Jumat, 31 Desember 2010

Kunjungan ke Kraton Pamekasan



Kunjungan ke Kraton Pamekasan
(Ivan Taniputera, 1 Januari 2011)


Pamekasan yang kini merupakan salah satu kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur, dahulunya pernah memperoleh kedudukan setingkat kerajaan dan daerah swapraja. Kendati demikian, kedudukan ini kemudian dihapuskan oleh pemerintah kolonial menjelang akhir abad ke-19. Berikut ini adalah foto-foto hasil kunjungan ke kraton Pamekasan yang kin menjadi kantor bupati Pamekasan.



Minggu, 26 Desember 2010

Silsilah Kerajaan Berau, Gunung Tabur, dan Sambaliung

SILSILAH KERAJAAN BERAU, GUNUNG TABUR, DAN SAMBALIUNG

Ivan Taniputera (27 Desember 2010)

Kerajaan Berau yang merupakan salah satu kerajaan terpenting di Kalimantan Timur belakangan terpecah menjadi Gunung Tabur dan Sambaliung. Mencari silsilah kerajaan-kerajaan ini sungguh sulit. Tetapi penulis beruntung menemukannya dari buku "Kerajaan2 Indonesia" karya Prof. Hans Haegerdal dari University of Vaxjo, Swedia. Buku tersebut merupakan informasi berharga mengenai silsilah kerajaan2 di Kepulauan Nusantara.


Jumat, 24 Desember 2010

SEMINAR TENTANG DAODEJING DI TITD SINAR SAMUDERA SEMARANG

SEMINAR TENTANG DAODEJING DI TITD SINAR SAMUDERA SEMARANG

Pada tanggal 22 Desember 2010 saya  mengikuti seminar tentang Dao De Jing. Adapun yang membawakannya adalah Bapak Ardian Cangianto dan Bapak Huang Dung Da.  Menurut kitab tersebut, ada tiga unsur penting dalam membentuk kepribadian seseorang (secara indvidu) dan masyarakat (secara sosial), yakni Dao, De, dan Ren. Istilah "Dao" sendiri adalan sesuatu yang kompleks jadi tidak saya terjemahkan di sini. "De" sendiri salah satu terjemahannya adalah "kebajikan." Sedangkan "Ren" sendiri adalah "peri kemanusiaan." Tentu saja itu hanya salah satu alternatif terjemahan, karena kata-kata dalam bahasa Mandarin adalah multi arti.
Baik kita kembali ke pokok pembahasan. Sebenarnya tiga hal itu adalah tiga proses perkembangan dalam masyarakat menurut konsep Dao. Kalau kita masuk dalam fase "Dao" maka tiap orang akan sadar sendiri peran dan tugasnya di tengah masyarakat. Ini adalah kondisi masyarakat ideal. Jika ini gagal kita perlu ada "De," yakni "kebajikan" yang dituangkan dalam serangkaian peraturan dan undang-undang (skala makro atau mikro). Artinya ya mau tidak mau ada "reward" dan "punishment." Jika ini gagal barulah kita terapkan "ren," dalam artian ada pengampunan dan lain sebagainya. Tentu harus dianalisa mengapa "De" sampai gagal? Apakah peraturan tidak sesuai dan lain sebagainya.
Dengan kata lain kita boleh membalik prosesnya. Ada "ren" maka ada "de", lalu ada "Dao." Kalau "De" sudah merasuk dalam jiwa, maka ada "Dao."
Orang akan menjalan sistim tanpa perlu takut "punishment" dan bukan karena ingin "reward." Orang menjalankan sistim karena mereka sadar bahwa memang sistim itu baik dan bermanfaat adanya.







Seminar ini juga dimeriahkan penampilan para Bapak dan Ibu penekun budaya Jawa, ternyata terdapat kedekatan antara Daoisme dan ajaran Kejawen. Seminar boleh dikatakan sangat menarik (Ivan Taniputera)