demikian, beberapa bulan kemudian saya melamar lagi bekerja paruh waktu di sana dan.... diterima lagi! Mungkin mereka sudah lupa. 
.
Bagi adik-adik yang ingin melanjutkan kuliah di sana, biasakan diri kalian dengan penyebutan angka dalam bahasa Jerman agar kalian tidak mendapatkan pengalaman seperti saya hahaha...

Sabtu, 07 Oktober 2017

PENGALAMAN TEMAN BEKERJA GELAP DI JERMAN

 PENGALAMAN TEMAN BEKERJA GELAP DI JERMAN.
.
Ivan Taniputera.
4 November 2013



Ini cerita lucu lagi mengenai pengalaman selama kuliah di Jerman. Kerja gelap (Schwarzarbeiter) merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan mahasiswa kita. Ini bukan kerja tanpa diterangi lampu atau pun kerja saat listrik mati, melainkan kerja tanpa surat izin kerja (Arbeitserlaubnis). Biasanya mahasiswa kita bekerja gelap dengan berbagai alasan, misalnya sudah dicabut visa pelajarnya karena terlalu lama tidak lulus-lulus dan juga alasan-alasan lainnya yang di luar pokok pembahasan kita.
.
Biasanya momok bagi para pekerja gelap adalah razia yang diadakan kepolisian Jerman. Ini adalah pengalaman yang dialami kawan saya. Ia waktu itu bekerja di sebuah restoran China. Di tengah bekerja datanglah serombongan polisi yang mengadakan razia. Seluruh karyawan restoran itu dikumpulkan dan diperiksa paspor beserta izin kerjanya.
.
Teman saya ketika itu membawa paspor yang visanya sudah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi karena ia sebenarnya sudah harus hengkang dari Jerman akibat studi tidak selesai-selesai. Jadi kesalahannya ada dua, yakni visa sudah kadaluarsa dan tidak punya izin kerja (otomatis kalau visa kadaluarsa maka juga tidak bisa mendaftar izin kerja).
.
Polisi itu tiba-tiba bertanya setelah melihat paspor Indonesianya: "Kamu orang Indonesia tapi kok kerja di restoran China?"
.
Kawan saya memang kalau berbicara seenak sendiri, ia lantas menjawab: "Ah lalu kenapa? Saya kemarin melihat orang Jerman kerja di restoran Italia."
.
Wajah sang polisi menjadi merah padam, dan dengan jengkel dia berkata, "Paspor Anda kami tahan. Seminggu lagi tanggal sekian dan jam sekian kamu ambil di bandara beserta tiket pulang ke Indonesia."
.
Teman saya akhirnya masuk daftar hitam dan tidak bisa balik ke Jerman lagi.

LAGI-LAGI SEKELUMIT PENGALAMAN DI JERMAN

LAGI-LAGI SEKELUMIT PENGALAMAN DI JERMAN
.
Ivan Taniputera
27 Agustus 2011

Pengalaman kerja di Jerman (jadi Arbeiter)
.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin kembali mengisahkan pengalaman-pengalaman saya selama di Jerman. Saya ingin menceritakan pengalaman saya bekerja paruh waktu di Jerman. Sebagai mahasiswa di Jerman, kita memang boleh bekerja paruh waktu.  Beberapa hari setelah saya tiba di Jerman dan memperoleh surat penerimaan dari Studienkolleg, saya mendaftar (anmelde) kartu pajak atau Lohnsteuerkarte. Kartu ini merupakan semacam izin kerja selama kita kuliah di Jerman. Selanjutnya bila mendapatkan pekerjaan kita dapat meminta surat dari TUSMA agar dapat melakukan penghitungan (Abrechnung) gaji beserta pajaknya. Sebelumnya saya perlu menceritakan terlebih dahulu, apa yang dimaksud TUSMA itu. TUSMA adalah semacam lembaga penyalur tenaga kerja khusus bagi mahasiswa. Kantor TUSMA pada zaman saya kuliah terletak di bagian depan TU (Technische Universitaet Berlin). TUSMA ini merupakan bintang penolong bagi para mahasiswa yang lagi bokek atau seret keuangannya. Jika membutuhkan pekerjaan, kita harus datang pagi-pagi ke TUSMA, lalu meminta nomor berdasarkan urutan kehadiran kita. Jika ada pekerjaan, maka akan diumumkan, para peminat lalu bergegas memasuki kantor TUSMA dan menunjukkan nomornya. Pemegang nomor yang lebih kecil akan menjadi pemenang dan memperoleh pekerjaan tersebut. Biasanya pekerjaan yang berat seperti membantu pindahan (Umzugshilfe) kurang diminati dan pekerjaan yang ringan misalnya mengajar bahasa Indonesia  pada orang Jerman akan menjadi rebutan. Demikianlah mekanisme TUSMA.

Baik, sekarang kembali ke cerita saya. Setelah semua surat-surat lengkap kita dapat mulai mencari pekerjaan, yang tidak harus melalui TUSMA. Salah satu bekal berharga saya dalam mencari pekerjaan adalah daftar nomor telepon perusahaan-perusahaan yang ada di Jerman. Kendati bahasa Jerman saya belum fasih, tetapi saya telah diajarkan suatu “mantra” ampuh oleh teman saya: “Kann ich bitte mit Personelabteilung sprechen?” (Dapatkah saya berbicara dengan bagian personalia?). Setelah disambungkan dengan bagian tersebut barulah kita mengatakan, “Guten Morgen. Ich bin Student und suche gerade eine Arbeit. Haben Sie vielleicht ein freies Platz fuer mich?” (Selamat pagi. Saya adalah mahasiswa yang sedang mencari pekerjaan. Apakah Anda ada pekerjaan untuk saya?). Ini adalah “mantra” yang sangat bermanfaat dalam mencari pekerjaan. Saya pokoknya menghafal saja bagaimana mengucapkan kalimat-kalimat di atas dengan benar saat menelepon satu persatu perusahaan-perusahaan dalam daftar yang diberikan kawan saya.
Pekerjaan pertama yang saya peroleh selama kehidupan saya di Jerman adalah di pabrik kopi, yang namanya saya lupa. Tetapi jenis pekerjaannya yang saya tidak pernah lupa, yaitu di ban berjalan (Fliessbahn). Secara bercanda, mahasiswa yang jarang kuliah dan kebanyakan bekerja akan digelari “Diplom Fliessbahn” (Sarjana Ban Berjalan). Tugas saya adalah meletakkan bungkusan-bungkusan kopi di atas ban berjalan itu ke atas paletnya. Tentu saja kita harus berlomba dengan ban berjalannya, karena kalau tidak bungkusan-bungkusan itu akan berjatuhan ke lantai. Sebagai konsekuensinya, pengawas orang bule yang “sangat baik hatinya” itu akan mendatangi kita. Kata-kata “pujian” akan diucapkannya pada kita. Tetapi bahasa Jerman saya waktu itu belum begitu baik, sehingga tidak mengetahui apa yang diucapkannya. Pokoknya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Tentu saja, karena pertama kali bekerja, pekerjaan ini terasa berat, tetapi untungnya banyak mahasiswa Indonesia lainnya, sehingga pekerjaan jadi terasa agak ringan.

Pekerjaan lain yang sangat berat adalah membantu orang pindahan. Pekerjaan ini saya dapat dari TUSMA, gajinya memang cukup besar. Tetapi ternyata apartemen orang itu jadul sekali, tidak ada liftnya! Saya harus naik ke tingkat tiga dan menurunkan semua barangnya, memasukkan ke truk dan kembali ke tingkat tiga lagi.  Perlu diketahui, orang ini adalah seniman, sehingga barangnya kebanyakan adalah lukisan dan buku. Belum lagi barang-barang lainnya. Dapat dibayangkan betapa beratnya pekerjaan tersebut. Setelah semua barang diturunkan, kita semua naik ke truk menuju apartemen barunya. Saya berharap di sana ada lift. Tetapi astaga! Di sana juga tidak ada liftnya! Kali ini apartemen barunya di tingkat empat. Lebih tinggi satu tingkat lagi. Drama penyiksaan ini terulang kembali hanya dalam urutan mundur. Kalau tadi menurunkan barang, sekarang menaikkan barang. Gajinya memang besar. Kurang lebih sama dengan dua kali pekerjaan biasa, namun setelah itu badan saya jadi pegal semua dan ambruk selama tiga hari.

Tidak semua pekerjaan berat. Saya pernah mendapatkan pekerjaan yang sangat tidak masuk akal menyenangkannya, tetapi hanya sekali itu saja. Pekerjaan itu adalah “bertepuk tangan dan bersorak-sorak dalam acara kuis tebak kata.” Kuis seperti ini beberapa waktu yang lalu pernah marak di televisi kita. Karena kekurangan pendukung yang hadir, mereka merekrut mahasiswa agar pura-pura menjadi suporter agar acaranya kelihatan meriah. Tugas kita hanya bertepuk tangan dan bersorak sekeras-kerasnya saja. Bahkan kalau tepuk tangannya kurang keras akan dipecat! Salah seorang mahasiswa dari China terkena pemecatan karena soraknya dianggap kurang gegap gempita. Mahasiswa lainnya dengan bercanda mengatakan bahwa dipukul matipun dia tidak mau menonton acara kuis seperti itu lagi. Maklum selama delapan jam kita menonton acara yang dibuat langsung beberapa episoda tersebut. Jadi bisa dibayangkan betapa bosannya.
.
Ada lagi pengalaman lucu saya dalam bekerja paruh waktu di Jerman. Untuk menghindari pembayaran pajak yang besar, kita bisa meminjam surat izin kerja (Schein) milik teman yang jarang bekerja. Saya pernah pinjam surat izin milik seorang teman yang namanya S. J. Namun saya lupa kalau saya pinjam surat izin miliknya. Akibatnya waktu dipanggil, “Herr J...!” saya diam saja. Lalu ada pengawas mendatangi saya, “Sind Sie Herr J?” Saya waktu itu hampir saja menjawab tidak dan sejenak bingung serta diam saja. Akhirnya saya ingat bahwa saya pinjam kartu S. J. dan menjawab, “Ja...Ja.. Ich bin Herr J.” Mungkin orang bule itu terheran-heran dan berpikir, “Kok Auslaender satu ini bisa lupa namanya sendiri.” Hahahahahaha.

Kamis, 27 Juli 2017

HARI INI DUA PULUH SATU TAHUN LALU

HARI INI DUA PULUH SATU TAHUN LALU.
.
Ivan Taniputera.
27 Juli 2017.
.
Dua puluh satu tahun lalu, atau tepatnya tanggal 27 Juli 1996 berlangsung apa yang dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli, yakni singkatan dari “Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli.” Saya tidak akan mengungkapkan bagaimana terjadinya peristiwa tersebut karena sudah banyak dibahas di tempat lainnya. Saya hanya akan menuturkan apa yang saya alami pada hari tersebut. Tidak ada yang penting di sini. Hanya sekedar menyegarkan ingatan saja.
.
Pada tahun-tahun tersebut, saya masih mengambil kuliah teknik mesin di Technische Fachhochschule Berin atau TFh Berlin, yang sekarang dikenal sebagai University of Applied Science Berlin. Pada kurun waktu tersebut, media sosial untuk chating yang populer adalah IRC (singkatan dari Inter Relay Chat).
.
Saat itu saya sedang mengerjakan tugas guna mempersiapkan Diplomarbeit atau skripsi saya. Seperti biasa, saat mengerjakan tugas saya selingi dengan bermain IRC. Tentu saja dengan sembunyi-sembunyi. Sewaktu dosen pembimbing masuk atau muncul, segera layar saya ganti kembali dengan software FEM (Finite Element Method) yang saya pergunakan untuk membuat tugas.
.
Sekitar kurang lebih pagi menjelang siang (pukul 10.00-11.00 waktu setempat) seorang teman chatting di IRC yang berdomisi di Jakarta memberi tahu saya kalau ada kerusuhan, yang disebutnya sebagai “banteng mengamuk.” Keadaan sangat menakutkan dan ada bakar-bakaran.
.
Jakarta dan Berlin berbeda lima jam. Berlin terletak di zona +2, sedangkan Jakarta +7. Jadi saat itu, di Jakarta mungkin sekitar pukul 15.00. Kantornya kebetulan ada di dekat tempat tersebut. Saya masih belum paham apa yang dimaksud “banteng mengamuk.” Ternyata yang dimaksud adalah massa berpakaian warna merah, yang merupakan atribut salah satu partai tertentu. Teman chatting tersebut nampaknya segera berusaha pulang dan tidak mengabarkan lagi mengenai kelanjutan peristiwa itu.
.
Sorenya saya berkunjung ke apartemen kawan saya. Kawan tersebut nampaknya juga sudah mengetahui sedikit mengenai peristiwa yang baru saja terjadi di tanah air. Timbul keisengan dalam diri saya.Saya teringat kalau rumahnya di Jakarta terletak dekat lokasi peristiwa tersebut. Saya lalu berkata, “Lu tinggal di jalan XXX ya? Dengar-dengar di jalan itu rumahnya terbakar. Rumah lu kayaknya juga kena tuh.” Ia menjawab dengan kebingungan, “Eh, masa ya? Coba gue telepon keluarga gue dulu.” Teman tersebut lalu kebingungan mencari telepon. Karena kasihan lalu saya bilang, “Eh sory, gua cuma becanda.” Ia nampak kesal tetapi jadi lebih tenang. Ya, keisengan saya memang sebaiknya jangan ditiru.
.
Kelanjutan peristiwa tersebut kalau tidak salah saya ketahui keesokan harinya, melalui seorang teman lain yang memperoleh informasi lebih jelas. Kendati demikian, kronologi lengkapnya baru saya ketahui beberapa waktu kemudian, yakni melalui majalah Tempo yang menjadi langganan salah satu perkumpulan mahasiswa Indonesia, yang kegiatannya sering saya ikuti.
.
Semenjak lebih dari dua puluh tahun lalu, internet telah berperan mempersempit dunia.
.
Tak terasa peristiwa tersebut sudah dua puluh satu tahun berlalu.

Rabu, 22 Juli 2015

MERAH PUTIH BERKIBAR DI ANGKASA JERMAN

MERAH PUTIH BERKIBAR DI ANGKASA JERMAN


Ivan Taniputera
22 Juli 2015

Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan lagi sekelumit pengalaman saya sewaktu studi di Jerman. Ini merupakan salah satu pengalaman yang membanggakan pula, hanya saja saat ini mungkin hanya sedikit saja yang masih mengingatnya. Kisah ini akan saya buka dengan pengalaman kawan saya sesama mahasiswa Indonesia di Jerman, yang ditanya dengan nada menghina oleh dosennya, "Apakah lambang negara Anda?" Pasti bebek ya?" Kawan saya menjawab, "Oh bukan, lambang negara saya adalah burung Garuda? Anda tahu Garuda?" Sebelum dosen itu sempat menjawab, kawan saya melanjutkan lagi, "Garuda adalah burung yang jauh lebih besar dari burung elang Jerman. Bahkan elang Jerman bisa ditelan olehnya." Sebagai informasi, lambang negara Jerman adalah burung elang. Saya tidak mengetahui bagaimana kelanjutan kisah di atas, karena kawan saya tidak mengatakan lebih lanjut mengenai hal itu. Namun dari pengalaman ini, kita mengetahui bahwa ada sebagian di antara mereka yang memandang rendah pada negara kita.

Tetapi cibiran tersebut terpatahkan sewaktu negara kita dapat menjadi rekan Jerman dalam Hannover Messe (Inggris: Hanover Fair). Saya akan menceritakan sedikit pada para pembaca mengenai apakah Hannover Messe itu. Hannover Messe adalah pameran teknologi dan industri terbesar di dunia yang setiap tahun diadakan di kota Hannover, Jerman. Festival ini mulai diadakan semenjak tahun 1947. Sebagai mahasiswa jurusan teknik mesin, maka saya merasa "berkewajiban" mengunjunginya setiap tahun. Seolah-olah ini menjadi ritual rutin tahunan bagi saya. Festival atau pameran ini sungguh luar biasa besar. Jika ingin melihatnya secara lengkap, Anda memerlukan waktu kurang lebih dua atau tiga hari, dan dibagi menjadi berbagai cabang teknologi permesinan, misalnya hidrolik, pneumatik, otomatisasi, sensor, teknik keselamatan kerja, elemen mesin, dan lain sebagainya. Saya biasanya datang untuk mengumpulkan brosur dan katalog mesin, sehingga dapat dijadikan contoh atau menambah gagasan dalam merancang mesin. Kita dapat menyaksikan mesin-mesin dengan teknologi termaju pada saat itu. Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap tahun, Hannover Messe akan memilih suatu negara sebagai rekan (partner). Tentu saja yang dipilih sebagai partner adalah negara yang dipandang maju atau mempunyai pertumbuhan yang baik. Juga yang dapat menjadi rekan kerja sama saling menguntungkan dengan Jerman.

Lalu apakah yang membanggakan? Negara kita ternyata pernah terpilih sebagai rekan Jerman dalam Hannover Messe. Saya sudah mencoba googling hal ini tetapi tidak menemukannya. Jadi saya anggap bahwa sudah jarang orang yang mengingatnya. Negara kita menjadi negara rekan Hannover Messe pada tahun 1995 atau 1996. Tahun pastinya saya tidak ingat. Dengan mempertimbangkan bahwa saya pulang ke tanah air pada tahun 1997, dan peristiwa itu terjadi tidak lama sebelumnya, maka saya memperkirakannya tahun 1995 atau 1996. Jadi kurang lebih sudah 20 tahun lalu, yakni sebelum negara kita dilanda krisis moneter. Negara kita dipandang telah siap menjalani tahap tinggal landas menuju negara industri. Sebagai negara rekan Hannover Messe, maka saat berlangsungnya festival tersebut, kita melihat bendera merah putih berdampingan dengan bendera Jerman. Tidak dapat terlukiskan kebanggaan saat menyaksikannya.

Ternyata prestasi yang membanggakan negara kita selama saya masih studi di Jerman bukan hanya itu saja. Indonesia juga pernah menjadi rekan dalam festival dirgantara di Berlin. Dalam bahasa Jerman festival dirgantara ini dikenal sebagai Internationale Luft- und Raumfahrtausstellung (ILA), jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Pameran Dirgantara dan Antariksa International. Pameran atau festival ini diadakan semenjak tahun 1909 dan bertempat di kota Berlin. Ia dianggap sebagai salah satu pameran dirgantara tertua dan terbesar di dunia. Yang membanggakan adalah negara kita pada tahun 1995 atau 1996 juga pernah menjadi negara rekan bagi festival tersebut. Negara kita memamerkan pesawat hasil produksi IPTN. Oleh karena itu, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang menguasai teknologi penerbangan. Kita juga melihat merah putih berkibar di sana. Selain itu, saya berkesempatan menyaksikan Bapak Habibie dari dekat.

Berdasarkan pengalaman di atas, kita dapat menyaksikan bahwa negara kita sebenarnya sudah siap tinggal landas pada saat itu. Negara kita mempunyai teknologi yang mumpuni sebagai bekal memasuki era bangsa teknologi. Tetapi sayangnya tidak lama setelah saya kembali ke tanah air, krisis moneter mendera negara kita. Kita tidak tahu apakah setelah hampir lewat 20 tahun ini, kita sudah dapat dikatakan pulih atau belum. Tetapi yang saya tahu adalah "kita pernah bisa dan pasti akan bisa lagi di masa mendatang."

Sabtu, 30 Agustus 2014

SATU LAGI PENGALAMAN LUCU DARI NEGERI JERMAN

SATU LAGI PENGALAMAN LUCU DARI NEGERI JERMAN

Ivan Taniputera
23 Agustus 2014





Ini adalah pengalaman seorang teman sewaktu kuliah di Jerman. Teman tersebut baru datang ke Jerman, sehingga bahasa Jermannya belum lancar. Untuk menambah uang saku, ia bekerja sebagai pelayan restoran. Ketika itu, ia hendak menawarkan pelanggannya apakah menghendaki sepoci teh. Ia lalu bertanya, "Möchten Sie ein Kaninchen Tee?" Namun pelanggan itu hanya diam saja kebingungan. Teman itu lantas mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan gerakan isyarat menuangkan teh. Baru tamu itu paham.

Rupanya ia salah mengatakan Kännchen dengan Kaninchen.

Kännchen artinya adalah poci, sedangkan Kaninchen artinya adalah kelinci.

Mungkin sang pelanggan merasa bingung, semenjak kapan kelinci dapat mengeluarkan teh.