Tampilkan postingan dengan label Kong Hu Cu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kong Hu Cu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Juni 2015

BUKU BERUSIA LEBIH DARI 100 TAHUN MENGENAI RIWAYAT NABI KHONG HU CU (KONG FUZI)

BUKU BERUSIA LEBIH DARI 100 TAHUN MENGENAI RIWAYAT NABI KHONG HU CU (KONG FUZI)

Ivan Taniputera
18 Juni 2015
.




Judul: Hikajatnja Nabi Khong Hoe Tjoe
Penulis: Lie Kim Hok
Penerbit: Snelpersdrukkerij Kho Tjeng Bie & Co., 1910
Jumlah halaman: 127

Buku ini meriwayatkan mengenai kehidupan Nabi Khong Hu Cu (Kong Fuzi). Pada halaman 7 disebutkan:

"Di dalam hal perbaiki istiadat boemi-poetra, Khonghoetjoe ada dapet madjoe banjak sekali, hingga namanja djadi terdjoendjoeng oleh sekalian bangsa Tionghoa sampe di ini masa. Inilah djoega sebabnja, maka boekanlah sadja radja-radja dan poedjonggo-poedjonggo ada menghormati nama Khonghoetjoe lebih dari pada hormati nama manoesia, hanja sekalian boemi-poetra, moelija dan hina, soeka menoelisken Khonghoetjoe poenja mitsal-mitsal (perkataan) dan taro itoe di dalam roemah dan di dalam kapal atawa sebaginja malah oekirken djoega di segala perabot dan perkakas,....."

Pada halaman 13, diriwayatkan mengenai leluhur Nabi Khong Hu Cu:

"Sebagimana jang kataoean dengan pasti, atsal-oetsoelnja Khonghoetjoe ada meningkat sampe kapada saorang bangsawan bernama Siat, dan menoeroet kasaksiannja pengarang-pengarang dari hikajat bangsa Tionghoa, ini Siat ada djadi satoe toeroenan dari baginda keizer Oeitee. Pada 2237 tahon sabelon ada tahon Mesehi, ini Siat ada dibri djabatan di dalam pakerdjaannja ferdana mantri oleh baginda keizer Soen jang amat termashoer...."

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:




Berminat kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Sabtu, 21 Februari 2015

SEKELUMIT DATA-DATA SEJARAH AGAMA KHONG HU CU (KONG HU CU) DI INDONESIA

SEKELUMIT DATA-DATA SEJARAH AGAMA KHONG HU CU (KONG HU CU) DI INDONESIA


Ivan Taniputera
21 Februari 2015


Pada kesempatan kali ini saya ingin merangkum data-data sejarah Agama Khong Hu Cu di Indonesia. Adapun data-data ini menurut hemat saya kelak akan bermanfaat guna menyusun sejarah Agama Khong Hu Cu yang lebih lengkap. Adapun data-data itu dikumpulkan dari berbagai buku peringatan dan majalan lama terkait Agama Khong Hu Cu. Karena masih bersifat rintisan, maka data-data ini masih jauh dari lengkap. 

Catatan: Terdapat variasi penulisan. Sebagai ganti Khong Hu Cu ada yang menuliskan Kong Hu Cu. 

1. SALA

Pada tanggal 16 Oktober 1918 didirikan Khong Kauw Hwee di kota Sala (Surakarta). Adapun nama Khong Kauw Hwee itu dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Khong (Mandarin Kong) 孔 mengacu pada Khong Hu Cu.
  • Kauw (Mandarin Jiao) 教 artinya adalah "agama."
  • Hwee (Mandarin Hui) 會 artinya adalah "perkumpulan."

Oleh karenanya, Khong Kauw Hwee berarti Perkumpulan Agama Khong Hu Cu.

Tanggal 1 November 1925: Pemerintah kolonial mengakui organisasi tersebut sebagai badan hukum (Recht persoon).

Ketua pertama sekaligus pendirinya adalah almarhum Bapak Tan Kiong Wie. Selanjutnya sebagai ketua berturut-turut adalah:

  • Sie Thian Hoo
  • Kwik Hok Hie
  • Liem tiang Hwang
  • Oei Ing Hwie
  • Tan Siek Lien
  • Tan Tjien Bie.

Selanjutnya, sistim ketua diganti dengan sistim presidium (dewan ketua). Adapun anggota-anggota dewan ketua pertama adalah:

  • Dr Sardjono
  • Tan King Giauw
  • Tjiook Tjing Gan
  • Tjoa Giok Tjiam
  • So Sam Tho

Kemudian yang menjabat sebagai dewan ketua adalah:

  • Hartono Soelistio
  • Ang Tjien Tong
  • Tan Boen Khek
  • R. Soetomo
  • Kwa Kwie An

Pada tanggal 17 Maret 1956, perhimpunan ini mendapatkan badan hukum baru dari pemerintah Republik Indonesia yang berlaku hingga tahun 1983.

Pada bulan Agustus 1967 berlangsung kongres Madjelis Tinggi Agama Khonghutju se Indonesia maka organisasi Perhimpunan Agama Khonghucu namanya menjadi  menjadi Madjelis Agama Khonghucu Indonesia, yang disingkat MAKIN.

Majelis Agama Khonghucu Indonesia Sala mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:

1. Bagian Kebaktian Agama Khonghutju
2.Bagian Pendidikan (Sekolah S.T.K,. SD, SMP, dan sekolah Minggu untuk anak2).
3. Bagian Wanita
4. Bagian Pemuda pemudi.
5. Bagian Kematian.
6. Bagian Sosial.
7. Bagian Perkawinan.
8. Bagian Perpustakaan.
9. Bagian Inventaris.
10. Bagian Gedung/ Inventaris. 

Bagian Pemuda didirikan pada tahun 1955, kegiatannya mencakup olah raga, musik, dan lain sebagainya. Bulan Juli 1965 diadakan kongres Pemuda Agama Khonghucu se Indonesia di Sala. Bagian Pemuda ini banyak membantu MAKIN Sala apabila terdapat kegiatan-kegiatan. Susunan bagian pemuda adalah sebagai berikut:

Ketua: Liauw Kok Fie
Wakil ketua: Tan Tek Tjwan
Penulis: Tan Kwat Lan dan Liem Giok Bing
Bendahara: Koo Poen Nio dan Tan Sing Hwie

Bagian Pemudia ini diharapkan dapat menjadi penerus bagi generasi tua.

(Disarikan dari "Peringatan 50 Tahun Madjelis Agama Khonghutju Indonesia-Sala 16 Oktober 1918-1968," halaman 11-20)

2. TERBITAN AGAMA KHONG HU TJU


Saya mempunyai beberapa terbitan mengenai Agama Khong Hu Tju, antara lain adalah "Suara Agama Khonghutju, edisi Chusus, no 46 tahun XVII," yang terbit pada tahun 1971.

Isinya mengulas riwayat para suciwan Tiongkok di zaman dahulu, seperti:

1.Raja Suci Giauw atau Tong Giauw memerintah 2357-2255 SM.
2.Raja Suci Gun atau Gi Sun, memerintah 2255-2205 SM.
3 Ie Agung atau Tay Ie, memerintah 2205-2197 SM.

dan lain sebagainya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Agama Khong Hu Cu  di Indonesia dalam sejarahnya telah menghasilkan banyak literatur dalam bahasa Indonesia.

3. SEMARANG

Pada tahun 1982 di kota Semarang dilangsungkan peringatan hari lahir Nabi Khong Hu Cu ke 2533. Adapun susunan panitianya adalah sebagai berikut.

Pembina : Drs Ida Bagus Anom Suryawan
Pelindung: B. P. MAKIN-Semarang.
Penasihat: Tl. H. Mulyono-tl. S. Adi
               Bs. g. Budiatmadjaja.
Ketua kehormatan: Bp. Tch. Hartono Sinudarsono.
Ketua: Tch. Johanis Neko
Wakil Ketua I: Tch. Wijatmoko
Wakil Ketua II: Ks. Indriani H.S.
Wakil Ketua III: Tch. Pho Siok Lian.
Sekretaris: Tch. Lie Siauw Djiang.
Wakil Sekretaris I: Tch. Eko Susilo.
Wakil Sekretaris II: Tch Thio Siek Wan
Bendahara: Tch Hardy
Wakil Bendahara: Tch. Oe Ling Ling.




Kemudian masih ada bagian-bagian lainnya.




(Sumber: "Buku Kenang-Kenangan Hari Lahir Nabi Khong Cu ke 2533 di Semarang," halaman 4).




DAFTAR PUSTAKA

Buku Kenang-Kenangan Hari Lahir Nabi Khong Cu ke 2533 di Semarang
Peringatan 50 Tahun Madjelis Agama Khonghutju Indonesia-Sala 16 Oktober 1918-1968
Suara Agama Khonghutju, edisi Chusus, no 46 tahun XVII





Artikel lain mengenai ramalan, astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoshu, metafisika, filsafat kehidupan, silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/



Senin, 02 Juni 2014

HARTA PUSAKA YANG LUAR BIASA: BUNDEL MAJALAH MOESTIKA DHARMA TAHUN I - TAHUN 10

HARTA PUSAKA YANG LUAR BIASA: BUNDEL MAJALAH MOESTIKA DHARMA TAHUN I - TAHUN 10

Ivan Taniputera
2 Juni 2014








Merupakan bundel majalan Moestika Dharma dari tahun 1932-1941. Tebal masing-masing bundel rata-rata 2 cm.  Isinya mengenai keagamaan, sejarah, filsafat, dan lain sebagainya; terutama yang ada kaitannya dengan ajaran Tridharma (Buddha, Dao, dan Konghucu). Meskipun demikian, juga terdapat pula uraian mengenai ajaran agama lainnya. Sebagai contoh adalah serial uraian Bhagavadgita oleh Kwee Tek Hoay dan ajaran Krishnamurti.  Ini merupakan harta pusaka yang sangat berharga.

Pada edisi pertama no. 1 taon ka 1, April 1932 terdapat uraian mengenai sejarah berdirinya Moestika Dharma:

"Pada tanggal 2 Augustus taon jang laloe, dalem gedong Khong Kauw Hwe di Solo ada dibikin pertemoean antara bebrapa pamoeka Khong Kauw dan Theosoof Tionghoa dari Djawa Wetan, Tengah dan Koelon, aken meroendingken soeal agama dari bangsa Tionghoa, dalem mana ada dibitjaraken djoega atoeran dan oepatjara jang bersifat sebagi kias atawa sijmbolisch, jang masih blom kataoean atawa toedjoeannja jang aseli, hingga kabanjakan orang tjoemah mengikoetin dengen memboeta pada koelit atawa bagian loearnja jang sringkali kaliatan tida berarti apa-apa. Lantaran tida mengenal pada toedjoean atawa maksode jang ada tersemboeni di sablah dalem, bertambah poela kerna pengaroehnja djeman sekarang jang menoedjoe ka djoeroesan materialistisch, maka boekan sedikit orang jang lantes tarik poetoesan bahoea itoe semoea atoeran dan oepatjara boekan sadja tida perloe, tapi djoega ada bodo dan tachajoel, hingga kaloe bisa lebih lekas disingkirken ada lebih baek....."

Oleh karena itu, tujuan pendirian majalan Moestika Dharma adalah memaparkan pemahaman yang benar mengenai agama, tradisi, dan adat istiadat Tionghoa.

Selanjutnya pada Moestika Dharma no.3 taon ka 1, Juni 1932, memuat mengenai perempuan Tionghoa dan agama, yang merupakan artikel karya Nyonya Tjoa Hin Hoe, Soerabaja, halaman 100:

"Dalem segala pergerakan apa sadja di ini doenia, tida aken bisa mendjadi rame dan madjoe kapan kaoem prampoean tida ambil bagian. Sebab Natuur soeda moestiken adanja Im dan Yang, begitoe djadi dimana ada lelaki, haroes djoega terdapet orang prampoean boeat djadi imbangan. Begitoelah dari djeman doeloe sekali, kaoem prampoean soeda mengambil kadoedoekan jang boekan ketjil; dalem politiek sociaal agama, dan roemah tangga...."

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan sudah adanya peranan dan emansipasi kaum perempuan Tionghoa.

Di nomor yang sama, halaman 113, terdapat ajaran Mengzi (Beng Tjoe atau Mencius) mengenai bagaimana seorang raja berlaku terhadap musuhnya yang kuat:

"Hertog Wen dari negri Teng (Teng Boen Kong) menanja pada Beng Tjoe begini:

"Teng ada satoe keradja'ann ketjil. Meski akoe soedah berboeat sabrapa bisa aken menjenangken hatinja negri-negri besar jang berdampingan, kita tida djoeba bisa terloepoet dari ganggoean. Haloean apakah akoe haroes ambil soepaja negrikoe tinggal slamet?"

Beng Tjoe mendjawab:-

"Di djeman doeloe, waktoe Radja Tay (kake mojangnja Radja Boen Ong) berdiam di negri Pin, itoe bangsa-bangsa biadab di sablah oetara selaloe lakoeken peperangan ka itoe negri. Radja Tay tjoba membri kapoeasan pada marika dengen hadiaken soetra dan koelit binatang, tapi ia masih teroes diganggoe. Ia briken bingkisan beroepa andjing dan koeda, djoega masih teroes dapet ganggoean...."

Mengzi menawarkan dua hal, yakni:

1.Menyingkir dari negeri tersebut bersama rakyatnya guna membangun negeri baru.
2.Mempertahankan mati-matian negeri warisan leluhurnya tersebut.

Pada Moestika Dharma nomor 9 taon ka-1, December 1932, halaman 309 dipaparkan mengenai asal muasal berkembangnya Agama Protestant di Indonesia, karya Pouw Kioe An:

"Di Indramajoe itoe waktoe soedah ada orang-orang jang anoet Protestant dan pada taon 1865 ada toedjoeh orang jang dipermandikan (doop). Ini djema'at Kristen sebagian besar terdiri dari orang-orang Tionghoa.

Pada tanggal 27 September 1868 pendita Dijkstra di Cheribon telah kasih permandian soetji pada orang-orang Indonesier pertama jang masoek agama Protestant...."

Selanjutnya terdapat pula kisah-kisah mengenai hantu, sebagian contoh di Moestika Dharma no.6 taon ka 1, September 1932, halaman 224, karya Kwee Tek Hoay (K.T.H.):

"Kampoeng Goesti, Mangga Doea, dan Djembatan Merah ada tempat-tempat jang seram boeat orang jang djalan malem disitoe. Doeloean banjak orang pertjaja di itoe tempat-tempat ada iblis jang djalan malem, hingga banjak orang takoet liwat di sitoe kaloe di waktoe malam. Orang tentoe masih ada jang inget bagimanana ada toekang deeleman jang tjerita moeat prampoean bagoes, tapi waktoe sampe di Mangga Doea itoe prampoean mendadak ilang....."

Pada edisi lainnya terhadap rumah bekas pembunuhan yang menjadi berhantu.

Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya.











Berminat foto kopi segera hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.

Minggu, 02 Februari 2014

BUKU MENGENAI KEAGUNGAN KONG HU CU (KONG FUZI)

BUKU MENGENAI KEAGUNGAN KONG HU CU (KONG FUZI)

Ivan Taniputera
3 Februari 2014



Judul: Kabesarannja Nabi Khong Hu Tju
Penebit: Swastika Surakarta
Jumlah halaman: 48

Buku ini berisikan pandangan-pandangan beberapa tokoh mengenai Kong Fuzi. Ada pun daftar isinya adalah sebagai berikut:


Sebagai contoh pada halaman 3 terdapat tulisan Ku Hung Ming:

"BAGAIMANA MESTI MENIMBANG SIFATNYA MANUSIA.
Ku Hung Ming

Satu murid dari Khong Tju (nama Tju Kung) madjukan pertanjakan katanja: "Apakah guruku akan kata tentang seorang jang disukai oleh sekalian penduduk di tempat kadiamannja?"

"Ia tidak perlu lantas dipandang sebagai seorang baik," menjahut Khong Tju.

"Kalau demikian," itu murid menanja pula "bagaimanakah guruku akan bilang tentang seorang jang tidak disukain oleh sekalian penduduk di tempat kadiamannja?"

"Ia pun tidak perlu lantas dipandang seorang djahat atau baik," djawab pula Khong Tju. "Seorang jang benar-benar baik jaitulah jang disuka oleh orang-orang baik di tempat tinggalnja dan tidak disuka oleh orang-orang djahat."

Pada halaman 25 terdapat kutipan sebagai berikut:

"Ketika Khong Tju untuk sedikit tempo memangku djabatan sebagi Hakim Besar, pada satu hari mengadap satu ajah jang madjukan beberapa tuduhan heibat terhadap putranja, Khong Tju suru djebloskan itu ajah dan anak ka dalam pendjara dan anak ka dalam pendjara sampe tiga bulan lamanja, tanpa adakan perbedaan satu apa antara jang menuduh dan jang dituduh, dan sesudah sampe tiga bulan baru iaorang dilepas. Ini perbuatan membikin Minister Chi Huan madjukan tegoran pada Khong Tju, dan peringatkan apa jang ia sering bilang, bahwa mendjalankan Hauw ada hal pertama jang harus dilakukan dengan sungguh hati "Apakah jang sekrang menjegah akan kau berikan hukuman mati pada anak put hauw (tidak berbakti) untuk djadi sebagi tjonto pada jang lain-lain?"

Khong Tju mendjawab: "Itu ajah belum pernah mengadjar putranja bagaimana mesti berlaku uhauw maka itu kadosaan sabenarnja ia sendiri jang mesti tanggung..."

Berikut ini adalah contoh halamannya.






Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.