CATATAN FILOSOFI KULINERKU: RENUNGAN MASAKAN FUYUNGHAI VEGETARIAN KREASIKU
Ivan Taniputera
29 September 2014
Hari
ini saya mencoba berkreasi kuliner dengan mencoba memasak Fuyunghai
Vegetarian. Bagi saya segenap kegiatan dapat menjadi meditasi dan
renungan yang memperkaya batin. Sebelum membahas makna filosofisnya,
saya akan menjelaskan serba sedikit cara membuatnya. Tentu saja karena
memasak adalan seni, maka tidak ada cara yang baku. Siapa saja boleh
memodifikasi resep sesuai dengan seleranya. Tidak ada yang benar dan
tidak ada yang salah.
Bahan-bahannya adalah sederhana,
antara lain adalah sayur-sayuran sesuai selera Anda. Saya menggunakan
wortel, jagung, dan kol sebagai sayuran pengisi Fuyunghai. Bahan
selanjutnya adalah telur dan tepung terigu. Pertama-tama, wortel,
jagung, dan kol direbus sehingga lunak dan tidak terlalu keras. Bumbunya
bebas, boleh tambahkan kecap sedikit atau bumbu lain sesuai selera.
Kocok
telurnya dan masukkan tepung terigu secukupnya. Masukkan bumbu yang
telah dipersiapkan. Goreng Fuyunghainya hingga matang.
Lalu bubuhkan saus tomat. Boleh juga ditambah kacang kapri. Semestinya saya ingin menambahkan kacang kapri, tetapi lupa beli.
Baik
kini saya akan memulai renungan filsafat kehidupan saat memasak tadi.
Pertama-tama mata saya tertumbuk pada kuali masak. Saya biasa
menggunakan kuali masak yang terbuat dari besi tahan karat (stainless
steel). Dalam kehidupan ini, kita jangan sampai berkarat. Jangan sampai
kehidupan kita dicemari oleh hal-hal yang tidak bermanfaat. Kita harus
meneladani besi tahan karat tersebut yang tidak menjadi berkarat. Jika
sudah berkarat atau tergores, maka akan membahayakan kesehatan kita.
Akhirnya harus dibuang. Begitu pula seseorang jika sudah berkarat, maka
ia akan membahayakan orang lain. Ia akan menjadi batu sandungan bagi
orang lain, sehingga akhirnya masuk dalam kalangan yang terbuang.
Wortel
mengandung vitamin A yang sehat bagi mata. Secara filosofis, kita
memerlukan mata yang sehat, yakni dalam artian pandangan terhadap
kebaikan. Kita hendaknya senantiasa memandang pada kebajikan dan jangan
memandang keburukan. Kita hendaknya sedapat mungkin memandang setiap
makhluk dengan pandangan kasih sayang. Demikianlah aspek-aspek pandangan
yang sehat.
Jagung mempunyai cita rasa manis.
Begitu pula kita hendaknya senantiasa memandang pada manisnya kehidupan
dan jangan melekat pada suramnya kehidupan. Dewasa ini banyak orang yang
terus berkutat pada kesedihan dan kepahitan hidupnya. Dengan demikian,
ia kehilangan selera pada manisnya kehidupan. Saya tidak memandang
orang-orang ini sebagai bersalah. Apakah yang benar dan apakah yang
salah? Namun yang pasti itu adalah pilihan. Jika seseorang memilih hidup
bahagia, tentu ia akan memandang manisnya kehidupan. Di bagian tengah
jagung terdapat bonggol yang keras. Setelah bulir-bulir jagungnya saya
pipil, maka bonggolnya saya buang. Saya mendapatkan bahwa maknanya
adalah kita jangan menyimpan sesuatu yang tidak bermanfaat atau buruk.
Kita mengambil saja apa yang bermanfaat dan baik bagi kita. Apa yang
kita anggap tidak bermanfaat atau tidak baik, maka lepaskanlah. Anehnya
banyak orang justru terus melekati hal-hal yang tidak bermanfaat dan
tidak baik bagi dirinya. Akhirnya justru dapat mengakibatkan penyakit
batin. Oleh karena itu, laksana bonggol jagung tersebut, setelah kita
memipil bulir-bulir jagungnya, maka buanglah. Jangan dilekati.
Kol
mempunyai berbagai lapisan. Setiap lapisannya dapat kita makan. Dengan
demikian, kita hendaknya menjadi manusia yang serba guna dan dapat
diandalkan. Jangan menjadi manusia yang serba tidak berguna. Sudah tidak
berguna malah mengganggu orang lain.
Demikianlah makna yang dapat kita petik dari bahan-bahan pembuat Fuyunghai tersebut.
Semua
bahan-bahan itu masih harus kita masak. Demikian pula dalam kehidupan
ini, kita jangan kabur dari api kehidupan yang akan memasak kita.
Setelah dimasak, maka segenap wawasan dan kepribadian kita akan semakin
matang. Segenap bahan makanan kalau mentah tentu tidak enak dimakan.
Anda ingin menjadi orang yang wawasan dan kepribadiannya matang atau
mentah?
Selama masak kita harus menjaga agar tidak
hangus. Begitu pula dalam hidup kita jangan berlebihan. Semuanya ada
batasan-batasannya.
Demikian semoga bermanfaat dan dapat menjadi renungan bagi kita semua.
Artikel-artikel
menarik lainnya mengenai pelajaran kehidupan, ramalan, Fengshui,
metafisika, Astrologi, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan
kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/