Tampilkan postingan dengan label kisah klasik Tiongkok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah klasik Tiongkok. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 September 2015

KISAH UT TI KIONG DITOLONG TIKUS

KISAH UT TI KIONG DITOLONG TIKUS
.
Ivan Taniputera.
28 September 2015
.








Ut Ti Kiong merupakan salah satu dewa pintu dalam tradisi Tiongkok. Kisah ini terjadi ketika Ut Ti Kiong terkepung banjir di kota Wan Shia bersama tiga ribu orang pasukannya. Untuk bertahan hidup mereka terpaksa bertahan hidup dengan memakan sayur keladi. 
.
Suatu ketika, saat sedang menggali sayur keladi di dalam kota Wan Shia, mereka menemukan berkarung-karung padi di dalam tanah. Jumlahnya mencapai 3.000 karung. Ternyata karung-karung padi tersebut berasal dari gudang padi kota Kim Yang Kwan yang dahulu dikuasai oleh Raja Lie Bit. Selama bertahun-tahun, tikus-tikus mengangkuti beras-beras tersebut, hingga tertimbun terus menerus menjadi sebanyak itu.
.
Konon hal itu terjadi karena bintang keberuntungan Raja Lie Bit sudah habis, sehingga tikus-tikus mengangkuti karung-karung berasnya. Pada saat yang tepat beras-beras itu dapat menyelamatkan Ut Ti Kiong beserta pasukannya dari kebinasaan. Bersamaan dengan itu, bintang keberuntungan Lie Sie Bin, raja Tjin, selaku majikan Ut Ti Kiong, sedang menanjak. Kelak Lie Sie Bin dapat menjadi kaisar Dinasti Tang. 
.
Berdasarkan kisah di atas, maka kita belajar bahwa alam itu bekerja dengan cara yang unik dan rumit. Bahkan terkadang dengan cara yang tidak kita duga. 
.
Sumber: “Tjerita Di Tiongkok Tjap-Pe Lo Hoan Ong Kota Wakang, Tempo Keradja’an Merk Soei Tiauw Baginda Soei Jang Te,” djilid ka 8, halaman 611.
.
Artikel menarik lainnya, silakan kunjungi:
https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
.


Rabu, 17 Juni 2015

BUKU SASTRA MELAYU TIONGHOA TENTANG KAISAR LIE SIE BIN MENGUNJUNGI NERAKA: TRADISI MEMBAKAR UANG-UANGAN KERTAS

BUKU SASTRA MELAYU TIONGHOA TENTANG KAISAR LIE SIE BIN MENGUNJUNGI NERAKA: ASAL MUASAL TRADISI MEMBAKAR UANG-UANGAN KERTAS

.
Ivan Taniputera
17 Juni 2015
.


Judul: Tjerita Keizer Lie Sie Bin Yoe Tee Hoe
Penulis: -
Penerbit: Electro-Drukk. Kho Tjeng Bie. & Co., Pintoe besar, Batavia, 1920
Jumlah halaman: 80

Buku ini mengisahkan hal-hal yang aneh dan gaib, yakni perjalanan Kaisar Lie Sie Bin ke neraka. Salah satu kisahnya meriwayatkan mengenai Kaisar Lie Sie Bin yang sewaktu di neraka meminjam uang emas dari gudang perbendaraan seseorang bernama Siang Liang. Padahal Siang Liang yang ketika itu masih hidup merupakan orang yang sangat miskin. Lalu bagaimana ia dapat mempunyai begitu banyak uang di alam baka? 

"Maka sekarang di tjeritaken Siang Liang memang ija ada satoe orang jang terlaloe miskin, soenggoe ija miskin tapi hatinja ada lempeng sekali, tiap-tiap hari ija ada pergi djoewal tauwhoe, kapan ada oentoengnja 100 tangtjie, separo ija boeat makan dan separonja ija beliin kertas mas dan kertas perak, saban hari tiada berentinja ija bakar itoe kertas sadja dan ija tiada poenja pikiran jang laen, kaloe ia poelang berdagang dapet kaoentoengan banjak atau sedikit ija makan minoem dengen segala soeka hati, kaloe soeda abis ija makan lantas ija pasang hio bersoedjoet jang betoel, bakar itoe kertas mas dan kertas perak, tandanja jang ija sanget aken hormatin pada Toapekong, sehari-hari pagi dan sore ija tiada bikin loepa, hatinja ingat sadja sama Toapekong...." (halaman 73).

Nampaknya kisah ini menjelaskan mengenai asal muasal persembahan uang-uangan kertas pada tradisi China. Selain itu, masih terdapat kisah-kisah lainnya. Adapun Kaisar Lie Shi Bin yang dimaksud di sini adalah Kaisar Tang Taizong dari dinasti Tang. 

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:





Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Selasa, 14 Mei 2013

PUSAKA TIONGHOA: BUKU TENTANG KISAH-KISAH KLASIK TIONGKOK

PUSAKA TIONGHOA: BUKU TENTANG KISAH-KISAH KLASIK TIONGKOK

Ivan Taniputera
15 Mei 2013









Judul: Pusaka Tionghoa
Penulis: Liem Thian Joe (1895-1962)
Penerbit: Ho Kim Yoe, Semarang, 1951
Jumlah halaman: 118

Buku ini merupakan kisah-kisah klasik Tiongkok yang mengandung makna bagi kehidupan. Berikut ini adalah kutipan beberapa kisah tersebut.

YANG TJOE DAN SOAL PEMERENTAHAN (halaman 9)

Tatkala Yang Tjoe kundjungin negeri Liang dan bertemu pada radja itu negri, ia lalu diadjak berunding tentang pemerentahan.
Yang Tjoe kata, soal memerentah itu sabenarnja tidak keliwat sukar, begitu mudah sebagai orang balikin telapak tangan.
Radja Liang tertawa : Tuan mempunjai satu isteri dan satu selir, masih ta mampu urusin ; mempunjai tiga bouw kebonan pun ta sanggup membikin kebon itu mendjadi subur, kami ta bisa mengarti bagimanatah mendadak tuan bilang bahua soal memarentah itu begitu mudah sebagai orang terbalikin telapakan tangan.
-Apatah baginda tidak melihat itoe gembala jang giring kambing-kambingnja? Dengan tjambuknja ia sanggup giring puluhan kambing. Ia mau mengulon gerombolan kambing itu pun mengulon; ia mau mengetan, puluhan kambing itu pun mengetan. Tjobalan andai kata baginda Giauw atau baginda Soen mengangon berapa kambing sadja nistjayalah mereka tak sanggup gembalain heiwan itu, djawab Yang Tjoe.

HENDAK BANTU SANG PADI LEKAS TUMBUH (halaman 102)

Dahulu di negeri Song ada seorang tani jang hatinja sangat menjesal padinja tidak tjepat tumbuhnja. Berhari-hari ia ke sawah, tetapi sang padi itu ta kelihatan tambah tinggi bentuknja.
Pada suatu hari ia kembali ke rumah dengan keadaan jang amat letih. Kepada orang-orang sedalam rumahnja ia kata: Wah, hari ini bukan kepalang susah pajahku, karena aku membantu sang padi supaja lekas bertumbuh.....
Anaknja menanjak: Dengan djalan bagaimana ajahku membantu sang padi supaja lekas subur.
-Dengan djalan tarik batangnja satu per satu supaja lekas mulur djadi pandjang, djawab sang ajah.
Anaknja lalu buru-buru kesawah untuk melihat pekerdjahan orang tuanja, ternjata sang padi semuanja telah djadi laju.

Berminat fotokopi silakan hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.