PESAWAT YANG JATUH: TELAAH MAANFAAT ILMU FIRASAT
26 Juli 2014
Ivan Taniputera
-
Pada
beberapa artikel mengenai pesawat yang jatuh belum lama berselang, maka
saya mendapati kisah mengenai korban yang telah mendapatkan firasat
sebelumnya. Sebagai contoh, adalah seorang anak yang menanyakan
pertanyaan dengan penuh kekhawatiran mengenai kematian sehari sebelum
ia menumpang pesawat naas tersebut. Ia memeluk ibunya seolah-olah itu
adalah pertemuan terakhir mereka. Ada pula penumpang yang merasa gelisah
menjelang keberangkatan pesawat tersebut. Kita tidak mengetahui
kebenaran dari kisah-kisah itu. Namun jika seandainya benar, maka
firasat nampaknya dapat menyelamatkan banyak korban.
Sebagai contoh, sebelum pesawat berangkat, maka para penumpang dapat ditanyai, adakah yang mengalami mimpi buruk terkait pesawat itu? Adakah yang mengalami kegelisahan tidak masuk akal? Jika ada maka penerbangan dapat dibatalkan atau ditunda. Demikianlah contoh pemanfaatan ilmu firasat. Umat manusia dewasa ini terlalu berpegang pada apa yang disebut sains. Tetapi pada kenyataannya, sains juga belum sanggup meniadakan sama sekali terjadinya bencana. Karenanya, umat manusia perlu berpaling pada ilmu firasat ini dan mencoba memanfaatkannya demi keselamatan banyak orang.
Penelitian lebih jauh perlu dilakukan terhadap firasat ini, misalnya dengan memindai bagian otak manakah yang aktif saat seseorang mendapatkan firasat. Apakah ilmu firasat ini dapat menjadi bahan kajian ilmu neurosains di masa mendatang? Semua pertanyaan ini mungkin masih lama terjawab. Kendati demikian, ini nampaknya merupakan topik penelitian yang menjanjikan.
Pada intinya, kita hendaknya tidak mengabaikan peringatan apapun yang muncul dari dalam batin kita, karena barangkali itu adalah suatu peringatan dini.
Artikel menarik lainnya silakan kunjungi https://www.facebook.com/groups/339499392807581/
Sebagai contoh, sebelum pesawat berangkat, maka para penumpang dapat ditanyai, adakah yang mengalami mimpi buruk terkait pesawat itu? Adakah yang mengalami kegelisahan tidak masuk akal? Jika ada maka penerbangan dapat dibatalkan atau ditunda. Demikianlah contoh pemanfaatan ilmu firasat. Umat manusia dewasa ini terlalu berpegang pada apa yang disebut sains. Tetapi pada kenyataannya, sains juga belum sanggup meniadakan sama sekali terjadinya bencana. Karenanya, umat manusia perlu berpaling pada ilmu firasat ini dan mencoba memanfaatkannya demi keselamatan banyak orang.
Penelitian lebih jauh perlu dilakukan terhadap firasat ini, misalnya dengan memindai bagian otak manakah yang aktif saat seseorang mendapatkan firasat. Apakah ilmu firasat ini dapat menjadi bahan kajian ilmu neurosains di masa mendatang? Semua pertanyaan ini mungkin masih lama terjawab. Kendati demikian, ini nampaknya merupakan topik penelitian yang menjanjikan.
Pada intinya, kita hendaknya tidak mengabaikan peringatan apapun yang muncul dari dalam batin kita, karena barangkali itu adalah suatu peringatan dini.
Artikel menarik lainnya silakan kunjungi https://www.facebook.com/groups/339499392807581/