KENANGAN MASA KECIL: PERMAINAN KALAH MINTA DIULANG
Ivan Taniputera
20 Juli 2014
Saya
waktu kecil teringat pernah bermain catur dengan seorang teman, dan
karena salah langkah maka bidak catur saya terancam dimakan oleh bidak
catur lawan, dimana ini mengancam raja catur saya. Oleh karenanya serta
merta saya bilang, "Stop! Saya salah. Ayo diulang lagi ya." Demikian
kata saya seraya menarik kembali bidak catur saya ke tempat semula.
Teman saya hanya diam saja dengan muka masam.
Saya
juga teringat bahwa dahulu terdapat permainan umbul, yakni berupa
kartu-kartu bergambar kecil yang dilemparkan. Dilemparkan itu dalam
bahasa Jawa disebut "diumbulake." Inilah yang menjadi asal muasal
sebutan kartu "umbul." Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai
selum beluk permainan kartu "umbul," namun yang saya hendak soroti
adalah fenomena di kalangan anak-anak, yaitu jika kalah seringkali
meminta permainan diulangi. Halaman sekolah selalu riuh rendah oleh
teriakan anak-anak yang tidak terima kartunya kalah. Ini terjadi pula
dalam permainan kelereng. Jika ada yang kalah, maka mereka meminta agar
permainannya diulang.
Jadi sudah umum dalam dunia
anak-anak, bahwa jika kalah maka mereka meminta permainan diulang. Namun
dalam dunia orang dewasa, tentunya hal demikian seharusnya tidak
terjadi lagi. Orang dewasa jika kalah tidak meminta permainan di ulang,
kecuali mereka masih berjiwa kanak-kanak.
Nah, Anda termasuk yang mana? Marilah di hari Minggu ini kita renungkan bersama.