DAFTAR BEBERAPA KAPITAN, MAYOR, & LETNAN TIONGHOA DI JAWA
Ivan Taniputera
1 Mei 2014
A.Jawa Bagian Barat
Apayang dimaksud Jawa Bagian Barat adalah meliputi Provinsi Banten, Jawa Barat,dan DKI Jakarta sekarang.
BATAVIA
Semenjak
zaman Kerajaan Pajajaran, orang-orang Tionghua telah mengunjungi Kalapa
atau Sunda Kalapa. Mereka membawa porselin, kain sutera, beserta
obat-obatan danmembeli hasil bumi Pajajaran. Para pedagang Tionghua itu
kemudian membentukperkampungan sendiri. Pada perkembangan selanjutnya,
yakni semasa berkuasanyaPangeran Jakarta Wijayakrama, ditunjuk seorang
ketua Kampung Tionghua bernamaWatting[1].Berkat
pengetahuan dan kepiawaiannya dalam berdagang, orang-orang Tionghua ada
yang diangkat sebagai syahbandar. Oleh karena diterapkannya berbagai
peraturan yang merugikan para pedagang Tionghua di Banten, maka semenjak
kurang lebih tahun 1618-1619, tidak sedikit di antara mereka yang
pindah ke Batavia.
Gubernur Jenderal Jacques Specx
memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi orang-orang Tionghua yang
hendak bermukim di Batavia. Bahkan, Gubernur Jenderal J. P. Coen merasa
memperoleh keuntungan dari orang-orang Tionghua melalui cukai
perdagangan. Oleh karenanya, J. P. Coen berniat mengeluarkan aturan
mengenai pajak tanah dengan sebelumnya berunding dengan para kepala
kampung Tionghua bernama So Bing Kong dan Jan Coongh.
Pada
tahun 1740 berlangsung pembantaian terhadap orang Tionghua oleh VOC,
sehingga meretakkan hubungan antara kompeni dengan orang Tionghua.
Peristiwa ini berlangsung semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Adrian
Valckenier (1737-1741). Pengganti Valckenier, yakni Gubernur Jenderal
Baron van Imhoff (1743-1750), berupaya memulihkan hubungan baiknya
dengan orang-orang Tionghua. Karena itu, dilangsungkanlah perundingan
pada tahun 1743. Berdasarkan hasil perundingan disepakati bahwa mereka
akan memilih kapitan Tionghua yang baru beserta dua orang ajudannya.
Tiga
hari berselang sejak dilangsungkannya perundingan, atau tepatnya
tanggal 28 Juni 1743, Lim Beengko terpilih sebagai kapitan. Sementara
itu, diangkat sebagai ajudannya adalah Letnan Oeij Tsomko dan Letnan Tan
Iko. Upacara pelantikannya diselenggarakan pada tanggal 6 Agustus 1743.
Bersamaan dengan itu, diadakan pesta yang meriah. Para kapitanTionghua
di Batavia selanjutnya secara berturut-turut adalah Oeij Tsomko
(1747-1750), Oeij Tsjiauw (1750-1756), Lim Tjipko (1756-1775), Ting
Ingko (1775), Oeij Hingko (1775-1784), Swa Toen Ko (1784-1790), Ong
Tjoseeng (1790-1791), Oeij Biankong (1791-1800), Gouw Tjangsie
(1800-1809), dan Tan Peengko.
Upacara pelantikan
Kapitan Ting Ingko yang dilangsungkan pada tanggal 3 April 1775
berlangsung meriah. Perayaan tersebut dipimpin oleh seorang opsir, dua
orang opsir muda,dan 24 orang biasa[2].Kemeriahan
upacara nampak dari adanya 156 naga-nagaan yang dibawa 312 orang,156
lentera atau tandu yang dibawa oleh banyak orang berpakaian
warna-warni,berbagai rombongan kesenian, dan lain sebagainya. Pawai ini
telah dimulai pada jam 07.00 dan diawali dari jembatan Yassem.’
B. Jawa Bagian Tengah
AMBARAWA
Kwee
Kee Gie pernah menjabat sebagai letnan kehormatan (tituler) dan kapitan
kehormatan (tituler) Tionghua di Ambarawa. Jabatan letnan kehormatan
Beliau emban selama16 tahun. Beliau dilahirkan pada tahun 1889, dan
menempuh pendidikan di sekolah Hokkian. Selanjutnya Beliau melanjutkan
di Europ. Lagere School di Ambarawa serta Magelang[3].
KEBUMEN
Liem
Yam Hoei adalah letnan kehormatan (tituler) yang juga dilahirkan di
Kebumen. Beliau aktif dalam T.H.H.K. dan pernah menjadi beschermheer H.C.T.N.H. bagian Kebumen[4].
KUDUS
Liem Kwie Khoen yang dilahirkan pada tahun 1876 merupakan letnan Tionghua senior (oud luitenant)
di Kudus. Pada mulanya Beliau menuntut ilmu di Europ. Lagere School,
tetapi kemudian pindah ke sekolah Hokkian. Beliau pernah memegang
jabatan sebagai beschermheer Hiap Hoe Hwee Yoe, voorzitter To Tek Kong
Bio, eere voorzitter Neutrale H.C.S, dan voorzitter Tiong Hoa Tjong Hwee
beserta T.H.H.K[5].
YOGYAKARTA
Lie
Ngo An merupakan kapitan tituler Tionghua yang aktif dalam pergaulan di
kalangan Tionghua maupun kaum bangsawan Indonesia beserta Belanda.
Beliau merupakan seorang tokoh kelahiran Yogyakarta yang menuntut ilmu
di sekolah Hokkian dan Belanda[6].
C.Jawa Bagian Timur
BANGIL
Phoa Kiem Boen menjadi letnan kehormatan (tituler) di Bangil. Beliau menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School,
yangdilanjutkan ke Instituut Buys dan kemudian H.B.S. Surabaya. Selain
itu, Beliaumerupakan tokoh yang gemar berorganisasi, terutama dalam
bidang olah raga. Pernah Beliau menjadi kapten pada ChineseS tudents Football Club (Klub Sepak Bola Mahasiswa Tionghua)[7].
BLITAR
Hwan Lien Poo merupakan letnan Tionghua senior (oudluitenant)
di Blitar. Beliau merupakan seorang tokoh kelahiran Tulungagung dan
mengawali pendidikannya di sekolah Hokkian. Beliau pernah menjabat
sebagai bestuur Tiong Hoa Siang Hwee dan T.H.H.K. Tulungagung. Selain itu, Beliau juga duduk dalam bestuurschaps (dewan pengawas) T.H.H.K., Tjin Ik Hwee, dan SiangHwee[8].
BONDOWOSO
Tjoa Liang Kian merupakan letnan Tionghua senior (oudluitenant)
di Bondowoso. Beliau merupakan saudara muda Kapitan Kehormatan
(Tituler) Tjoa Liang Djien. Tokoh ini merupakan kelahiran Bondowoso dan
menempuh pendidikan di sekolah Hokkian, yakni di kampung halamannya
sendiri. Jabatan yang pernah Beliau pegang adalah voorzitterIe Tik Tong Hwee Yoe, bestuur T.H.H.K., Particulier H.C.S., dan Regentschapsraad Bondowoso[9].
JEMBER
Kho
Hong Phing merupakan letnan Tionghua kelahiran Jember. Mulanya Beliau
menempuh pendidikan di sekolah swasta Belanda, tetapi kemudian secara
berturut-turut pindah ke T.H.H.T. Bondowoso, T.H.H.T. Situbondo, dan
T.H.H.T. Jember. Beliau pernah pula menjadi guru bantu di T.H.H.T.
Jember.
KEDIRI
Djie Ting Hian merupakan kapitan Tionghua senior (oudkapitein).
Beliau adalah putera mayor kehormatan (tituler) Kediri, yakni Djie Thay
Hien. Tokoh yang lahir di Kediri ini bersekolah di Europ. Lagere
School, H.B.S. Semarang, dan pindah lagi ke H.B.S. Surabaya. Beliau
mendirikanperkumpulan Gymnastiek en Scherm Vereeniging “Tiong Hwa,” yang
namanya diubahmenjadi “Tiong Hoa.” Sebagai tokoh yang aktif
berorganisasi, Beliau berkecimpung dalam berbagai perkumpulan di Kediri.
Pesan Beliau adalah sebagai berikut:
“Orang
Tionghoa bisa dipaksa boeat mendjadi takoet, bisa dipaksa boeat menaro
hormat, tapi tida bisa dipaksa boeat soepaja bisa mempoenjai
pertimbangan sendiri. Dengan begitoe maka djadi tida bisa atawa tida
brani pegang keadilan.
PemimpinTionghoa boekannja tida bisa
mendjadi pemimpin sedjati jang brani masoek dilaoetan api kaloe perloe,
tapi boeat apa? Kerna jang dipimpin tida bisa memikir dan mengarti dia
siapa? Lebih lagi kaloe pemimpin itoe miskin, dia boleh mengorbanken
segala apa, tapi oepahnja boeat diprentah aken kemoedian ditertawaken.”[10]
Djie Ting Loen merupakan letnan senior (oud luitenant)di
Kediri. Beliau menuntut ilmu di Europ. Lagere School di Kediri,
H.B.S.Surabaya, dan H.B.S. Semarang. Beliau merupakan tokoh yang
berjuang mendapatkan persamaan hak terhadap orang Tionghua. Menurut
Beliau, agar berhasil mewujudkannya, orang Tionghua perlu terjun ke
dalam dunia politik[11].
JOMBANG
Lie
Tjwan Khing merupakan letnan kehormatan (tituler) kelahiran Jombang dan
memperoleh pendidikan di sekolah Hokkian. Beliau berpesan sebagai
berikut:
“OrangTionghoa,” kata ia, “banjak jang
pinter, tapi sajang kebatinannja koerang dioetamaken. Batikan jang
bagoes asalnja dari kain poetih, begitoe djoega anggota Siahwee jang
baek poen asalnja haroes dari dasar jang bersih.”[12]
Ini berarti bahwa seseorang hendaknya mementingkan keseimbangan antara kepandaian dan kebaikan hati.
MOJOKERTO
Tan Oen Liang merupakan letnan Tionghua senior (oudluitenant) dan juga lid. Gemeenteraad Mojokerto. Beliau pernah menjabat sebagai bestuur Vereeniging Tonido dan H.C.T.N.H[13].
PROBOLINGGO
Tio
King Hie merupakan letnan Tionghua di Probolinggo yang pernah dua kali
mendapatkan penghargaan dari pemerintah kolonial. Jabatan yang pernah
Beliau pegang adalah Lid Regentschapsraad Probolinggo dan bestuur
T.H.H.K. beserta Ing An Hwee Yoe[14].
SITUBONDO
Kho Siauw Aanpernah menjadi letnan kehormatan (tituler) Situbondo dan juga Lid Regentschapraad.
Beliau merupakan seorang tokoh kelahiran Bondowoso, tempat Beliau
bekerja sebagai voorzitter Lie Loen Hwee. Ex beschermheer T.H.H.T selama
27 tahun. Selain itu, Beliau pernah pula menjadi anggota kehormatan (Eere lid) Kuo Min Tang serta pengawas (bestuur) di T.H. Seng Soe Kiok[15].
DAFTAR PUSTAKA
Hadisutjipto, Drs. S.Z. Sekitar Duaratus Tahun Sejarah Jakarta 1750-1945, Dinas Museum dan Pemugaran Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2001.
Hong Boen, Tan (Leider). Orang-orang Tionghoa Jang Terkemoeka di Java (Who’s Who), The Biographical Publishing Centre, Solo, Java, 1935.
Tjandrasasmita,Uka. Sejarah Jakarta: Dari Zaman Prasejarah Sampai Batavia Tahun ± 1750, Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Museum dan Pemugaran, 2001.
[1]Lihat Sejarah Jakarta: DariZaman Prasejarah Sampai Batavia Tahun ± 1750, halaman183.
[2]Lihat Sekitar Dua Ratus Tahun Sejarah Jakarta 1750-1945, halaman 37.
[3]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman58.
[4]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman83.
[5]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman92.
[6]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman74.
[7] Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman 9.
[8]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman64.
[9]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman14.
[10]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman85-86.
[11]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman86.
[12]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman80.
[13]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman32.
[14]Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemuka di Java (Who’s Who), halaman39.
[15] Lihat Orang-orang Tionghoa Jang Terkemoeka di Java (Who’s Who), halaman42.