Sabtu, 30 Juli 2011

Mengenal Sum Kim Liung, Pejuang dari Kalimantan Barat

Mengenal Sung Kim Liung, Pejuang dari Kalimantan Barat

Ivan Taniputera, 30 Juli 2011




Jarang orang mengenal Sung Kim Liung, padahal nama Beliau tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tidak sedikit tanda jasa yang Beliau peroleh dari pemerintah Republik Indonesia, yakni:


1.Surat Tanda Djasa Pahlawan, tanggal 17 Agustus 1952 oleh Presiden Soekarno.

2.Satyalantjana Bhakti, tanggal 10 November 1958 dari Menteri Pertahanan Djuanda.

3.Satyalantjana Gerakan Operasi Militer III, tanggal 29 Januari 1959, juga dari Menteri Pertahanan Djuanda.


Sung Kim Liung, yang akrab dipanggil Pak Djung dilahirkan pada tahun 1923 di Teluk Pakkedai. Pada masa mudanya Beliau pernah mengikuti latihan kemiliteran Jepang, yakni sebagai Seinendan. Hasil pelatihan inilah yang menjadi bekal Beliau dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kurang lebih pada masa awal kemerdekaan, Belanda dengan NICA-nya yang membonceng sekutu, mulai berupaya menegakkan lagi kekuasaannya dan menghancurkan para pejuang. Pimpinan organisasi GERAM (Gerakan Rakyat Merdeka) di Landak, Kalimantan Barat, dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Perjuangan saat itu menjadi tidak kondusif lagi. Oleh karena itu, para pucuk pimpinan GERAM, seperti Gusti Muhammad Saleh Aliuddin dan Achmad Djajadi memutuskan bahwa perjuangan di kawasan tersebut sudah tidak kondusif lagi.


Andil Sung Kim Liung mulai dirasakan ketika Beliau menghubungkan Gusti Muhammad Saleh dan Achmad Djajadi dengan etnis Tionghua yang mendukung perjuangan, yakni Bong Lion The dan Liem Sun Pho. Pada bulan Juli 1947, Sung Kim Liung bergabung dengan GERAM dan ditugaskan sebagai mata-mata. Dengan mempertaruhkan nyawanya Pak Djung menyusup ke daerah musuh guna mengamati kekuatan pasukan Belanda. Beliau bahkan ikut dalam revolusi fisik. Desakan pasukan NICA memaksa Pak Djung beserta anggota GERAM lainnya mengungsi ke hutan. Hingga tahun 1949, Beliau masih berjuang bersama GERAM. Selepas revolusi fisik, Pak Djung mendaftarkan diri sebagai anggota Brimob, tetapi karena alasan kesehatan Beliau akhirnya melanjutkan sekolah ke bidang ahli gigi di Jakarta. Pak Djung juga menjadi anggota veteran angkatan 45. Beliau turut pula aktif menumpas pemberontakan G30 S PKI.


Sumber: Sung Kim Liung: Berbhakti dan Mengabdi untuk Tanah Air, karya Syafaruddin Usman dan Isnawita Din, Pustaka PeDAs dan Insyaf Institute, Pontianak, 2008.

Jumat, 29 Juli 2011

Sejarah Kerajaan Tallo 7

Sejarah Kerajaan Tallo 6

Sejarah Kerajaan Tallo 5

Sejarah Tallo 5

Sejarah Kerajaan Tallo 4


Sejarah Kerajaan Tallo 3

Sejarah Kerajaa Tallo 2

Sejarah Kerajaan Tallo 1

Sejarah Kerajaan Tallo (1)

Berikut ini adalah sejarah Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan yang diperoleh dari naskah Lontarak Patturio Patturioloangari Tutalloka.



Daftar Swapraja-swapraja Yang Ada di Awal Kemerdekaan

Daftar Swapraja-swapraja yang ada di awal kemerdekaan

SUMATERA

1.Deli dengan kontrak panjang 17 September 1938.
2.Serdang dengan kontrak panjang 17 September 1938.
3.Langkat dengan kontrak panjang 17 September 1938.
4.Asahan dengan kontrap panjang 17 September 1938.
5.Kuala Ledong dengan kontrak panjang 17 September 1938.
6.Kotapinang dengan pernyataan pendek 25 Agustus 1907.
7.Panai dengan pernyataan pendek 9 Oktober 1907.
8.Bila dengan penyataan pendek 8 Juni 1916.
9.Indrapura dengan pernyataan pendek 25 Juli 1924.
10.Sukudua dengan pernyataan pendek 25 Juli 1924.
11.Tanahdatar dengan pernyataan pendek 15 Februari 1908.
12.Pasisir dengan pernyataan pendek 15 Februari 1908
13.Limapuluh dengan pernyataan pendek 15 Februari 1908.
14.Tanahjawa dengan pernyataan pendek 3 Januari 1922.
15.Siantar dengan pernyataan pendek 11 Oktober 1916.
16.Panai dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
17.Raya dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
18.Dolok Silau dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
19.Purba dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
20.Silimakuta dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
21.Lingga dengan pernyataan pendek 13 Maret 1936.
22.Barusjahe dengan pernyataan pendek 11 Oktober 1916.
23.Suka dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.
24.Sarinembah dengan pernyataan 21 Mei 1926.
25.Kutabuluh dengan pernyataan pendek 20 Desember 1907.

JAWA

1.Surakarta dengan kontrak panjang 27 Juni 1939.
2.Mangkunegaran dengan pernyataan pendek 27 November 1940.

Catatan: Yogyakarta dan Pakualaman telah lebih dahulu menjadi Daerah Istimewa.

KALIMANTAN

1.Kotawaringin dengan pernyataan pendek 25 Maret 1914.
2.Sambas dengan pernyataan pendek 30 April 1923.
3.Mempawah dengan kontrak panjang 15 Januari dan 9 Mei 1912.
4.Pontianak dengan kontrak panjang 22 November 1938.
5.Kubu dengan pernyataan pendek 7 Februari 1922.
6.Landak dengan pernyataan pendek 4 November 1922.
7.Sanggau dengan pernyataan pendek 11 Juli 1921.
8.Tayan dengan pernyataan pendek 11 Agustus 1931.
9.Matan dengan pernyataan pendek 23 Maret 1922.
10.Sukadana dengan pernyataan pendek 15 Januari 1941.
11.Simpang dengan pernyataan pendek 15 Januari 1912.
12.Sintang dengan pernyataan pendek 26 Agustus 1913.
SULAWESI

1.Gowa dengan pernyataan pendek 31 Desember 1936.
2.Bone dengan pernyataan pendek 17 Maret 1931.
3.Wajo dengan pernyataan pendek 11 Juni 1931.
4.Soppeng dengan pernyataan pendek 19 Juli 1906.
5.Sidenreng dengan pernyataan pendek 2 Mei 1906.
6.Rappang dengan pernyataan pendek 10 Nopember 1911.
7.Malusetasi dengan pernyataan pendek 2 Agustus 1918.
8.Suppa dengan pernyataan pendek 10 Februari 1929.
9.Sawito dengan pernyataan pendek 16 Oktober 1923.
10.Batulapa dengan pernyataan pendek 19 Juli 1906.
11.Kasa dengan pernyataan pendek 19 Juli 1906.
12.Maiwa dengan pernyataan pendek 28 Agustus 1924.
13.Enrekang dengan pernyataan pendek 4 Juli 1918.
14.Maluwa dengan pernyataan pendek 14 Oktober 1919.
15.Buntubatu dengan pernyataan pendek 9 Januari 1924.
16.Alla dengan pernyataan pendek 16 Oktober 1915.
17.Baru dengan pernyataan pendek 27 Desember 1911.
18.Soppengriadja dengan pernyataan pendek 28 Januari 1923.
19.Tanette dengan pernyataan pendek 4 Desember 1913.
20.Majene dengan pernyataan pendek 26 Mei 1908.
21.Pembuang dengan pernyataan pendek 28 April 1908.
22.Cenrana dengan pernyataan pendek 8 Mei 1919.
23.Balangnipa dengan pernyataan pendek 2 Desember 1910.
24.Binuang dengan pernyataan pendek 24 Juli 1919.
25.Mamuju dengan pernyataan pendek 14 Juli 1910.
26.Tapalang dengan pernyataan pendek 31 Desember 1908.
27.Luwu dengan pernyataan pendek 19 Juli 1906.
28.Tanah Toraja dengan pernyataan pendek 19 Juli 1906.
29.Buton dengan pernyataan pendek 26 Agustus 1922.
30.Laiwui dengan pernyataan pendek 2 Agustus 1918.
31.Banawa dengan pernyataan pendek 30 Januari 1917.
32.Tawaeli dengan pernyataan pendek 4 Mei 1912.
33.Palu dengan pernyataan pendek 29 Oktober 1921.
34.Sigidolo dengan pernyataan pendek 15 November 1916.
35.Kulawi dengan pernyataan pendek 17 September 1921.
36.Parigi dengan pernyataan pendek 22 Agustus 1917.
37.Moutong dengan pernyataan pendek 22 Agustus 1917.
38.Tolitoli dengan pernyataan pendek 10 Juli 1920.
39.Tojo dengan pernyataan pendek 15 Juli 1916.
40.Poso dengan pernyataan pendek 26 April 1921.
41.Lorea dengan pernyataan pendek (pp) 22 Agustus 1917.
42.Unauna pp 22 Agsutus 1917.
43.Bungku pp 31 Januari 1925.
44.Mori pp 6 Juni 1909.
45.Banggai dengan pp 1 Juli 1908.
46.Buol dengan pp 17 Juli 1916.
47.Bintauna dengan pp 12 Februari 1913.
48.Bolaang Mongondow pp 12 Februari 1913.
49.Bolaanguki dengan pp 12 Februari 1913.
50.Kaidipan Besar pp 31 Juli 1913.
51.Kandahe Tahuna pp 24 Maret 1917.
52.Manganitu pp 2 Mei 1914.
53.Siau dengan pp 28 April 1922.
54.Tabukan pp 15 Janarui 1923.
55.Tagulandang pp 17 Juni 1923.
56.Talaud pp 28 Juli 1922.

MALUKU

1.Bacan, pp 6 Desember 1910
2.Ternate, pp. 10 Mei 1916
3.Tidore, pp. 16 September 1909.

NUSATENGGARA

1.Buleleng, pp 30 Juni 1938.
2.Jembrana, pp 30 Juni 1938.
3.Badung, pp 30 Juni 1938.
4.Tabanan, pp 30 Juni 1938.
5.Gianyar, pp 30 Juni 1938
6.Klungkung, pp 30 Juni 1938.
7.Bangli, pp 30 Juni 1938.
8.Karangasem, 30 juni 1938.
9.Bima dengan kontrak panjang (kp) 4 April 1939.
10.Dompu, kp 28 Agustus 1906.
11.Sumbawa, kp 4 April 1939.
12.Kanatang, pp 12 Mei 1916.
13.Lewa, pp 3 Mei 1918.
14.Tabundung, pp, 1 Februari 1919.
15.Melolo, pp 23 Desember 1913.
16.Larendi (Rendeh Mangili), pp 31 Mei 1919.
17.Waijelu, pp. 23 Desember 1913.
18.Masukarerea, pp 23 Desember 1913.
19.Laura, pp 23 Desember 1913.
20.Wajiwa, pp 23 Desember 1913.
21.Kodi, pp 3 Mei 1913.
22.Lauli, pp 25 April 1923.
23.Memboro, pp 28 September 1916.
24.Umbu Ratu Ngay, pp 28 September 1916.
25.Anakala, pp, 23 Desember 1913.
26.Wanokaka, pp 12 Mei 1916.
27.Lamboya, pp 23 Desember 1913.
28. Manggarai, pp 23 April 1930.
29.Ngada, pp 8 Mei 1921.
30.Riung, pp 13 Desember 1918.
31.Nogeh (yang benar Nage), 21 Oktober 1927.
32.Endeh, pp 10 Oktober 1917.
33.Lio, pp 21 Oktober 1927.
34.Sikka, pp 1 Mei 1923.
35.Larantuka, pp 25 Juni 1912.
36.Adonara, pp 27 Juli 1932.
37.Amarasi, pp 24 April 1917.
38.Kupang, pp 7 April 1919.
39.Fatuleo, pp 16 Juli 1923.
40.Ampoan (yang benar Amfoan), pp 20 Mei 1925.
41.Roti dengan pernyataan pendek dari beberapa swapraja yang menjadi satu swapraja Roti.
42.Sawu, pp 21 November 1918.
43.Amanuban, pp 24 Februari 1923.
44.Amanatun, pp 24 Februari 1923.
45.Molo, pp 10 Mei 1916.
46.Miamaffo, pp 26 Oktober 1922.
47.Bebuki (yang benar Biboki), pp 23 Oktober 1917.
48.Isama (salah yang benar Insana), pp 23 Oktober 1917.
49.Belu, pp 25 Maret 1927.
50.Alor, pp 14 Oktober 1919.
51.Barmusa (mungkin yang benar Barnusa atau Baranusa), pp 14 Februari 1919.
52.Pantar Matahari Naik, pp 7 April 1919.
53.Kui, pp 13 Maret 1923.
54.Kolana, pp 27 Agustus 1915.
55.Batulolong, pp. 27 Agustus 1915.
56.Pureman, pp 14 Oktober 1919.

TAMAT

Sumber: Swapradja: Sekarang dan dihari Kemudian karya Mr. Usep Ranawijaya, Penerbit Djambatan. Buku dari Yang Mulia Raja Don Yezriel Yohan Kusa Banunaek dari Kerajaan Amanatun. Selesai disalin ulang tanggal 29 Juli 2011.

Selasa, 26 Juli 2011

Karaeng Tinggi Mae (datu Suppa, 1905-1926)


Karaeng Tinggi Mae (TiggimaE), Datu Suppa 1905-1926. Ayah Andi Makkusau (datu Suppa, 1926-1938). Beliau merupakan tokoh yang gigih melawan Belanda karena tidak setuju dengan penempatan legiun pasukan penjajah di Parepare. Beliau merupakan sosok pemimpin yang disegani rakyatnya.Putera Beliau, Andi Makkusau menjadi korban kekejaman Westerling dengan ditenggelamkan hidup-hidup di laut karena dengan gigih menentang penjajahan. Demikianlah kekejaman dan kebiadaban penjajah. Semoga dapat menjadi teladan dan peringatan di masa mendatang.

Peta Tanah Hitu

Kamis, 21 Juli 2011

Daoshi, Filsuf Tiongkok, dan Sains Modern: Suatu Perbandingan

Daoshi, Filsuf Tiongkok, dan Sains Modern: Suatu Perbandingan
(Ivan Taniputera, 21 Juli 2011)

Sepanjang sejarahnya yang ribuan tahun, Tiongkok telah mengembangkan berbagai aliran filsafat dan pandangan, bahkan pada masa Dinasti Chou dikenal "zaman Seratus Aliran Filsafat." Salah satunya adalah Daoisme, yang menurut keyakinan didirikan ...oleh Laozi. Daoisme sendiri kemudian mengalami perkembangan dan timbul pula beberapa aliran. Salah satu aliran itu adalah Tianshidao yang didirikan oleh Zhang Daoling. Guru Sesepuh Tianshidao ini terkenal sanggup mengobati orang, sehingga para pengikut yang bergabung dengan Tianshidao semakin banyak. Lalu pada masa akhir Dinasti Han pecah pula pemberontakan Destar Kuning (Huangqin) yang dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang. Konon Zhang Yue salah seorang di antara mereka pandai pula mengobati orang dengan membagi-bagikan jimat. Zhang sendiri dahulunya juga belajar ilmu pengobatan, namun ia akhirnya beralih haluan pada politik dan berniat menggulingkan Dinasti Han (206 SM-221 M).

Sesepuh ilmu pengobatan di Tiongkok sebenarnya adalah Shennong, salah seorang kaisar legendaris, yang konon pernah mencoba seluruh tumbuh-tumbuhan guna mengetahui racun dan tidaknya tumbuhan tersebut. Dengan kata lain, Shennong telah menggunakan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan.

Kembali pada Daoisme, perkembangan selanjutnya melahirkan aliran-aliran Zhengyi dan Quanzhen. Salah satu obsesi para Daoshi adalah menciptakan ramuan panjang umur atau hidup abadi. Pada mulanya mereka berniat menggunakan obat-obatan yang diminum; inilah yang disebut waitan (alkimia luar). Kendati demikian, eksperimen mereka mengalami kegagalan, dan banyak kaisar-kaisar Tiongkok, yang mati keracunan. Sebagai catatan, salah satu bahan yang dipakai adalah air raksa. Selaku logam berat, cairan ini sungguh beracun. Belajar dari kegagalan itu, para daoshi, beralih pada pelatihan diri manusia sendiri, misalnya melalui yoga dan meditasi. Inilah yang dikenal sebagai neitan (alkimia dalam). Tokohnya adalah Wang Chongyang.

Dalam bidang kosmologi, semenjak lama para Daoshi melakukan pengamatan terhadap alam sekitar mereka. Tentu saja dengan memanfaatkan segenap kemampuan yang ada pada masa itu, sehingga melahirkan pandangan kosmologisnya sendiri. Kosmologi Daoisme, mengajarkan bahwa segala sesuatu berawal dari Wuji, yang melahirkan Daiji, dan seteruskan. Dari maha dwi kutub (liangyi), lahirlah yinyang. Kemudian muncul lima elemen (wuxing). Selanjutnya timbul pula 10 batang langit atau diangan (jia, yi, bing, ding, wu, ji, geng, xin, ren, dan gui) serta 12 cabang bumi atau dizi (zi, chou, yin, mao, chen, shi, wu, wei, shen, you, xu, dan hai); yang pada hakikatnya adalah wuxing dan yinyang. Dari perpaduan semuanya itu lahirlah segenap fenomena yang tak terhingga jumlahnya. Kita tidak akan membahas ini lebih lanjut; tetapi pandangan Tionghua mengenai nasib dilandasi oleh hal ini; sehingga lahir ilmu peramalan, seperti bazi, ziweidoushu, dll.

Meskipun demikian, bagi Daoisme kendati nasib dapat “dihitung” namun bukanlah sesuatu yang tak dapat berubah lagi. Jika hitungan nasibnya buruk, dilakukan berbagai “penyiasatan.” Inilah yang dikenal sebagai ritual ciswak atau qisha. Menurut teori Daois ritual ini adalah “menggeser” tiangan dan dizi yang buruk.

Lalu bagaimanakah sains modern? Pada intinya sains modern lahir karena manusia ingin mengubah dan mengatasi suatu permasalahan yang mendera hidupnya. Sama seperti para Daoshi mereka melakukan pengamatan terhadap alam, lalu selanjutnya mereka melakukan sistematika dan memanfaatkan data-datanya demi mengatasi problematika umat manusia. Hasilnya adalah dilahirkan beberapa penemuan yang memperbaiki kualitas hidup manusia. Sebagai contoh, Alexander Fleming yang menemukan insulin guna mengobati penderita diabetes. Louis Pasteur yang menemukan pasteurisasi agar makanan dapat bertahan lebih lama. Dr. Christian Barnard yang menemukan proses cangkok jantung. Thomas Alva Edison yang menemukan bola lampu listrik. Masih banyak lagi rangkaian penemuan lainnya.

Menilik contoh-contoh di atas, nampak nyata ada kesamaan semangat antara para daoshi dan ilmuwan modern, walaupun memanifestasi pada hal yang berbeda; yakni “keinginan mengubah sesuatu ke arah lebih baik.” Mereka “tidak terima” dengan kondisi yang sudah ada dan merasa bahwa kehidupan manusia bisa lebih baik lagi. Mereka tidak hanya menyerah dan menerima nasibnya begitu saja. Jika Thomas Alva Edison hanya menyerah saja pada kondisi manusia pada zamannya, kita masih hidup dalam kegelapan malam hari dengan diterangi lampu minyak atau sebatang lilin. Inilah pararelisme yang nyata antara daoshi dan para filsuf Tiongkok dengan ilmuwan modern. Kedua, mereka sama-sama melakukan pengamatan terhadap alam dan memanfaatkannya demi memperbaiki kualitas hidup manusia.

Selasa, 19 Juli 2011

Suasana Peringatan Perayaan Guanyin Busa di TITD Tek Hay Bio

Perayaan ini dilangsungkan pada tanggal 19 Juli 2011 di TITD Tek Hay Bio, Semarang. Acara dibuka dengan kegiatan liamkeng oleh Nikow Asiu dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah.







Sabtu, 09 Juli 2011

Konstelasi Perbintangan Tiongkok Kuno (Ancient Chinese Star Constellations)


Sumber (Source): The Power of Stars: How Celestial Observations Have Shaped Civilization by Bryan E. Penprase, Springer, 2011.

Nampak pada gambar di atas 28 konstelasi bintang Tiongkok kuno yang membentuk empat konstelasi "binatang suci": Naga Hijau, Harimau Putih, Kura-kura Hitam, dan Burung Feng Merah.

It shown in the picture above, 28 ancient Chinese constellations which build for "sacred animals" constellation: Azure Dragon, White Tiger, Black Tortoise, and Red Phoenix.

Kamis, 07 Juli 2011

Kuil Taishangguan-Salah satu Kuil Daois di Semarang

Kuil Taishangguan yang terletak di Kompleks Perumahan Tanah Mas merupakan salah satu kuil Daois di Semarang. Pujaan utamanya adalah Mahadewa Taishanglaojun (Laozi), yang merupakan pendiri Daoisme di abad ke-6 SM. Laozi dipercaya merupakan penulis kitab Daodejing.

Selasa, 05 Juli 2011

Gedung Lawang Sewu-Salah Satu Icon Wisata Kota Semarang

Gedung Lawang Sewu-Salah Satu Icon Wisata Kota Semarang

Ivan Taniputera 
5 Juli 2011


Lawang berarti "pintu," sedangkan sewu berarti "seribu" dalam bahasa Jawa. Jadi secara harafiah bangunan ini berarti "pintu seribu" dalam bahasa Indonesia. Sepintas memang bangunan yang menjadi icon wisata kota Semarang tampak mempunyai banyak pintu. Sebenarnya bangunan ini merupakan saksi sejarah perkeretapian di Pulau Jawa. Titik awal sejarah kereta api di Indonesia adalah tanggal 7 Junii 1864, ketika dilakukan peletakan rel pertama. Kemudian pada tahun 1867 rel kereta api pertama sepanjang 25 km selesai dibangun antara Semarang-Panggung. Pada mulanya kereta api ini dipergunakan mengangkut hasil bumi. Perkereta-apian di pulau Jawa yang dilayani oleh NISM (Netherlandsch-Indie Spoorweg Maatschappij (NIS= Jawatan Perkeretaapian Hindia Belanda) semakin maju, sehingga memerlukan kantor khusus.


Oleh karena itu, dibangunlah Lawang Sewu yang dirancang oleh arsitek P de Rieu. Meskipun demikian, rencana pembangunan terhambat hingga 1903. Akhirnya pemerintah Belanda menunjuk Prof. Jacob K. Klinkhamer, guru besar Technische Hogeschool Delft dan BJ Ouendag dibantu C G Citroen membangun Gedung Utama NIS dengan mengacu pada arsitektur gaya Belanda. Pembangunan ini diawali 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907.

Gedung Lawang Sewu juga menjadi saksi perjuangan bangsa, yakni dengan tewasnya beberapa anggota angkatan muda kereta api Indonesia melawan Kenpetai pada pertempuran Lima Hari antara 14-19 Oktober 1945.

Sayangnya, Gedung Lawang Sewu ini kemudian "ternoda" oleh reputasi buruknya yang konon banyak hantunya, sehingga dijadikan lokasi pengambilan sebuah acara bernuansa mistik di salah satu stasiun televisi. Selain itu, kondisinya yang rusak, kumuh, dan terlantar mendukung hal itu. Oleh karena itu, pemerintah bermaksud memanfaatkan gedung bersejarah tersebut demi meningkatkan perekonomian rakyat, sehingga dilakukanlah pemugaran terhadap Lawang Sewu.




Tampak gambar bagian dalam Gedung Lawang Sewu setelah dipugar.


ACARA PERESMIAN PURNA PUGAR GEDUNG A LAWANG SEWU OLEH YANG TERHORMAT IBU ANI YUDHOYONO


Setelah pemugaran yang mendatangkan bahan bangunan dari Belanda dan Jerman demi menjaga keasliannya, dilakukan peresmian purna pugar Lawang Sewu oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tanggal 5 Juli 2011, pukul 09.00 pagi. Penulis berkesempatan menghadiri acara bersejarah ini bersama rombongan beberapa raja dan sultan Nusantara.

3845

3846

Acara dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya secara khidmat.

3849

Setelah itu dilanjutkan dengan tarian penyambutan: Bedoyo Lingkungan Sekar Ing Rat.

3855

Sambutan Ibu Okke Hatta Rajasa yang memaparkan bahwa pada kesempatan ini juga akan dilangsungkan pameran kriya unggulan Nusantara, pameran kuliner dengan nasi goreng cassava (resepnya dari Bapak Presiden sendiri-yang disambut tepuk tangan), pagelaran kesenian, permainan anak-anak, lomba memasak, kerajinan membatik yang dilakukan oleh anak-anak YPAC Solo, dan talk show.

3856

Sambutan oleh Bapak Bibit Waluyo, selaku gubernur Jawa Tengah.

3860

Sambutan oleh Bapak Jero Wacik selaku menteri kebudayaan dan pariwisata (menbudpar), yang mengisahkan mengenai kunjungan Richard Geere ke Indonesia, serta sempat beraudiensi dengan Bapak Presiden RI. Beliau mengungkapkan pula bahwa saat dilantik sebagai menteri, Bapak Presiden RI mengamanatkan bahwa pariwisata sangat penting dalam mendapatkan devisa, sedangkan kebudayaan akan membangkitkan jati diri bangsa. Beliau menjelaskan pula mengenai UU Cagar Budaya 2010 serta kriteria cagar budaya. Menurut pasal 5 undang-undang tersebut: benda, bangunan, struktur dapat diusulkan sebagai benda, bangunan, atau struktur cagar budaya, syaratnya (1) berusia 50 tahun atau lebih, (2) mewakili masa gaya paling singkat 50 tahun, (3) mempunyai arti khusus bagi sejarah, iptek, agama, pendidikan, dan nilai penguatan budaya. Meskipun demikian, hal ini harus diusulkan terlebih dahulu oleh masyarakat. Setiap orang boleh memanfaatkan cagar budaya berdasarkan fungsi sosial, budaya, teknologi, agama, dan pariwisata.

3870

Ibu Ani Yudhoyono membuka sambutannya dengan mengutip prinsip Bung Karno, yakni Jasmerah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah). Lalu Beliau sedikit membahas sejarah Lawang Sewu. Diamanatkan pula agar para pemandu wisata di Lawang Sewu agar selalu menyambut tamu dengan senyuman. Beliau mengamanatkan pula pada Bapak Jero Wacik agar bila Richard Geere berkunjung kembali ke Indonesia dapat dibawa ke Lawang Sewu.

3872

3874

Sebagai menutup dilakukan penekanan tombol sirene dan penanda-tanganan prasasti.

Selaku warga Semarang, saya merasa sangat bangga, karena bertambah lagi satu icon wisata Semarang yang dapat membantu menggeliatkan perekonomian lokal.

Raja-raja Nusantara Saat Silatnas di Bandung tanggal 25-26 Juni 2011

Raja-raja Nusantara Saat Silatnas di Bandung tanggal 25-26 Juni 2011


Foto Bersama Yang Mulia Raja Andi Tjiembu dari Kerajaan Parigi di Sulawesi Tengah.


Foto Bersama Yang Mulia Raja Don Leopold Nisnoni dari Kerajaan Kupang di Nusa Tenggara Timur.


Bersama Yang Mulia Raja Louis Nope dari Kerajaan Amanuban di Nusa Tenggara Timur


Bersama kerabat Kesultanan Buton


Yang Mulia Raja Don Yezriel Yohan Kusa Banunaek dari Kerajaan Amanatun, Nusa Tenggara Timur.


Yang Mulia Raja Don Yezriel Yohan Kusa Banunaek dari Kerajaan Amanatun berjalan bersama Raja Louis Nope dari Kerajaan Amanuban.


Foto bersama Yang Mulia Raja Fatagar.


Foto bersama Yang Mulia Sultan Indera Rahimsyah dari Kesultanan Indrapura dan Yang Mulia Raja Theodorus Lorenzo Taolin dari Insana.


Foto bersama Yang Mulia Raja Robert Koroh dari Kerajaan Amarasi.


Foto bersama Yang Mulia Sultan Abdurrahman Thaha Syaifuddin dari Kesultanan Jambi.


Yang Mulia Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III dari Puri Alit Mahendradatta Tegeh Kori, Denpasar.


Foto bersama Yang Mulia Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Kesultanan Palembang.


Foto bersama Yang Mulia Pangeran Harry dari Kesultanan Kutai Kertanegara.


Dua orang raja dari Maluku.


Salah seorang raja dari Maluku.


Foto bersama Yang Mulia Rustuty Rumagesan dari Kerajaan Sekar di Provinsi Papua.


Gedung tempat berlangsungnya Silatnas Raja/ Sultan Nusantara 25-26 Juni 2011 di Bandung.


Parade para raja dan sultan Nusantara saat keluar dari Hotel Savoy Homan menuju ke Gedung Merdeka tempat berlangsungnya Silatnas Raja/ Sultan Nusantara 25-26 Juni 2011 di Bandung.