Tampilkan postingan dengan label spiritualisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label spiritualisme. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2016

ANALISA ASTROLOGI SUSUNAN PERBINTANGAN SAAT DETIK-DETIK WAISAK 2003

ANALISA ASTROLOGI SUSUNAN PERBINTANGAN SAAT DETIK-DETIK WAISAK 2003.
.
Ivan Taniputera.
20 Juni 2016.
.
Seorang teman menuturkan pada saya bahwa ia merasakan adanya pengalaman spiritual berupa turunya semacam energi batiniah saat bermeditasi pada detik-detik Waisak 2016. Ia mengatakan bahwa pengalaman semacam itu juga pernah dirasakannya saat detik-detik Waisak 2003. Adapun saat tepatnya adalah 16 Mei 2003 pukul 10:35:48. Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya membuat bagan astrologis saat berlangsungnya detik-detik Waisak 2003.
.


.
Saya akan menafsirkan bagan astrologis di atas sebagai berikut. Jikalau kita bandingkan dengan bagan astrologis detik-detik Waisak 2016, maka nampak bahwa Yupiter dan Neptunus kembali mengalami Opposition. Aspek perbintangan ini berdasarkan ilmu Astrologi memang berpotensi memicu bangkitnya energi yang bersifat spiritual. Hanya saja bedanya, energi pada tahun 2003 ini perlu dikendalikan. Apabila tidak sanggup mengendalikannya, maka berpeluang membangkitkan semacam delusi atau khayalan pengganggu dalam pikiran seseorang. Orang yang peka batinnya kemungkinan akan mendapatkan penampakan berbagai gambaran yang bermain dalam pikirannya. Dampaknya dapat menjadikan seseorang kebingungan membedakan antara yang nyata dan tidak nyata atau sesuatu yang ideal dan dunia nyata sebagaimana dihadapinya. Lebih jauh lagi, dapat pula mengakibatkan pandangan atau pikiran seseorang terlalu melambung tinggi dan tidak lagi “menginjak bumi,” yakni demi mengejar gagasan ideal sebagaimana dianutnya saat itu. Dampaknya dapat menimbulkan semacam kebingungan pada orang yang peka batinnya.
.
Sebenarnya, energi-energi spiritual semacam itu hanya berdampak agak besar pada orang-orang yang peka atau sudah terasah kepekaan batinnya. Kemungkinan saat bermeditasi mereka akan merasakan suatu curahan energi, namun tidak lama kemudian akan merasakan semacam kebingungan dalam batinnya mengenai apa yang nyata dan tidak nyata. Selain itu, juga kemungkinan dapat merasakan semacam pertentangan antara gagasan ideal dan kehidupan nyatanya. Barangkali ada pula yang merasakan semacam kesedihan luar biasa, jika mengingat kejahatan-kejahatan atau perilaku buruknya di masa lalu, sehingga sampai menitikkan air mata.
.
Bila diamati lebih jauh, maka Matahari dan Bulan sangat dekat dengan Rahu serta Ketu. Ini berkaitan dengan karma. Karenanya, pengaruh konfigurasi perbintangan di atas juga akan berbeda-beda bagi masing-masing orang, yakni bergantung pada karma berbuah saat itu. Orang yang sedang berbuah karma baiknya kemungkinan akan mendapatkan gambaran-gambaran atau imaji batin menyenangkan. Sebaliknya jika karma buruk berbuah, maka kilasan-kilasan perbuatan buruk masa lalu akan bermain dalam batinnya. Entah baik atau buruk, gambaran-gambaran itu hendaknya jangan terlalu dipegang atau digenggam karena dapat menimbulkan delusi pikiran. Amati dan biarkan berlalu.
.
Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/ . .
.


PERHATIAN: Sebagai tambahan, saya tidak memberikan analisa atau konsultasi gratis. Saya sering menerima email atau message yang meminta analisa gratis. Ini adalah sesuatu yang sia-sia dan juga sangat mengganggu saya. Jika ingin berkonsultasi atau saya analisa, maka itu berbayar. Oleh karenanya, jika Anda ingin analisa atau konsultasi gratis maka mohon agar tidak menghubungi saya. Demikian harap maklum.

Jumat, 04 September 2015

BUKU PETUAH KEHIDUPAN, ILMU KEBATINAN, DAN SPIRITUAL KARYA DEWA TAN TIK SIOE (TAN TIK SIOE SIAN)

BUKU PETUAH KEHIDUPAN, ILMU KEBATINAN, DAN SPIRITUAL KARYA DEWA TAN TIK SIOE (TAN TIK SIOE SIAN)

Ivan Taniputera
3 September 2015
.



Judul: Djemparing Soeling: Moestika Koemala Boenga Tjepaka Tjina II
Terdapat keterangan: Ilmoe Woelang Hoetomo di bagian rasa sedjatie dari pada pengrasah sedjatie.
Penulis: Dewa Tan Tik Sioe (1884-1929)
Jumlah halaman: 76
Tahun terbit: 1920

Buku ini berisikan berbagai petuah kehidupan dan juga hal-hal terkait ilmu kebatinan. Berikut ini adalah daftar isinya.



Berikut ini adalah contoh syairnya nasihat kehidupan (halaman 23):

"Daon pisang si kajoe djati,
Daon keniker poehon sembodja,
Malang melintang kersanja widi,
Tida memikir doenia bradja."

Pada halaman 26 dapat kita baca:

"Djangan orang membatja ini boekoe 1-2-3 kali sadja lantas lempar swara kasini-sana berlaga-laga ada 1 goeroe, beloen mengenalin oedjoeng bongkotnja soeda orang kebanjakan brani omong in elmoe pendapetannja dari pringetannja sendiri, dari moeda mendapet dradjat doewet, boektinja soeda banjak jang begitoe.

Ka I omong kosong.
Ka II omong djoesta.
Ka III sering loepa dan menghinain lain orang.
Ka IV poerak-poerak dan menipoe.
Ka V omong wadi.

Memanglah orang bodo jang ta' mengenalin 1 bidji elmoe jang bersi djika ada orang menanja ja lantas sadja bikin 1 alesan omongan wadi, tapi kita bilang bodolah! dia.

Pada halaman 63 diulas mengenai Raden Werkudara atau disebut juga Bima, yakni salah seorang di antara lima pandawa:

"R. Werkoedara memakei bertjoendoek ja! boenga poedak sinoempoet, bermaksoed R. Werkoedara pandei melinjapkin segala tjemar dari pada kabetjikan."

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:











Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Selasa, 15 April 2014

EMPAT JALAN MENUJU KESUCIAN

EMPAT JALAN MENUJU KESUCIAN

Ivan Taniputera
15 April 2014




Di muka bumi banyak terdapat jalan spiritual. Masing-masing menyatakan dirinya sebagai jalan menuju Kesucian atau Kebenaran. Semua tradisi atau jalan spiritual tersebut nampak berbeda-beda, tetapi sesungguhnya kita dapat meringkas semuanya itu menjadi empat jalan saja. Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari keempat jalan tersebut.

Jalan pertama adalah JNANA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui kebijaksanaan atau pemahaman. Manusia yang menapaki jalan ini menelaah berbagai khazanah pengetahuan, teori atau ajaran, sebagai wahana menuju Kebijaksanaan, Kebenaran atau Kesucian Sejati. Kita pernah mendengar di zaman dahulu banyak Suciwan yang memiliki tingkat kebijaksanaan tinggi. Mereka sanggup menulis berbagai kitab atau buku yang masih dipelajari oleh beribu-ribu atau bahkan berjuta-juta umat manusia di masa sekarang. Buku-buku tersebut dihargai dan dijadikan bahan renungan serta penelaahan agar para penganutnya dapat merealisasi Kebijaksanaan, Kesucian, dan Kebenaran yang sama dengan para Guru atau Suciwan pencetus ajaran tersebut.

Namun apakah di zaman sekarang jalan ini masih efektif? Kebijaksanaan dan Pengetahuan umat manusia di zaman Besi ini telah demikian tercemar. Pengetahuan tidak lagi menjadi alat mencapai Kesucian atau Kebenaran, melainkan telah menjadi sarana menindas dan memusnahkan manusia beserta makhluk lain. Auschwitz, Sachsenhausen, Treblinka, Sobibor, dan lain sebagainya merupakan saksi bagi hal ini. Gerbong-gerbong kematian mengalir menuju tempat pemusnahan masal. Terorisme dan kekejaman dengan skala yang semakin canggih menjadi bukti betapa tercemarnya pengetahuan dan kebijaksanaan umat manusia. Ilmu pengetahuan dijadikan wahana memperalat dan menindas bangsa lain, melalui suatu sistim yang korup dan kejam. Pencemaran lingkungan dan makin mengerikannya senjata pemusnah masal adalah bukti lainnya.

Siapakah pada zaman sekarang yang merasa dirinya bijaksana? Ingat ini adalah pertanyaan untuk DIRI ANDA SENDIRI, bukan orang lain. Jadi jawablah pertanyaan ini bagi diri Anda sendiri. TidaK perlu menoleh ke kiri atau ke kanan. Jangan mencoba menjawabnya untuk orang lain. Saya sendiri dengan tegas mengakui bahwa saya sama sekali tidak bijaksana. Jadi jangan mengharapkan kebijaksanaan dari saya.

Jalan kedua adalah KARMA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui perbuatan baik atau amal. Kisah-kisah spiritual di zaman dahulu memperlihatkan pada kita berbagai tokoh suci masa lampau yang mengorbankan segenap hidupnya demi berbuat kebaikan secara tulus. Sebagai contoh adalah seorang pangeran yang memberikan tubuhnya sebagai makanan harimau kelaparan. Kisah-kisah tersebut memang mengharukan dan pada zaman sekarang ada beberapa orang yang nampaknya masih sanggup melaksanakannya, walaupun kita tidak mengetahui secara pasti apa motivasi mereka. Namun kita tetap menghargai kebajikan yang telah dilakukan orang tersebut. 

Lalu apakah di zaman sekarang Karma Yoga masih efektif? Nabi Yesaya mengatakan: "Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor.” (Yesaya 64:6)." Siapakah di antara kita yang berani mengatakan bahwa kita telah melakukan kebajikan secara tulus? Ingat ini pertanyaan untuk diri Anda sendiri. Jangan menoleh ke kiri atau ke kanan. Jangan menunjuk ke kiri atau ke kanan. Jawablah untuk DIRI ANDA SENDIRI. Kalau Anda bisa melakukannya, maka itu bagus sekali. Saya pribadi tidak dapat melakukannya. Jadi jangan mengharapkan ketulusan murni dari segenap perbuatan bajik yang saya lakukan. Segenap kebajikan yang saya lakukan tidak lebih dari sehelai KAIN KOTOR.

Jalan ketiga adalah RAJA YOGA. Jalan ini membawa manusia menuju Kesucian atau Kebenaran melalui pemusatan pikiran samadi. Kita mungkin pernah membaca riwayat para pakar meditasi yang hebat pada pustaka-pustaka keagamaan. Teori-teori meditasi yang mereka kembangkan masih dipelajari oleh banyak orang di zaman sekarang. Mereka berharap agar dapat mencapai realisasi sama dengan para pencetus metoda meditasi tersebut.

Namun apakah jalan ini masih efektif? Pada zaman Besi ini pemikiran manusia mudah mengalami kekacauan dan distorsi. Orang mungkin sanggup bermeditasi sejam, dua jam, enam jam, delapan jam, sehari, dan seterusnya, namun bagaimanakah kehidupannya setelah itu. Apakah meditasi itu membawa perubahan batin baginya? Apakah meditasi itu justru memperkuat sang "aku" atau egonya? Ini adalah pertanyaan bagi diri kita sendiri. Jangan menoleh ke kiri atau kanan untuk menjawabnya. Jika Anda merasa meditasi Anda sudah baik, maka itu bagus. Saya pribadi mengakui bahwa meditasi saya kacau balau. Ego atau ke"aku" an saya masih kuat.

Kini tinggal tersisa jalan keempat atau terakhir, yakni BAKTI YOGA. Jalan ini kerap diremehkan orang. Banyak orang menganggap jalan ini hanya cocok bagi orang bodoh. Bakti Yoga berarti menjalankan devosi penuh pada suatu SOSOK SUCI. Anda boleh menyebutnya apa saja: Istadevata, Yidam, Dewa, Hyang, dan lain-lain. Sebutan atau nama tidaklah penting di sini. Orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Devosi itu berarti penyerahan diri sepenuhnya pada Sosok Suci tersebut. Penyerahan diri ini mencakup rasa rendah hati, percaya, dan mengasihi. Bakti Yoga tidak perlu intelektualitas. Sepintas memang mudah, namun sesungguhnya tidak demikian halnya. Bakti Yoga berarti menerima dengan penuh kerelaan bahwa jika Istadevata menghendaki Anda hidup, maka Anda hidup; Istadevata menghendaki Anda mati, maka Anda mati. Jika Istadevata menghendaki Anda makan, maka Anda makan. Jika Istadevata menghendaki Anda kelaparan, maka Anda kelaparan. Merenungkan dengan sepenuh hati Istadevata dan melafalkan namanya. Sebagai contoh adalah sewaktu Anda merenungkan dan melafalkan nama Amitabha, Avalokitesvara, Tara, Krishna, Siva, Buddha, dan lain sebagainya.

Jalan ini memang tidak mudah. Namun nampaknya jalan inilah yang paling cocok bagi umat manusia di zaman sekarang guna mengikis kekotoran batinnya sehingga sanggup mencecap sedikit Kesucian atau secercah Kebenaran. Seseorang perlu dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya belum sempurna, namun Sosok Suci akan tetap mengasihinya dan mengampuni segenap kesalahannya. Seseorang hanya perlu mengakui ketidak-sempurnaannya. Jika Anda sombong, maka itu berarti mengurangi rasa bakti pada Sosok Suci. Oleh karenanya, praktik Bakti Yoga yang benar dapat mengikis rasa sombong dan tinggi hati. Karena Anda dicintai dan dikasihi oleh Sosok Suci, maka Anda juga mencoba mencintai serta mengasihi orang lain.

Bakti yang sejati bukanlah fanatisme. Jika seseorang mulai fanatik dan berusaha menghancurkan penganut Sosok Suci lainnya atau berbeda namaNya dengan Sosok Suci yang diyakini orang tersebut, maka itu sesungguhnya merupakan permainan pikiran intelektual tercemarnya. Pikiran intelektual di sini sebenarnya adalah ranah Jnana Yoga. Anda berpikir bahwa Sosok Suci yang Anda yakini adalah Sosok Suci terbaik. Memang benar, dalam membangkitkan bakti Anda perlu yakin bahwa diriNya terbaik bagi Anda. Namun itu hanya terbatas bagi diri Anda sendiri saja. Anda tidak perlu memaksa orang lain berbakti pada Sosok Suci yang sama dengan Anda. Anda tidak perlu mengkritisi atau membenci Sosok Suci lain. Benci itu tidak ada hubungannya dengan Bakti Yoga. Jika Anda yakin bahwa Sosok Suci Anda adalah pengasih, mungkinkah ada benci dalam diriNya? Pikiran salah akan membawa Anda memaksa atau mempertobatkan orang lain agar berbakti pada Sosok Suci yang sama dengan Anda. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mewaspadai gerak pikiran yang liar. Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa Jnana Yoga tidak dapat diandalkan oleh sebagian umat manusia di zaman sekarang.

Sebenarnya kita juga dapat pula menerapkan keempat yoga ini sekaligus. Namun kita memerlukan kepiawaian. Satu pertanyaan kembali yang perlu direnungkan adalah, apakah Anda cukup piawai? 

Sekian renungan hari ini. Semoga bemanfaat.

MENUJU SPIRITUALISME TANPA SEKAT DAN TANPA BATAS

Kamis, 13 Maret 2014

BUKU TAFSIRAN BHAGAVAT GITA

BUKU TAFSIRAN BHAGAVAT GITA

Ivan Taniputera
13 Maret 2014




Judul: Bhagavat-Gita Interpreted
Penulis: Kwee Tek Hoay
Penerbit: Nj. Tjoa Hin Hoey, Djakarta, 1959
Jumlah halaman: 166

Buku ini hanya judulnya saja berbahasa Inggris, namun isinya dalam bahasa Indonesia. Berikut ini adalah daftar isinya.



Pada halaman 1 terdapat keterangan sebagai berikut:

"Terdjemahan kitab Bhagavat Gita berikut tafsiran dan keterangannja, pertama kali telah dimuat dalam madjallah "Mustika Dharma" April 1932 oleh Alm. Ajah Kwee Tek Hoay, jang pada masa hidupnja djuga menerbitkan buku-buku kebatinan mengenai agama Buddha, Khong Tjo, Lao Tze, Theosofie, Hinduisme, Kristen dan Islam...."

Pada halaman 7 terdapat uraian sebagai berikut:

"Untuk dapat kembali milik jang terampas, dan untuk dapatkan kamerdika'an dan kabebasan dari pengaruh djahat, manusia harus sedia sendjata dan tentara tjukup akan maklumkan satu Peperangan Besar, satu Maha-barata pada dirinja sendiri bunuh dan binasakan itu segala nafsu dan keinginan jang tidak pantas, tidak padang, ia sudah djadi biasa dan itu semua sebagai kawan rapat jang ta' dapat terpisah lagi. Ardjna panglima dari Pandawa, telah menangis sedih ketika hendak madju kemedan perang, karena mengingat dalam barisan dari Kurawa jang ia hendak tempur terdapat begitu banjak famili dan sobat-sobatnja sendiri jang sudah dikenal sedjak masih ketjil dan biasa hidup bersama-sama..."

Berikut ini adalah contoh halaman-halamannya:





Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.