FILSAFAT BIJI
Ivan Taniputera
1 Desember 2013
Seseorang
sedang makan buah kesayangannya. Tiba-tiba giginya terantuk pada biji
yang berada dalam buah tersebut. Bijinya itu jika tergigit rasanya pahit
dan mudah menyelip di sela-sela gigi. Sungguh tidak nyaman dan tidak
menyenangkan. Orang yang senang menikmati buah kesayangannya itu
berpikir seandainya setiap buah di dunia ini tidak ada bijinya. Dengan
demikian, orang tersebut telah membenci biji.
Namun jika direnungkan lebih seksama, jika tidak ada biji, maka di masa mendatang orang itu tidak akan dapat menikmati buah kesayangannya lagi. Biji mutlak perlu demi keberlangsungan buah kesayangannya. Tidak ada biji tidak ada lagi buah kesayangannya.
Banyak orang hanya menyukai hal yang indah-indah dan menyenangkan saja. Mereka berniat menyingkirkan segenap hal yang tak menyenangkan. Namun mereka tidak menyadari bahwa hal itu mustahil. Mereka tidak memahami bahwa baik hal yang menyenangkan mau pun tidak menyenangkan itu adalah suatu bagian tak terpisahkan satu sama lain. Tiada satu bagian dapat hadir tanpa bagian lainnya. Bila mengerti kenyataan ini orang tersebut akan menyadari bahwa keberadaan biji adalah sesuatu yang alami, tanpa memendam perasaan apa pun. Memang sudah alaminya demikian.
Sudah menjadi hakikat hidup ini mengandung hal-hal yang tidak memuaskan. Memang demikianlah kondisi alaminya.
Semoga dapat menjadi bahan renungan yang bermanfaat.
Namun jika direnungkan lebih seksama, jika tidak ada biji, maka di masa mendatang orang itu tidak akan dapat menikmati buah kesayangannya lagi. Biji mutlak perlu demi keberlangsungan buah kesayangannya. Tidak ada biji tidak ada lagi buah kesayangannya.
Banyak orang hanya menyukai hal yang indah-indah dan menyenangkan saja. Mereka berniat menyingkirkan segenap hal yang tak menyenangkan. Namun mereka tidak menyadari bahwa hal itu mustahil. Mereka tidak memahami bahwa baik hal yang menyenangkan mau pun tidak menyenangkan itu adalah suatu bagian tak terpisahkan satu sama lain. Tiada satu bagian dapat hadir tanpa bagian lainnya. Bila mengerti kenyataan ini orang tersebut akan menyadari bahwa keberadaan biji adalah sesuatu yang alami, tanpa memendam perasaan apa pun. Memang sudah alaminya demikian.
Sudah menjadi hakikat hidup ini mengandung hal-hal yang tidak memuaskan. Memang demikianlah kondisi alaminya.
Semoga dapat menjadi bahan renungan yang bermanfaat.