Tampilkan postingan dengan label pergerakan peranakan Tionghoa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pergerakan peranakan Tionghoa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Maret 2018

BUKU TENTANG NASIOANALISME TIONGHOA PADA ZAMAN HINDIA BELANDA

BUKU TENTANG NASIONALISME TIONGHOA PADA ZAMAN HINDIA BELANDA.
.
Ivan Taniputera.
16 Maret 2018.
.


.
Judul: Tentang Orang Tionghoa di Hindia Dengan Nationalism-nja
Penulis: Chai Yung Hsien
Penerbit: Surabaya, 1923
Jumlah halaman: 168.
.
Buku ini membahas mengenai pergerakan orang Tionghoa di masa Hindia Belanda, khususnya terkait pemahaman mereka terhadap nasionalisme. Pada halaman 9 dapat kita baca:
.
“Soedah lama, koerang lebih pada sapoeloeh taoen doeloe tatkala saja moelain perhatiken dan meliat gerakan di sana-sini dari orang Tionghoa di Hindia Ollanda, saja telah dapet kanjataan, oemoemnja di itoe waktoe marika merasa ada hidoep didalem djaman kamadjoean boeat bergerak.
Dan seperti jang kitaorang bisa liat, sedari itoe tempo sampe sekarang, dalem gerakannja, marika poen soedah bertindak begitoe djaoe ka segala djoeroesan, saking ingin, aken bisa oendjoek arti jang loeas dari nationalisme.
Tida bisa disangkal, bahoea itoe toedjoean memang ada besar dan moelia sekali bagi sasoeatoe bangsa, teroetama di ini masa dimana sedeng dengan madjoe orang mereboet hak kabangsaaannja sendiri-sendiri......”
.
Buku ini juga membahas mengenai berbagai aspek lain terkait orang Tionghoa masa itu, seperti ekonomi. Pada halaman 85 dapat kita baca:
.
“Oeroesan speculatie ada begitoe roepa, hingga maski begimana djoega, kaloe ditilik kadoedoekannja speculanten Tionghoa seperti sekarang ini, moesti dibilang boekan ada satoe djalan boeat mendapet kaoentoengan dengen ati-ati maka gampang tergoeling.”
.
Berikut ini adalah ulasan mengenai masalah pendidikan:
.
“Ada banjak orang sering bereboet omong dalem hal kirim anak-anaknja ka roemah sekolah; jang satoe dengen sengit bilang, sekali kali ada lebih baik kirim anaknja ka sekolahan Olanda, atoerannja ada banjak lebih beres dan lagi boeat tjaplok gadji bisa lakoe lebih-mahal, sedeng jang laen dengan penasaran kata, sasoeatoe bangsa haroes kenal bahasanja sendiri, maka orang Tionghoa haroes kirim anak-anaknja ka sekolahan Tionghoa baroe bisa kliatan pantes......” (halaman 155).
.
Berdasarkan kutipan di atas, kita dapat mengetahui bahwa lulusan sekolah Belanda pada masa itu dapat memperoleh gaji lebih besar.
.
Berikut ini adalh contoh-contoh halamannya.
.

.



.

.




.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Sabtu, 31 Desember 2016

ANGGARAN DASAR DAN ATURAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN CHUNG HWA HUI SEMARANG

ANGGARAN DASAR DAN ATURAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN CHUNG HWA HUI SEMARANG
.
Ivan Taniputera.
7 Januari 2017.
.



Judul: Statuten en Alg. Huishoudelijk Reglement van “Chung Hwa Hui” Semarang.
Penulis: --
Penerbit:--
Jumlah halaman: 32.
Bahasa: Belanda dan Melayu (Indonesia).
.
Pada Artikel 1 disebutkan:
.
“Perkoempoelan “Chung Hwa Hui”, djoega terseboet “Chineezenbond in Nederlandsch-Indie” bertempat di Semarang dan diberdiriken boeat tempo jang tida ditentoeken.
Ia dianggep moelain berlakoe pada ini hari, 9 April 1928.”
.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya.
.


.


.


.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Senin, 26 Desember 2016

BUKU ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN TIONG HWA HWEE KWAN DI SURABAYA

BUKU ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN TIONG HWA HWEE KWAN DI SURABAYA.
.
Ivan Taniputera.
27 Desember 2016.
.



.
Judul: Statuten dari Perhimpoenan “Tiong Hwa Hwee Kwan” Terdoedoek die Soerabaja
Penulis: ---
Jumlah halaman: 15
Tahun 1928.
.
Buku ini berisikan anggaran dasar (statuten) perhimpunan Tiong Hwa Hwee Kwan yang berkedudukan di Surabaya. Pada halaman 5 terdapat penjelasan sebagai berikut:
.
“Perhimpoenan ini terdoedoek di Soerabaja dan doeloe pake nama Hoo Tjiong Hak Tong, nama mana sekarang di berobah Tiong Hwa Hwee Kwan. Ini nama Tiong Hwa Hwee Kwan moesti di taroek di mana-mana di dalemnja statuten boeat gantinja nama Tiong Hoo Hak Tong, di mana sadja dia termasoek di dalemnja statuten.”
.
Pada fatsal 5 halaman 7, disebutkan susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut.
.
“Pengoeroesnja perhimpoenan ini di berdiriken oleh paling sedikitnja 17 leden, di mana ada satoe president, satoe vice-president, satoe secretaris, satoe adjunct secretaris, doewa adviseurs, satoe thesaurier dan sepoeloe commissaris....”
.
Menurut fatsal 6 (halaman 7), presiden perhimpunan ini dipilih. oleh persidangan umum para anggotanya dan menjabat setiap tiga tahun.
.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya.
.


.


.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Minggu, 24 Juli 2016

BUKU ATURAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN TIONGHOA HOO HAP

BUKU ATURAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN TIONGHOA HOO HAP.
.
Ivan Taniputera.
24 Juli 2016
.



.
Judul: Huishoudelijk Reglement Vereeniging Hoo Hap Sectie Tjilatjap dan Huishoudelijk Reglement Vereeniging Hoo Hap Afdeeling Song Soe Kiong.
Penulis:--
Jumlah halaman: 31.
.
Buku ini berisikan aturan rumah tangga Perhimpunan Hoo Hap daerah Tjilatjap dan bagian Song Soe Kiok.
.
Berikut ini adalah tujuan-tujuan Perhimpunan Hoo Hap:
.
“a. memperbaiki dan mempersatoeken bangsa.
b.membangoenken ketjintaan bangsa.
c.beroesaha saboleh-boleh toeloeng-menoelong dalem perkara jang baik dan teroetama berdaja-oepaja mengangkat deradjat & kehormatan bangsa Tionghoa di seloeroeh Hindia Olanda dalem artian jang loeas dan sehat....”
.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya.
.



.



.



.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Kamis, 14 Juli 2016

BUKU KUMPULAN TULISAN MENGENAI ORANG TIONGHOA ZAMAN HINDIA BELANDA

BUKU KUMPULAN TULISAN MENGENAI ORANG TIONGHOA ZAMAN HINDIA BELANDA.
.
Ivan Taniputera.
15 Juli 2016
.




 .
Judul: Mr P. H. Fromberg Verspreide Geschriften
Penulis: Mr. P. H. Fromberg (Pieter Hendrik Fromberg, 1857-1924)
Penerbit: Leidsche Uitgevermaatshappij, Leiden, 1924
Jumlah halaman: 815
Bahasa: Belanda.
.
Buku ini merupakan berbagai kumpulan tulisan Fromberg mengenai orang Tionghoa di Indonesia pada zaman Hindia Belanda dan juga berbagai aturan perundangan terkait dengannnya,
.
Sebagai contoh di dalamnya terdapat tulisan mengenai pergerakan dan keadaan orang Tionghoa di Jawa:
.
“Inlanders mochten over Java reizen zoender pas. De chineesche opkooper van rjist, tabak, kapok, enz., daarentegen moest zich voor elken tocht van de kota naar de plaats van opkoop bij het bestuur van een reispas voorzien...” (halaman 405).
.
Terjemahan:
.
“Kaum bumiputera yang dapat mengadakan perjalanan di Jawa tanpa izin. Para pedagang beras, tembakau, kapas, dan lain sebagainya dari kalangan Tionghoa sebaliknya setiap kali mengadakan perjalanan dari kota ke tempat pembelian harus meminta surat izin dari pemerintah..”
.
“Voor het onderwijs van het chineesche kind werd niets gedaan. De term “inlandsche bevolking”, in art. 125 van het regeer, reglement, hetwelk den Gouverneur-generaal opdraagt vor het oprichten van scholen ten dientste der inlandsche bevolking te zorgen, omvat niet de met haar gelijkgestelde....” (halaman 405).
.
Terjemahan:
.
“Mengenai pendidikan anak-anak Tionghoa tidak ada yang dilakukan. Istilah “penduduk bumiputera,” menurut pasal 125 dan demikian pula perintah gubernur jenderal tentang pendirian sekolah-sekolah bagi penduduk bumiputera, tidak mencakup yang disetarakan dengan mereka...”
.
Selanjutnya terdapat pula beberapa stastistik mengenai pendidikan anak-anak Tionghoa di masa itu:
.
“Trekt men van de 3525 kinderen van Vreemde Oosterlingen (zie bl. 112 Algem. Verslag), de 2697 kinderen af die de Hollandsch-Chineesche scholenn bezochten, dan houdt men 828 kinderen van Vreemde Oosterlingen over, die op de Euroapeesche scholen waren toegelaten.....” (halaman 486).
.
Terdapat pula penjelasan bahwa anak-anak Tionghoa tidak diperkenankan memasuki sekolah-sekolah pemerintah:
.
“Geen betere illustratie dan het bericht in de “Javabode” van Nov. 1910 inhoudende, dat “de oud-luitenant der Chineezen te Meester-Cornelis, Gouw Eng Djian, ontslag heeft gevraagd als lid van den gemeenteraad aldaar, omdat hij geen zitting kon nemen in den raad eener gemeente, waar zijn kinderen de gouvernementsscholen niet mogen bezoeken. De oud-luitenant leidde dit laatste af uit de afwijzende beschikking welke de Regeering genomen had op het verzoek van den kapitein-titulair Oey Ek Kian om de beperkende bepalingen in zake de toelating van Chineesche kinderen tot de Europeesche scholen in te trekken.” (halaman 486).
.
Terjemahan:
.
“Tiada gambaran lebih baik sebagaimana yang dimuat dalam surat kabar "Java Bode" November 1910 yang menyatakan bahwa "mantan letnan Tionghoa di Bogor, Gouw Eng Djian, sewaktu ditanya sebagai anggota Dewan Kota sana, kendati ia tidak dapat memberikan suara pada dewan sutu kota, anak-anaknya tidak diperkenankan memasuki sekolah-sekolah pemerintah . Mantan Letnan terakhir tersebut menyimpulkannya berdasarkan penolakan Pemerintah atas permintaan kapten-kohormatan Oey Ek Kian mengenai pencabutan ketentuan persyaratan sehubungan penerimaan anak-anak Tionghoa ke berbagai sekolah Eropa.”
.
Selain itu, di dalamnya juga dibahas mengenai undang-undang kepemilikan, sewa tanah, pernikahan, pewarisan, dan lain sebagainya bagi orang-orang Tionghoa.
Berikut ini adalah daftar isinya.
.



.



.



.
Berikut ini adalah berbagai contoh halamannya.




.



.



.



.
Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Rabu, 08 Juli 2015

BUKU TENTANG PERGERAKAN TIONGHOA KARYA KWEE HING TJIAT

BUKU TENTANG PERGERAKAN TIONGHOA KARYA KWEE HING TJIAT

Ivan Taniputera
8 Juli 2015



Judul: Doea Kapala Batoe
Penulis: Kwee Hing Tjiat (1891-1939)
Ditulis di Berlin, tahun 1921
Jumlah halaman: 144

Buku ini membabarkan mengenai pergerakan peranakan Tionghoa di Indonesia yang ketika itu masih bernama Hindia Belanda. Berikut ini adalah daftar isinya.
.



Pada halaman 13 dibabarkan sebagai berikut:

"Sering dengen sangsi orang bitjara tentang sifatnja gerakan Tionghoa di Hindia, boekan sadja laen bangsa, poen kerap orang Tionghoa sendiri tida paham bener doedoeknja itoe perkara, jang kliatan sederhana, tapi sabetoelnja roewet; itoe gerakan jang saatnja boeat djaga prikasopanan Tionghoa, kamoedian terlibet oleh politiek dan oeroesan oeang."

Berdasarkan kutipan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa gerakan Tionghoa itu sebelumnya terutama dalam bidang moral (yakni menjaga adat istiadat kesopanan Tionghoa) saja, tetapi kemudian terseret dalam pusaran politik serta permasalahan uang.

Pada halaman 17 diuraikan lebih lanjut:

"Demikianlah gerakan kasopanan Tionghoa djadi bertindak dalem daera politiek, kerna boeat djaga kasopanan, perloe didjaga politiek lebi doeloe, sementara sekarang ada dirasa, boeat djaga kasopanan dan politiek, perloe didjaga oeroesan oeang lebi doeloe, kendati gerakan economisch = nationaal dari orang Tionghoa di Hindia di ini sa'at oemoemnja masi passief.
Orang merasa, teroetama boeat sekarang, zoender doeit tiada bisa dilakoeken politiek sekalian kasopanan, tapi sebaliknja doeit zonder kasopanan boekan sadja tida aken berfaeda soeatoe apa, malahan berbahaja."

Pada halaman 79 diuraikan pula mengenai gerakan di Tiongkok:

"Kerna gerakan Tionghoa di Hindia hanja satoe bajangan dari gerakan di Tiongkok, maka berikoet saia ada koetib dengen ringkes sabagian penoetoeran dari Ku Hung Ming dalem boekoe "The Story of a Chinese Oxford Movement" jang terkenal di seloeroe doenia, boeat terangken akarnja oeroesan."

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:





Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.