Tampilkan postingan dengan label Kejawen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kejawen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Juli 2016

PENGARUH AGAMA HINDU BUDDHA DALAM MANTRA-MANTRA JAWA

PENGARUH AGAMA HINDU BUDDHA DALAM MANTRA-MANTRA JAWA
.
Ivan Taniputera.
8 Juli 2016
.
Belakangan ini saya gemar mengoleksi banyak buku Primbon. Ternyata ini merupakan kepustakaan berharga dalam meneliti jejak-jejak pengaruh Hindu Buddha dalam mantra-mantra berbahasa Jawa.
.
Berikut ini adalah kutipan Mantra Sri Sadono:
.
“ Ingsun amatek ajiku si Sri Sadono, Hyang Kuwera dewaning kasugihan, Sri Sadono kang andum sandhang pangan, nyuwun gampang pados kulo sandhang tedho. Sarinane sawengine salawase gesang, gampang tekane slamet anggone lan gawe ayune sakabeh.”
.
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
.
“Aku menjalankan ilmu Sri Sadono, Hyang Kuvera merupakan dewa kekayaan. Sri Sadono yang membagikan sandang pangan (harafiah: pakaian dan makanan; maksudnya rejeki atau penghidupan). Aku memohon agar mudah mencari sandang pangan. Setiap hari dan setiap malam selama hidup ini. Mudah memperoleh keselamatan dalam menaburkan kesejahteraan bagi semuanya.”
.
Nampak pada mantra di atas disebutkannya nama Kuvera, yakni dewa kekayaan dalam tradisi Hindu Buddha. Sri Sadono mengacu pada Dewi Sri atau Srimahadevi yang disebutkan dalam Sutra Suvarnabhasotama (Sutra Cahaya Keemasan).
.
Beberapa mantra Jawa, menggunakan pembukaan “Hong” yang berasal dari “Om.” Contohnya adalah Aji Wimo Nosoro: “Hong, ingsun amatak ajiku sirep Wimonosoro,.....”
.
Mantra “Hong Wilaheng” juga umum dalam beberapa mantra Jawa, sebagai contoh adalah Aji Sirep Begonondo yang bertujuan menidurkan orang (ilmu sirep):
“Hong wilaheng. Niat Ingsun matak ajiku. Aji Sirep Begonondo. Aji Petinggengan soko Ajisoko....”
.
Ternyata Hong Wilaheng ini berasal dari mantra Bodhisattva Manjushri, yakni “Om Avira Hum.” Bodhisattva Manjushri adalah makhluk suci dalam Agama Buddha Mahayana yang mewakili aspek kebijaksanaan Kebuddhaan. Kendati demikian, pada Aji Sirep Begonondo, mantra Manjushri itu digunakan untuk suatu keperluan yang tidak ada hubungannya dengan kebijaksanaan.
.
Berikut ini adalah mantra penghapus kemarahan lawan:
“....Sang Kama dadi aku, Sang Kama wurung si.......”
.
Pada mantra ini terdapat penyebutan nama Kama, yakni dewa cinta kasih dalam tradisi Hindu.
.
Sebagai tambahan, semasa kecil saya pernah mendengar mengenai ilmu rajah Kalacakra yang menurut tradisi Jawa berbunyi sebagai berikut: “Yamaraja Jaramaya. Yamarani Niramaya. Yasilapa Palasiya. Yamidara Radamiya. Yamidasa Sadamiya. Yadayuda Dayudaya. Yasiyaca Cayasiya. Yasihama Mahasiya.”
.
Ternyata, mantra ini sangat dekat dengan mantra Yamantaka dalam tradisi Agama Buddha Tantrayana: “Yamaraja Sadomeya Yamedoru Nayodaya Yadayoni Rayaksheya Yaksheyaccha Niramaya Hum Hum Phat Phat Svaha.” (sumber: http://www.yamantaka.org/index.php/2-uncategorised/215-mantra-recitation).
.
.
Jika kita perhatikan dengan seksama terdapat kata-kata yang mirip, seperti Yamaraja, Sadomeya dan Sadamiya, Niramaya, serta Yamedoru dan Yamidara. Oleh karenanya, pengaruh Mantra Yamantaka pada ilmu rajah Kalacakra tidak dapat dipungkiri lagi.
.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, nampak bahwa jejak-jejak pengaruh Hindu Buddha masih dapat dijumpai dalam berbagai mantra Jawa.
.
DAFTAR BACAAN:
Anawati WS, Oni. Primbon Jopo Montro/ Jawa-Arab Lengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2003.
.
Haroemdjati. Poestaka Radja Mantra-Yoga: Ilmoe Kesaktian Gaib Berikoet Berbagi bagi Mantra, Boekhandel Kartti Dharma, Toeloengagoeng, 1936.
.
Ki Sastrahandaja. Pustaka Pandita Guru (Primbon Gaib Djapa Mantra), Usaha Penerbitan Muria, Kudus, 1955.
.
Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/ . . . . . 
.

Jumat, 19 Februari 2016

TERJEMAHAN BEBAS SEBAIT KIDUNG RUMEKSA ING WENGI

TERJEMAHAN BEBAS SEBAIT KIDUNG RUMEKSA ING WENGI

Ivan Taniputera.
17 Februari 2016

Kidung ini merupakan buah karya Kanjeng Sunan Kalijaga.
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluhan tan ana wani
Miwah panggawe ala
Gunaning wong luput
Geni atemehan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna

Terjemahan bebas:

Terdengar lantunan kidung di malam hari
Selamat sentosa terbebaslah dari penyakit
Terbebaslah dari seluruh bahaya
Jin dan setan urun datang
Ilmu hitam (teluh/ santet) tidak ada yang mempan
Segenap perbuatan buruk
Ilmu hitam akan sirna
Laksana Api bertemu Air
Pencuri menjauh dan tidak ada yang menyasar padaku
Ilmu hitam tunduk dan lenyap

Kamis, 14 Agustus 2014

KITAB DJATIMOERTI-PELAJARAN YANG LUAR BIASA TENTANG KEBATINAN

KITAB DJATIMOERTI-PELAJARAN YANG LUAR BIASA TENTANG KEBATINAN


Ivan Taniputera
14 Agustus 2014




Judul: Kitab Djatimoerti: Pada Menjatakan Keada'an Sedjati Dan Oekoeran Jang Keampat (Vierde Dimensie)
Tersalin dari bahasa Djawa kedalam bahasa Melajoe.
Penerbit: Boekhandel Tan Khoen Swie, Kediri, 1934
Jumlah halaman: 54

Buku ini memuat berbagai hal mengenai kebatinan.

Berikut ini adalah kutipan dari halaman 3:

"Bahwasenja, sesoewatoe jang ada, boleh kita pertjajai akan adanja dengan sebenarnja, lamoen ia selamanja ada: beloem pernah tiada ada dan.... kelak ta'akan tiada ada.
Sebaliknja: sesoewatoe jang ada, djika soedah pernah tida ada dan kelak akan tida ada, maka keadaan jang demikian itoe boekan keadaan jang sesoenggoehnja ada;  pada hakekatnja tiadalah dia itoe.

Misalnja jaitoe: seorang anak, seekor kambing, seboewah djamboe, sebatang pohon, njala api dan sebagainja... semoe itoe tida selamanja ada, hanja sekedar pada soeatoe masa sadja dan kemoedian tida ada lagi. Oleh hal jang demikian, bagaimanatah kita boleh katakan akan dia ada dengan sebenarnja, halnja seperti gelombang di laoet sadja...."

Pada halaman 23 dapat kita baca:

"Oempama: seorang manoesia amat besar nafsoenja amarah, maka moedahlah ia termasoek kedalam 'alam nafsoe amarah (berbadan amarah) dan tahoemengatahoei dengan machloek2 dalam alam nafsoe amarah......"

Pada halaman 24 dapat kita baca:

"Keadaan sedjati ialah keadaan kita jang sebenar-benarnja."

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:





Berminat foto kopi segera hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Senin, 14 Juli 2014

MENGUBUR RAMBUT, KUKU, DAN TETESAN DARAH DALAM TRADISI JAWA

MENGUBUR RAMBUT, KUKU, DAN TETESAN DARAH DALAM TRADISI JAWA

BURYING HAIR, NAILS, AND BLOOD DROPLETS IN JAVANESE TRADITION

Ivan Taniputera
15 Juli 2014

Saya baru saja menemukan literatur bahwa menanam potongan rambut, kuku, dan tetesan darah juga ada dalam tradisi Jawa. Di dukuh Gagatan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terdapat gundukan tanah yang oleh penduduk setempat diyakini sebagai makam tokoh bernama Kyai Dinrah atau Kyai Benrah. Kendati demikian Sejarah Pagedongan yang berasal dari Kraton Surakarta menyatakan bahwa lubang tersebut merupakan bekas tempat bertapanya Kanjeng Susuhunan Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawirodigdoyo, bupati Pemajengan Gagatan.

I just found a literature which mentioned that burying hair, nails, and blood droplets are also present in Javanese tradition. In Gagatan hamlet, Boyolali, Central Java, there is a mound which is  believed by the locals to be the tomb of Kyai Dinrah or Kyai Benrah. Nevertheless Pagedongan History from Kraton Surakarta stated that the hole is a former site for practicing spiritual ascetism by Kanjeng Susuhunan Pakubuwana VI and Raden Tumenggung Prawirodigdoyo, regent of Pemajengan Gagatan.

Ketika itu, mereka berdua melakukan tapa ngluweng atau duduk bersama dalam sebuah lubang dengan beradu punggung selama kurang lebih 40 hari. RT. Tumenggung Prawirodigdoyo mewariskan ilmu bernama Aji Dipa pada Kanjeng Susuhunan dan bersumpah setia melawan Belanda. Sebagai tanda sumpah setia itulah mereka lalu memotong rambut, kuku, dan mengambil setetes darah dari jari tangan masing-masing, lalu ditanam pada lubang tempat pertapaan tersebut.

At that time, they both do spiritual practice of "ngluweng" or sit together in a hole with back to back for about 40 days. RT. Prawirodigdoyo transmited a magical spiritual knowledge named Aji Dipa to Kanjeng Susuhunan and pledged allegiance against the Netherlands. As a sign of allegiance they then cut hair, nails, and a drop of blood from their finger respectively, and then buried them in that hole.

Hingga kini gundukan tanah tempat bekas pertapaan dan penanaman rambut, kuku, beserta darah tersebut masih dikeramatkan oleh penduduk setempat dan tidak ada yang berani memugar. Dengan demikian, tradisi tersebut juga ada dalam masyarakat Jawa, yang dalam hal ini adalah kaum bangsawan:
Until this time the site of the mound and planting hair, nails, and their blood is still considered sacred by the locals and no one dared to restore it. Thus, the tradition also exists in the Javanese tradition, which in this case is of the nobility.

Sumber (Source): S. Poerbosoehardjo. Kisah Perang R.T. Prawirodigdoyo dalam Perang Diponegoro 1825-1830, halaman 8-9.

Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, metafisika, Fengshui, Astrologi, Bazi, dan Ziweidoushu, silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/


Minggu, 02 Februari 2014

BUKU SERAT DEWA RUCI DALAM AKSARA JAWA

BUKU SERAT DEWA RUCI DALAM AKSARA JAWA

Ivan Taniputera 

2 Februari 2014




Judul: Serat Dewa Ruci (dalam aksara Jawa)
Penulis: Empu Widayaka
Diterbitkan dan diedarkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri, 1929
Jumlah halaman: 56
Bahasa dan aksara Jawa

Pada halaman 3 tertera sebagai berikut:

"Serat Dewa Ruci punika ing ngajeng mawi tembang Kawi sekar ageng, anggitanipun Empu Widayaka ing Nagari Mamenang, inggih ing Kadhiri."

Empu Widayaka wau inggih Ajisaka, timuripun nama Jaka Sangkala, putranipun Empu Anggajali, ibunipun Putri  ing Nagari Najran, tanah Ngarab...."

Terjemahan:

"Serat Dewa Ruci itu asalnya adalah Tembang Kawi sekar ageng, karangan Empu Widayaka di Negeri Mamenang, yang juga berada di Kediri.

Empu Widayaka juga disebut Ajisaka, waktu muda bernama Jaka Sangkala, putera Empu Anggajali, ibunya adalah Putri di Negeri Najran, Tanah Arab...."

Berikut ini adalah contoh halamannya.



Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Jumat, 10 Agustus 2012

Seminar Pengusiran Setan (Eksorsisme) Menurut Kejawen, Katolik, & Daoisme

SEMINAR PENGUSIRAN SETAN (EKSORSISME) MENURUT KEJAWEN, KATOLIK, & DAOISME

Ivan Taniputera
24 Juni 2012






Hari ini saya menghadiri seminar menarik yang diadakan di TITD Sinar Samudera (Tek Hay Bio) Semarang. Seminar ini membahas tentang pengusiran setan (eksorsisme) ditinjau dari Kejawen, Katolik, dan Daoisme, yang diawali dari kurang lebih pukul sepuluh hingga 17.00.
Pertama-tama Dr. Purwo Susungko membawakan konsep pengusiran setan menurut Kejawen. Beliau mendapatkan ajaran Kejawen sebagaimana termuat dalam Suluk Abdul Jalil Syeh Siti Jenar, yang dikenal sebagai ajaran Kapitaya. Poin-poin yang disampaikan Beliau adalah sebagai berikut. Dituturkan bahwa budaya Jawa dewasa ini mendapatkan pengaruh dari banyak unsur, seperti blangkon dari Timur Tengah dan jas dari Belanda. Peradaban Jawa sendiri menurut penuturan Beliau dimulai di Laut Jawa tahun 700 SM, sewaktu Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera masih menjadi satu, di mana manusia masih belum seperti sekarang.
Setan sendiri tidak dikenal dalam konsep Jawa, yakni dalam artian setan yang menggoda manusia dan bahkan setan tidaklah dianggap sebagai musuh, melainkan teman.
Menurut tradisi Jawa, alam itu dibagi menjadi 3, yakni:

1.Alam Parahyangan (atas), yakni alam yang memiliki budi pekerti tinggi. Terdiri dari orang-orang suci/ baik dan merupakan alam dewa. Kondisinya dikenal sebagai alam suwung atau sangkan paraning dumadi.
2.Alam madya, yakni alam manusia yang dapat dirasakan dengan panca indra (sains).
3.Alam palemahan (bawah), yakni alam buta, raksasa, dan setan. Ciri khas alam ini adalah kemelekatan luar biasa.

Terdapat empat golongan manusia menurut Kejawen, yakni:

1.Golongan Tutug (sempurna), yakni orang yang menyembah Tuhan secara sempurna. Mereka melakukan pemujaan tanpa pamrih. Hati dan pikiran senantiasa terarah pada Tuhan (Sanghyang Tata). Orang-orang seperti ini hanya dapat dihitung dengan jari.
2.Golongan Tuhu (Jawa kuno: benar, tulus, bersungguh-sungguh). Yakni orang yang melakukan pemujaan pada Tuhan dengan tujuan pamrih, umpamanya dengan harapan terlahir di surga).
3.Golongan Tungga (Jawa kuno: Luhur, mulia). Mereka melakukan pemujaan kepada Tuhan dengan tujunan pamrih ukhrawi dan duniawi. Dalam artian selain mengharapkan terlahir di surga, mereka berharap mendapatkan kemegahan dalam kehidupan duniawi.
4.Golongan Tugul (Jawa kuno: bodoh, awam), orang yang belum menyembah Sanghyang Tata (Tuhan) dengan cara yang benar. Mereka hanya mendengar mengenai Sanghyang Tata secara samar-samar. Mereka menyangka bahwa Tuhan berdiam di surga yang terletak di puncak gunung. Mereka menyakini bahwa di dalam benda-benda terdapat makhluk-makhluk halus yang dapat diminta pertolongan. Golongan semacam ini hanya mengarahkan perhatiannya pada kebahagiaan duniawi saja.

Mengapa setan mengganggu manusia? Karena manusia berkomunikasi dengan mereka, terutama golongan Tugul yang hanya mengharapkan kebahagiaan duniawi.
Kejawen tidak ada pengusiran setan, yang ada hanyalah penetralan.
Ada penyakit ganda, yakni fisik dan metafisik. Di antara aspek fisik dan metafisik yang terpenting adalah karma baik. Karma ini selalu menjadi faktor dominan. Contoh adalah arisan, yang disebut Beliau sebagai "permainan karma baik." Misalnya di antara 10 nomor dan ada orang yang pasang 9 di antara 10 nomor, maka meskipun peluangnya adalah 9/10, Belum tentu dia keluar sebagai pemenangnya. Bisa jadi yang menang adalah orang yang peluangnya 1/10. Ilmu peluang hanya membicarakan mengenai peluang.
Oleh karena itu, di dalam Kejawen tidak mengenap konsep setan yang menggoda manusia berbuat jahat, sebab manusia bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Setan dalam konsep Kejawen lebih dimaknai sebagai semacam nafsu keinginan  yang merupakan sumber penderitaan hidup. Bila manusia hidup selalu mengutamakan nafsu maka penderitaanlah yang didapat.
Bagamana membebaskan diri dari kekuatan negatif? Menurut Kejawen, orang yang terkena kekuatan negatif, perlu meminta pertolongan orang yang ahli dalam bidang itu. Namun perlu diingat bahwa orang terkena pengaruh negatif tersebut juga dikarenakan karmanya. Jadi, dalam Kejawen yang penting adalah pencegahan, ketimbang proses kuratifnya.

Setelah rehat selama kurang lebih 15 menit, pembahasan dilanjutkan oleh Romo Fabianus Heatubun, yang akan mengulasnya dari sisi agama Katolik. Uniknya, Romo mengisahkan bahwa dirinya pernah dimuat dalam majalah Playboy yang menyebutkan bahwa ia merupakan seorang demonolog (ahli tentang iblis). Oleh karenanya, bagi yang tidak membaca majalah tersebut, tidak akan mengetahui bahwa dirinya merupakan seorang demonolog. Ayah Romo Fabianus Heatubun berasal dari Kepulauan Kei, Maluku, yang memang terkenal magis. Sedangkan ibunya berasal dari Tatar Sunda. Tradisi orang Sunda sendiri ada juga yang bersinggungan dengan alam lelembut.

Menurut ajaran Gereja Katolik, Setan adalah musuh, bersifat kekal dan tidak dapat ditiadakan siapapun. Bahkan Michael tidak dapat memusnahkan setan. Jadi, pandangan ini kontras dengan pandangan Kejawen di atas, dimana setan dianggap sebagai sahabat. Terdapat pertanyaan besar dalam ilmu teologi, yakni mengapa Tuhan tidak meniadakan saja setan. Romo Fabianus Heatubun menuturkan kembali bahwa praktik eksorsisme sudah ada semenjak zaman Mesopotamia kuno, yakni kurang lebih 3.000 SM.




Setan adalah malaikat yang jatuh, sebagaimana diulas dalam Kitab Yesaya. Malaikat itu (Lucifer) adalah malaikat yang sombong dan tidak mau bersikap rendah hati. Nama Lucifer sendiri berarti Pembawa Cahaya. Ini menandakan bahwa ia merupakan sosok yang sangat gemerlap, sangat indah, dan sangat tampan. Berikut in adalahi gambar-gambar rekaan mengenai Lucifer.





Sebagai selingan disajikan gambar humor Paus Benedictus XVI sedang mengeksorsis George Bush.




Romo melanjutkan lagi, bahwa menurut Gereja Katolik, jikalau seluruh tata cara pengusiran setan telah menemui jalan buntu, pertolongan pamungkas dalam menghadapi iblis dapat diminta dari Bunda Maria. Itulah sebabnya terdapat patung Bunda Maria sedang menginjak ular.

Apakah gereja setan benar-benar ada? Gereja setan benar-benar ada dan didirikan oleh Anton Sandor Lafe. Bahkan mereka memiliki kitabnya sendiri. Sesungguhnya tidak benar bahwa gereja setan ini memuja setan, karena mereka menganggap setan adalah dirinya sendiri. Jadi prinsip mereka adalah "aku memuja diriku sendiri."
Ada yang menggambarkan setan dengan sayap kelelawar. Uniknya dalam tradisi masyarakat Kei, manusia berilmu paling mudah berubah menjadi kelelawar.
Terdapat tradisi dalam Gereja Katolik adalah berdoa pada St. Mikael setiap hari agar memperoleh perlindungan terhadap iblis.

Semakin tinggi dan semakin dekat dengan yang ilahi, maka semakin banyak seseorang mendapat godaan iblis.

Yesus menugaskan muridnya sebagai eksorsis. Bahkan saat seorang imam ditahbiskan ia mengemban pula tugas ini. Namun tidak semua pastur menjadi eksorsis.
Dewasa ini semenjak zaman Paus Benedictus XVI, yang merupakan sosok konservatif, eksorsisme mengalami kebangkitan. Dasar teologinya adalah selama milenium pertama, iblis akan diikat; sedangkan pada milenium kedua ini, iblis akan dilepaskan, sehingga diperlukan eksorsisme. Gereja harus percaya bahwa setan itu ada.

Perlengkapan-perlengkapan yang dapat mengusir setan antara lain adalah salib St. Benedictus.







Ini adalah teks doa pada malaikat pelindung yang biasa dipanjatkan umat Katolik.



Ini adalah lembaran-lembaran yang dibagikan oleh Romo Fabianus Heatubun.







Sebagai penutup, dipaparkan syarat-syarat seorang eksorsis, yakni:

1.Suci.
2.Punya pengetahuan demonologi.
3.Mempunya pengetahuan mengenai psikiatris.

Mengapa harus hidup suci? Karena setan kadang-kadang mengetahui latar belakang kehidupan orang yang melakukan eksorsisme.

Selanjutnya sebagai pembicara ketiga, Bapak Ardian Cangianto memaparkan eksorsisme dari sisi Daoisme. Salah satu permsalahan dalam mengungkapkan eksorsisme menurut Daoisme adalah adanya sifat yang esoteris. Yakni hubungan antara guru dan murid. Umpamanya satu guru yang memiliki 20 murid. Seorang siswa wajib senantiasa menyebutkan nama gurunya, sebagai wujud kekuatan silsilah ajaran.
Banyak orang merasa bangga disebut suhu. Padahal suhu sendiri maknanya adalah orang berbudi luhur dan sanggup membimbing orang yang datang padanya menjadi orang baik.

Agar dapat memahami konsep mengenai eksorsisme berdasarkan Daoisme kita perlu mengenal apa yang dinamakan tiga racun dalam tubuh. Adapun ketiga racun (= du) itu adalah:

1.Tamak, yang bersifat indrawi, yakni keterikatan pada keinginan berlebihan.
2.Kebencian, yakni kebencian dan perasaan keterikatan pada sesuatu yang tak disukai secara belebihan.
3.Kebodohan, berkaitan dengan akal kebijaksanaan. Kebodohan terjadi karena tidak paham akan hakikat ketamakan dan kebencian.

Meskipun demikian tiga racun ini diperlukan agar manusia dapat bertumbuh, hanya saja harus dalam batas kewajaran. Sebagai contoh, adalah berdagang yang boleh mengharapkan untung. Namun jika sudah untung, mengapa harus mengurangi timbangan? Jadi pada intinya segala sesuatu harus dalam batas kewajaran.

MAKNA RACUN

Sebagai contoh adalah racun api (火毒 = huodu), yakni sesuatu yang berlebihan, di luar batas kewajaran, dan berada di suatu titik.

Jenis-jenis makhluk halus  menurut Daoisme:

1.Binatang, yakni wujud manusia yang tidak sempurna.
2.精 (jing), yakni benda mati dan binatang (wujud manusia).
3.怪 (guai), yakni monster.
4.魔 (mo), mara di dalam dan di luar tubuh.
5.鬼 (gui), roh manusia.
6.魄 (po), sisa-sisa kehidupan manusia.

Para dewa tidaklah selalu baik. Karena ada dewa cabul.



Ini adalah contoh jenis-jenis siluman:



Berdasarkan slide di atas terdapat jenis-jenis siluman, seperti xiao, mei, wangliang, dan chi.

Berikutnya adalah jenis-jenis gui atau setan, yakni ada setan darah, setan air, setan api, dan lain sebagainya. Sewaktu meninggal mereka membawa kemarahan luar biasa dan kemudian terlahir di dimensi pararel. Merekalah yang sering membawa masalah bagi manusia.
Mengapa sampai bisa muncul siluman-siluman? Karena manusia memiliki TIGA HUN (San hun), yakni:

1.Youjing: bisa tumbuh dan berkembang, tidak bisa berpindah, memilki perasaan, alamiah, dan hanya menjalankan hakikat mendasar (basic nature) saja.
2.Suangling: bisa tumbuh dan berkembang, mampu berpindah, memiliki komponen persanaan, dan kecerdasan.
3.Shi (始) guang: bisa tumbuh dan berkembang, mampu berpindah, mampu mengoptimalkan diri, memiliki komponten perasaan, dan kebijaksanaan.

Hanya manusia yang sanggup menghubungkan langit dan bumi karena memiliki tulang punggung tegak.

TUJUH PO (Qi po):

1.尸狗 (Shigou)
2.伏(fu) 矣
3.雀阴 (Queyin)
4.吞 贼 (Dunzei)
5.非毒 (Feidu) 
6.
7.

Yang dibahas di sini adalah Shigou yang secara harafiah berarti "mayat anjing." Ini ibaratnya adalah orang yang sedang tidur. Kondisi seseorang saat tidur dan meninggal adalah sama. Hal ini dapat diibaratkan sebagai penjaga guna menolak hawa jahat. Apabila seseorang mudah terjaga saat tidur, maka dapat membuatnya menjadi paranoid.

Sehubungan dengan arah penasaran yang tidak mendapatkan harkat, maka diadakan upacara pengembalian harkat; umpamanya melalui chaodu, saat Qinging, zhongyuan, dan xiayuan. Tujuannya agar mereka dapat terlahir di alam yang lebih baik.
Upacara ini merupakan wujud berbuat kebajikan (saat bulan ketujuh) sehingga dapat menebus dosa seseorang.

Syarat seseorang menjalankan eksosrsisme menurut Dao:

1.Keberanian.
2.Budi pekerti.
3.Kemampuan batiniah.
4.Energi asali.
5.Bakat.
6.Guru sesepuh.
7.Perlindungan.
8.Visualisasi.
9.Kemampuan tubuh.
10.Penyatuan hati dan tubuh.

3 Kekuatan untuk melawan setan:

1.Kekuatan terunggul (Dao), yakni dengan mengundang sanjing, petir, liuding dan liujia.
2.Kekuatan alam.
3.Kekuatan dewa yang benar (zhengshen shenming).
Semua ini ditunjang oleh kekuatan diri (fisik harus sehat).

3 Pusaka dalam Dao:

1.Qing (ajaran)
2.Dao
3.Shi (guru)

Lima jenis ilmu di Tiongkok: Shan, yi, xiang, ming, dan bu.

Cara mengamati tanda-tanda kesurupan:

1.Perubahan fisik.
2.Perubahan perilaku.
3.Kondisi lingkungan.
4.Kondisi keluarga.

Tidak selalu merupakan kesurupan, bisa juga karena stress, sehingga terjadi ketidak-seimbangan tubuh.

Mengapa terjadi kesurupan?

1.Energi yang ditarik.
2.Keinginan untuk ada.
3.Pembalasan.
4.Tiadanya jalan pembebasan.
5.Mencari teman.
6.Pengganti.

Perbedaan karma Buddhis dan Dao adalah menurut Daoisme karma bisa diwariskan, oleh karena itu pewarisan ajaran juga dilandasi garis keturunan.
Ketertarikan pada hal-hal gaib/ mistis juga mengakibatkan seseorang rentan pada kesurupan.

Ada dua jenis kesurupan:

1.Futi (sebagian): tangan dipinjam untuk menulis dan lidah dipinjam untuk berbicara.
2.Fushen (penuh): seseorang menjadi seperti boneka yang digerakkan oleh roh.

Ciri-ciri roh bersifat binatang:

1.Minta disembah.
2.Minta dituruti.
3.Minta dihormati.
4.Minta dipuja.

Biasanya orang yang kesurupan akan berupaya menakut-nakuti orang-orang yang ada di sekitarnya, dengan demikian kekuatannya akan semakin besar.

Tentang "ilmu lima petir" dalam Daoisme (Wulei Zhengfa)

Petir adalah pemberi kehidupan. Menurut Daoisme agar dapat terjadi petir harus ada yin dan yang. Dalam tubuh manusia juga ada petir. Disebut lima petir karena lima merupakan angka tengah dalam kotak luoshu.

Tentang Mantra penakluk setan

Harus punya silsilah ajaran (lineage) agar ampuh. Selain itu harus punya keberanian, dimana hal ini berlaku dalam agama apapun. Jika seseorang takut, maka upacara penaklukan setan tak akan efektif. Setelah seseorang disembuhkan dari kesurupan, maka fisiknya harus dipulihkan, umpamanya dengan tusuk jarum.

Kondisi fisik dan kesurupan

Saat ciong energi seseorang akan merosot, umpamanya karena menjenguk orang meninggal. Penangkalnya dapat dilakukan dengan meminum wedang jahe. Contoh lain energi yang merosot adalah seseorang meninggal, dimana suhu tubuhnya akan turun.

Benda-benda pengusir setan

Pedang merupakan raja senjata, sehingga dapat dipakai mengusir semua kejahatan. Benda lain yang ditakuti setan adalah ludah, air seni, golok jagal, dan lain sebagainya. Semua itu ditakuti setan karena memiliki sha qi (energi) yang tinggi.

Alat-alat penanda kehadiran setan

Burung que, anjing, ayam, kompas, air, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah iblis-iblis yang paling berbahaya atau menakutkan:

1.Iblis yang merasuki hati manusia.
2.Sumpah DY terhadap TD: "Kekuatan dewa-dewa hanya terdapat di langit, tetapi kekuatan iblis telah merasuki bumi."
3.Yang berbahaya adalah iblis langit dan iblis bumi yang merasuki manusia dengan godaan duniawi.
4.Tiga racun yang berlebihan.




Gambar Wulei Zhengfa atau Ilmu Lima Petir




Mantra Penakluk Setan Menurut Daoisme




Proses eksorsisme menurut Daoisme




Benda dan obat yang dipergunakan dalam ritual pengusiran setan menurut Daoisme.



Delapan Mantra Utama Dao (Bada Shenzhou) - 1




Delapan Mantra Utama Dao (Bada Shenzhou) - 2




Delapan Mantra Utama Dao (Bada Shenzhou) - 3




Rangkuman eksorsisme Daois




Pemberian kenang-kenangan