BUKU TENTANG TATACARA PENULISAN BAHASA JAWA DALAM HURUF LATIN
Ivan Taniputera
22 November 2013
Judul: Jogja Sastra Jaikoe Patokan Panoelise Basa Djawa ing Aksara Walanda
Pengarang: L.G. Bertsch, M. Dwidja Sewaja, M. Nirman, P. Penninga, dan R. Tirtadanoedja
Penerbit: G. Kolff & Co., Betawi, 1913
Jumlah halaman: 32
Bahasa: Jawa
Pada
bagian sampul buku ini tertera "Patokan Panoelise Basa Djawa ing aksara
Welanda," yang artinya adalah "Pedoman Penulisan Bahasa Jawa dalam
Aksara Belanda." Tentu saja yang dimaksud dengan Aksara Belanda di sini
adalah Aksara Latin. Pada bagian pembukaan tertera sebagai berikut:
"BEBOEKANE"
BASA DJAWA DITOELIS NGANGGO AKSARA WELANDA
Wong
ikoe sidji lan sidjine pada preloe mratelakake (nglahirake) apa kang
dadi tjiptaning atine. Kang di-enggo serana, kedjaba solah-tingkah, ia
ikoe basane. Basa maoe toemrape sidji-sidjining bangsa pada beda-beda."
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"PEMBUKAAN
BAHASA JAWA YANG DITULIS MENGGUNAKAN AKSARA BELANDA
Umat
manusia itu masing-masing perlu mengungkapkan isi hatinya. Yang
dipergunakan sebagai sarana, selain tindakan atau perbuatan, adalah
bahasa. Bahasa itu berbeda-beda pada masing-masing bangsa."
Pada halaman 6 terdapat penjelasan bahwa bahasa Jawa kini dapat ditulis dalam tiga aksara:
"Basa Djawa ikoe ing sa-iki loemrah katoelis nganggo:
a.aksara Djawa,
b.aksara Arab,
sarta wiwit katoelis nganggo
c.aksara Welanda..."
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Bahasa Jawa itu sekarang umum ditulis dengan:
a.aksara Djawa,
b.aksara Arab,
serta mulai ditulis dengan
c.aksara Welanda..."
Kemudian diulas penjelasan singkat bagi masing-masing aksara tersebut. Sebagai contoh mengenai aksara Jawa disebutkan:
"a.Aksara
Djawa ikoe kaleboe toelis-wandan, petjikan saka ing toelis Sanskrit,
kang dek bijen diwoelangake dening bangsa Indoe marang wong Djawa,
bebarengan karo piwoelang lia-liane ('ndelenga tjaritane ing lajang Adji
Saka). Ana ing tanah Djawa kanggone aksara maoe sangsaja lawas toemprap
marang basane wong boemi...."
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Aksara
Jawa termasuk aksara berdasarkan bunyi suku kata, berasal dari tulisan
Sansekerta, yang pada zaman dahulu diajarkan oleh orang India pada orang
Jawa, bersamaan dengan ajaran lain-lainnya (silakan lihat ceritanya
dalam kisah Aji Saka). Di tanah Jawa aksara tersebut lama kelamaan
diterapkan pada bahasa setempat...."
Pada halaman 9 disebutkan mengenai penyerapan kata-kata dari bahasa asing:
"Toer
wong Djawa ikoe, jen arep madjoe, ora kena ora, koedoe ngangggo
temboeng mantja. Kang mengkono wis toemindak, wong Djawa sa-iki wis akeh
panganggone temboeng Welanda serta temboeng Arab, jaikoe saben-saben
woewoeh pangerti anjar, ia woewoeh temboenge mantja.
Nganggo
temboeng mantja maoe doedoe kanistan; saben bangsa ia sok nganggo
temboeng mantja, nanging jen ing basane dewe ana temboenge, njilih
temboeng ikoe koerang prajoga."
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Maka
orang Jawa jika ingin maju, tidak dapat tidak, harus menggunakan kata
dari bahasa asing. Hal yang seperti itu telah berlaku, orang Jawa
sekarang banyak menggunakan kata-kata dari bahasa Belanda dan Arab,
yaitu setiap menjumpai pengertian baru, menggunakan kata-kata bahasa
asing.
Menggunakan kata-kata dari bahasa asing itu bukanlah
sesuatu yang hina; setiap bangsa pernah menggunakan kalimat dari bahasa
asing, namun jika dalam bahasanya sendiri sudah ada kata yang
mewakilinya, meminjam kata bahasa asing adalah sesuatu kurang tepat."
Lebih jauh lagi, pada halaman 14 disebutkan bahwa penggunaan huruf o dalam penulisan bahasa Jawa adalah kurang tepat:
"o oega ora prajoga, sabab wong-wong bandjoer pada kelantoer panoelise, oepama:
Gondokoesoemo, benere Gandakoesoema;
Diponegoro, benere Dipanegara;
Soerowidjojo, benere Soerawidjaja.
Jadi yang benar adalah dengan menggunakan huruf a, seperti contoh-contoh di atas.
Buku ini sangat bermanfaat bagi para guru dan peminat bahasa Jawa.
Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.