FILSAFAT
KEHIDUPAN: ROH PENAGIH HUTANG YANG TERLAHIR SEBAGAI ANAK: ANAK-ANAK YANG
MENIMBULKAN MASALAH SERIUS BAGI ORANG TUANYA
Ivan Taniputera
15 Desember 2024
CATATAN:
Tulisan ini tidak boleh diambil atau dikutip tanpa ijin penulis. Mengambil atau
mengutip tanpa ijin adalah mencuri, yang dapat menjerumuskan pada alam-alam
penderitaan; terlebih lagi mencuri Dharma. Kita juga hendaknya tidak
merendahkan diri kita sendiri sebagai pencuri.
Belakangan
ini, kita sering mendengar berita-berita mengenai seorang anak yang berulah
sehingga orang tuanya juga ikut menanggung masalah atau kerugian besar. Sebagai
contoh, ada anak seorang kaya dan berpengaruh yang menganiaya orang lain
demikian parahnya. Kendati demikian, yang terkena masalah hukum bukan hanya
anak itu saja. Orang tuanya pun turut terseret kasus hukum, karena ia juga
memiliki kesalahan yang selama ini tersembunyi. Kesalahan orang tuanya itu pada
akhirnya turut terbongkar, sehingga dijebloskan pula ke dalam penjara. Ada pula anak seorang kaya yang menganiaya
kekasihnya hingga tewas. Hal ini tentu saja merusak reputasi keluarganya. Masih
ada lagi kasus, dimana seorang ayah yang berniat membela anaknya secara
berlebihan terkena kasus hukum. Anak itu menurut berita sebelumnya telah dibully oleh anak lain. Sementara itu,
kabar yang paling baru terdapat seorang anak yang menganiaya karyawannya
sendiri. Bisnis orang tuanya menjadi terseret pula. Ada juga berita mengenai
anak yang membunuh orang tuanya. Berita-berita tersebut semuanya mengisahkan
mengenai seorang anak yang menimbulkan masalah bagi orang tuanya. Jadi
alih-alih mengharumkan nama keluarga atau menambah keberuntungan keluarga,
mereka malah merugikan serta mencelakai orang tuanya. Meski tidak semua orang
tua dalam kasus di atas turut terseret kasus hukum, tetapi tentu saja kalau
anak bermasalah mereka akan merasa malu atau sedih dengan perilaku anaknya.
Selain itu, mereka tentunya juga akan kehilangan banyak hal.
Pertanyaannya,
mengapa itu semua terjadi? Jawabannya sangat rumit. Bisa jadi orang tua kurang
memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Dengan demikian, jiwa anak
menjadi labih. Bisa juga karena orang tua terlalu memanjakan anaknya. Namun
jawaban lebih lengkap dari sisi ini, lebih baik dijawab saja oleh para
pakarnya. Saya lebih memilih untuk mengulasnya dari sisi Agama Buddha. Agama
Buddha mengenal apa yang disebut sebagai roh penagih hutang atau 怨親債主 (Yuà n qīn zhà izhǔ). Itu merupakan sosok orang-orang yang kita
pernah berhutang karma buruk pada kehidupan lampau. Sebagai contoh, orang yang
tidak membayar hutangnya pada seseorang. Orang yang dihutangi itu lantas
bertumimbal lahir sebagai anak orang berhutang tersebut. Saat karma itu sudah
waktunya berbuah, maka anak itu lantas melakukan suatu tindakan yang entah
bagaimana atau entah dalam bentuk apa, yang mengakibatkan harta orang tuanya
ludes. Bisa juga orang tuanya dalam kehidupan sekarang tidak memupuk karma baik
dan malah melakukan berbagai kesalahan. Akibatnya karma buruk masa lalu dan
masa sekarang pada saat yang sesuai akhirnya berbuah bersama. Dampak yang
ditimbulkannya juga besar.
Bisa juga anak yang
lahir sakit-sakitan merupakan roh penagih hutang bagi orang tersebut. Anggota
keluarga yang sering bertengkar satu sama lain mungkin juga merupakan roh
penagih hutang satu sama lain. Intinya adalah energi karma entah baik entah
buruk tidak dapat hilang begitu saja dan menunggu saat yang tepat guna
memanifestasikan serta mematangkan dirinya. Tidak dapat menghilang begitu saja.
Lalu bagaimanakah
cara mengatasi dampak negatif dibawa oleh roh penagih hutang, khususnya yang
terlahir sebagai anak? Nampaknya sulit menemukan jawaban yang sederhana bagi
hal ini. Awalnya mungkin kita juga tidak mengetahui apakah anak tersebut
merupakan roh penagih hutang, yakni hingga ia menimbulkan masalah serius yang
berdampak besar pada orang tuanya. Mulanya barangkali tidak terlihat ada
masalah apa-apa. Jadi, tidak semuanya diketahui dari awal. Kalau begitu, apakah
hal terbaik yang dapat dilakukan?
Pertama-tama, kita
harus memahami bahwa suatu karma entah baik atau buruk dapat dibuat agar tidak
berbuah. Hal ini dapat diumpamakan dengan sebuah benih. Benih suatu tumbuhan
akan bertunas atau tidak bertunas bergantung dari sebab beserta kondisi yang
ada. Jadi, kalau ingin suatu benih tidak bertunas, maka harus dihadirkan
sebab-sebab beserta kondisi yang menjadikannya tidak dapat bertunas; misalnya
jangan diberi air, tanah, atau pun sinar matahari. Dengan demikian, benih
menjadi busuk sehingga tidak dapat bertunas lagi menjadi tumbuhan besar. Hal
yang sama berlaku pada karma. Karma buruk yang dibawa oleh roh penagih hutang
dapat dibuat tidak berbuah. Bagaimana caranya? Dengan menghadirkan sebab atau
kondisi yang tidak memungkinkannya berbuah. Kita akan memberikan contoh
cara-caranya di bawah ini.
Cara
paling utama adalah memberikan suatu ajaran moralitas yang baik pada anak-anak
Anda. Kalau moralnya sudah terbentuk dengan baik, maka ia tidak mungkin
melakukan tindakan-tindakan tercela. Jikalau seseorang sudah mempunyai didikan
moralitas yang baik semenjak dini, apakah mungkin ia dengan mudahnya mencelakai
orang lain? Kuncinya adalah pendidikan untuk menjadi orang baik. Anda harus
menjadikan anak Anda sebagai orang baik, bukan hanya “orang pandai, orang
sukses, atau orang yang hebat.” Kalau Anda dapat menjadikan anak Anda sebagai
sosok yang senantiasa berjalan lurus, maka peluang untuk menimbulkan masalah
serius menjadi jauh lebih kecil. Kalau peluang masalah serius lebih kecil, maka
dampak buruk yang akan ditimbulkan terhadap orang tua dan keluarga, juga akan
lebih kecil. Orang tua sering menekankan agar anak-anaknya menjadi “orang
pandai, orang sukses, orang kaya, orang hebat, dan lain sebagainya,” tetapi
apakah mereka pernah menekankan agar anaknya menjadi orang baik? Ini adalah
sebuah peringatan yang sangat penting.
Selain
itu, yang juga tidak kalah penting adalah hidup Anda juga harus lurus dan
benar. Kalau Anda ingin hidup anak Anda lurus dan benar, tetapi jalan Anda
masih bengkok-bengkok, maka itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Jika Anda
masih korupsi dan melakukan ketidakjujuran. Kalau Anda masih berupaya menjadi
orang yang seolah-olah berkuasa dengan mengandalkan atau menyandarkan diri pada
aparat atau orang-orang penting, maka bagaimana mungkin Anda berharap anak Anda
menjadi anak yang memiliki jati diri baik? Itu adalah omong kosong. Intinya
adalah, Anda sendiri juga harus hidup lurus dan bersih. Dengan demikian, energi
negatif yang dibawa dari masa lampau akan makin lemah, sehingga akhirnya lenyap
dan tidak sanggup memanifestasikan dirinya sendiri.
Apakah
dengan semua yang dipaparkan di atas sudah pasti akan menghapuskan dampak buruk
yang dibawa roh penagih hutang? Belum tentu juga. Anda tidak mengetahui
seberapa besar hutang karma buruk yang dibawa dari masa lampau. Anda juga tidak
tahu kapan energi karma buruk itu benar-benar sirna. Kendati demikian, kalau
tidak melakukannya, maka peluang terjadinya hal buruk akan jauh lebih besar.
Jadi, pilihannya ada di tangan Anda sendiri.
Demikian
sedikit pembahasan kita mengenai roh penagih hutang yang terlahir sebagai anak
seseorang. Sebenarnya, pembicaraan mengenai karma itu sangat rumit dan dalam. Hanya
seorang Buddha yang memiliki pengetahuan paling sempurna mengenai hukum karma.
Saya sangat senang apabila tulisan ini dapat memberikan manfaat.