Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label History. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Oktober 2013

BUKU TENTANG SEJARAH IMIGRASI ORANG-ORANG CHINA KE KALIFORNIA, AMERIKA SERIKAT

BUKU TENTANG SEJARAH IMIGRASI ORANG-ORANG CHINA KE KALIFORNIA, AMERIKA SERIKAT

Ivan Taniputera
31 Oktober 2013



Judul: Chinese Immigration
Pengarang: Mary Roberts Coolidge, PH.D
Penerbit: Henry Hold and Company, New York, 1909
Jumlah halaman: 531
Bahasa: Inggris

Ini merupakan buku mengenai sejarah imigrasi orang-orang China ke Kalifornia, Amerika Serikat. Berikut ini adalah daftar isi buku tersebut:



Pada bagian Preface atau halaman vii dapat kita baca sebagai berikut:

"THIS study was begun during the excitement incident to the passage and enforcement of the Geary law in 1892 and 1893; continued as part of a course in Race Problems given at Stanford University; and completed with the assistance of the Carnegie Institution of Washington. the historical portion ends with the fire of April eighteenth, 1906, in which the Chinese quarter and most of the city libraries in San Fransisco were destroyed. It now appears that this date also marked the close of a natural historical period; for since that time important changes have been made both in the regulation and consular service, which may result in even more important modification ot policy..."


Bagian Pertama buku ini diberi judul Free Immigration atau Imigrasi Bebas (1848-1882). Pada halaman 3, yakni di bagian Introduction dapat kita baca sebagai berikut bagaimana pandangan yang dianut orang Barat terhadap China:

"For half a century the curious customs and behavior of the Chinese in this country have been a mystery, subject to many explanations, distorted by ignorance and colored by prejudice, and never fully understood. Half a century ago China was an unknown country, the Chinese a strange, weird, incredible people; but with the opening of Chinese ports to the establishment of international relations, and the publications of a mass of information acquired by missionaries and travelers, the "dummy" Chinaman of 1850 has gradually become human to the western imagination, and it is discovered to the world's astonishment that he behaves much as other men do."

Meskipun demikian masih terdapat prasangka-prasangka (prejudice) terhadap orang China di benak kebanyakan orang Barat.

Secara singkat dipaparkan pula mengenai kondisi kemasyarakatan orang China di tanah airnya (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari naskah aslinya yang berbahasa Inggris)-halaman 3:

"Di China, tidak dikenal adanya kasta seperti di India, dan tidak pula kelas-kelas feodal sebagaimana yang terdapat di Jepang, namun sebagai gantinya terdapat pembagian kelas berdasarkan pekerjaan yang tidak begitu bergantung pada kelahiran. Kelas-kelas dalam masyarakat memiliki urutan sebagai berikut: cendekiawan, petani, pekerja; namun seorang pekerja sekali pun berkat upaya kerasnya dan pengorbanan keluarganya dapat menjadi cendekiawan serta seorang pejabat tinggi. Holcombe mengatakan bahwa setiap anak lelaki di Kekaisaran China mungkin menjadi perdana menteri, sehingga China hanya berada di urutan kedua setelah Amerika Serikat dalam hal kesempatan bagi kaum miskin menduduki orang terkemuka."

Pada bab 1 bagian I yang berjudul "The Period of Favor," halaman 15 diuraikan mengenai emigrasi orang China (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari naskah aslinya yang berbahasa Inggris):

"Kendati dipandang sebagai ancaman oleh peradaban Barat dan menjadi sasaran aturan diskriminatif oleh Amerika Serikat, orang China bukanlah, dibandingkan dengan orang Eropa, bangsa yang gemar berpindah tempat kediaman. Penghuni kedua propinsi tenggara China-Kwang Tung dan Fuh Kien-telah, dan memang benar adanya-senantiasa lebih memiliki jiwa petualangan dan semangat memperbaiki kehidupan ekonominya ketimbang rekan sebangsanya, dimana semenjak masa-masa paling awal telah berpindah dalam jumlah kecil ke Cochin China, Kamboja, dan Siam, pulau-pulau di Kepulauan Hindia, Jawa, Filipina beserta Semenanjung Malaya, Formosa, dan Hainan....."

Berpindah ke luar China tidak dipandang sebagai sesuatu yang baik oleh orang-orang China berpandangan kolot (konservatif). Pada halaman 16 dapat kita baca:

"Para emigran China dipandang oleh rekan-rekan sebangsanya yang berpandangan kolot sebagai orang-orang gegabah serta putus asa; dan kepergian mereka lama diabaikan oleh Pemerintah Kekaisaran baik karena para penjabat disibukkan oleh pemberontakan rakyat serta perlawanan terhadap kekuatan asing atau, karena hal itu relatif tidak penting..."

Salah satu penyebab migrasi orang-orang China ke Amerika adalah penemuan emas, sebagaimana yang dicantumkan pada halaman 17 (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari naskah aslinya yang berbahasa Inggris):

"Berita penemuan emas di Lembah Sacramento pada bulan Januari 1848 mencapai Hongkong saat musim semi dan menciptakan ketertarikan besar di sana dan begitu pula halnya dengan kota-kota pelabuhan di Samudera Atlantik."

Pada tahun-tahun pertama, orang China disambut dengan baik di Amerika Serikat, sebagaimana kita saksikan pada kutipan di halaman 21 berikut ini (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari naskah aslinya yang berbahasa Inggris):

"Pada tahun-tahun awal, orang China disambut dengan baik, dipuji, dan dipandang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan; karena pada masa itu kebencian rasial masih kalah oleh kepentingan dalam bidang industri..."

Namun seiring dengan berjalannya waktu timbu kebencian terhadap orang-orang asing. Pada bab II bagian pertama berjudul "California for Americans" atau "Kalifornia [Hanya] Orang Amerika" di  halaman 26 dapat kita baca sebagai berikut (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari naskah aslinya yang berbahasa Inggris):

"Pada musim semi tahun 1849, mengalirlah  orang-orang berjiwa petualang guna mencari tambang-tambang emas di Kalifornia; dari bagian tengah dan barat daya melewati Dataran Besar Amerika; dari Honolulu, Sydney, dan Hongkong; dari New York, New Orleans, dan Amerika Selatan melalui Dataran Sempit Panama. Saat berada di Panama, orang Amerika merasa jijik menyaksikan banyak orang asing telah menyeberanginya serta siap "mencuri emas" Amerika Serikat."

Inilah yang kemudian memicu timbulnya kebencian terhadap orang asing.

Buku berumur seratus tahun lebih ini sangat bermanfaat bagi yang ingin mengetahui mengenai sejarah migrasi orang-orang Tionghoa, khususnya ke Amerika Serikat.

Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com

Rabu, 31 Oktober 2012

Sejarah Kerusuhan Rasial di Surakarta dan Semarang


SEJARAH KERUSUHAN RASIAL DI SURAKARTA DAN SEMARANG TAHUN 1980

Ivan Taniputera
31 Oktober 2012
Saya mendapatkan buku menarik berjudul "Huru Hara Solo Semarang: Suatu Reportase" yang disusun oleh Bambang Siswoyo, diterbitkan oleh PT Bhakti Pertiwi, cetakan pertama, Maret 1981.



Waktu peristiwa ini terjadi, saya masih duduk di bangku TK dan belum mengetahui duduk perkaranya. Saya ketika itu, dijemput pulang lebih awal oleh ayah saya dan hanya diberi tahu bahwa ada "rame-rame" (keributan atau kerusuhan). Tetapi kerusuhan apa pastinya, saya waktu itu tidak bertanya lebih lanjut. Kemudian seingat saya, sekolah libur selama beberapa hari dan dari televisi saya pertama kali mendengar mengenai apa yang disebut "jam malam." Lalu orang tua saya dan para tetangga menulisi pintu dan pagar dengan tulisan "Pribumi" atau "ABRI." Saat itu, saya juga belum tahu apa maksudnya.

Dari kejauhan saya melihat asap membumbung tinggi, yang katanya kawasan Perbalan sudah dibakar. Kendati demikian, saya juga belum tahu mengapa alasan pembakaran itu. Lalu peristiwa lain yang saya masih ingat adalah mobil pemadam kebakaran milik kompleks perumahan dijadikan penghalang di ujung gang agar perusuh tidak masuk.  Setelah beberapa hari kemudian, saya masuk sekolah lagi dan melihat kaca jendela pecah-pecah.

Kini 31 tahun kemudian, setelah membaca buku ini saya baru mulai mendapat kejelasan mengenai duduk perkaranya. Baiklah mari kita simak bersama buku ini. Pada halaman 9 terdapat sub-judul "Barang Kriwikan Dadi Grojogan." Kriwikan adalah tetesan air, sedangkan grojogan adalah air terjun. Jadi secara harafiah, artinya adalah "tetesan air menjadi air terjun." Makna peribahasa Jawa ini adalah sesuatu yang sepele akhirnya menjadi perkara besar.

Kerusuhan diawali ketika pada tanggal 19 November 1980 seorang pemuda Tionghoa bernama Ompong alias Kicak terserempet para pengendara sepeda yang merupakan siswa SGO (Sekolah Guru Olah Raga). Ribut mulut terjadi dan Kicak memukul salah seorang siswa SGO itu dengan batu hingga berdarah. Sesudah itu Kicak melarikan diri ke dalam toko Orlane yang juga dimiliki oleh orang Tionghoa dan melarikan diri lewat pintu belakang. Ia lantas menghilang di kompleks SMPN XIII, jalan Urip Sumoharjo, Surakarta.

Siswa SGO yang terluka itu bernama Pipit Supriyadi lalu kembali ke sekolah mereka. Kebetulan jaraknya hanya 200 meter dari tempat kejadian. Pipit yang kebetulan ketua OSIS SGO menghimpun teman-temannya guna mendatangi toko Orlane dan meminta agar mereka menyerahkan Kicak, namun gagal. Lima puluh orang siswa yang berasal dari kelas I dan II itu juga gagal menemui Kicak di rumahnya di Stabelan.

Hingga Kamis pagi, tuntutan para pelajar itu belum dipenuhi, sehingga 100 pelajar SGO yang berasal dari kelas I, II, dan III kembali mendatangi toko Orlane. Karena gagal mendapatkan yang mereka harapkan, mulailah mereka melempari sejumlah toko dan rumah di jalan Urip Sumoharjo. Tujuh toko mengalami kerusakan ringan dan sebuah mobil yang diparkir depan Konimex dipecah kacanya.

Pasukan keamanan segera bertindak. Pipit dibawa ke KODIM 0735 Sala guna menanda-tangani perjanjian tertulis disaksikan ibunya serta kepala SGO Negeri Solo, bahwa ia tak akan mengulangi merusak toko (halaman 10). Tetapi ia juga meminta agar pihak keamanan menangkap orang yang melukai kepalanya. Kamis malam tanggal 20 November 1980 memang tidak terjadi pengrusakan, namun masa mulai berkumpul untuk menyaksikan sisa-sisa kerusuhan.

Hari Jumat tanggal 21 November 1980, kondisinya tenang. Dikabarkan bahwa petugas keamanan malam itu berhasil mencegah serombongan orang dari luar kota yang ingin masuk ke Surakarta. Hal itu terjadi karena adanya isu bahwa Pipit tewas karena luka-lukanya. Konon, sepulangnya Pipit dari kantor Kodim pada hari sebelumnya, ia diikuti tiga orang tak dikenal yang ternyata merupakan mahasiwa Universitas negeri Surakarta Sebelas Maret. Mereka mengajak Pipit agar meneruskan masalah itu, sehingga pada tanggal 21 November diadakan rapat dengan mahasiswa da ketua OSIS di Solo. Pertemuan ketika itu terjadi di Jembatan Jurug, Solo (halaman 11):

"Kemudian pertemuan dipimpin oleh Endu Marsono atas ide dari Hari Mulyadi. Setelah pertemuan dimulai, pelaksanaan tehnik ditangani oleh Eddy Wibowo, mahasiswa Fakultas Sastra Budaya UNS jurusan Sastra Jawa, tingkat II. Pertemuan itu menghasilkan keputusan sebagai berikut:

1.Para pelajar menuju ke Coyudan dengan berjalan kaki pada jam 10.00 hari Sabtu tanggal 22 Nopember untuk mengadakan perusakan toko-toko Cina.
Tugas setelah itu, bubar.
2.Membuat pamplet-pamplet.
3.Semua pelajar tidak boleh mengejek, menghina semua petugas yang bisa menimbulkan kemarahan petugas." (halaman 11-12).

Akibatnya kerusuhan meledak pada hari Sabtu tanggal 22 November. Masa yang terdiri dari para pelajar berbondong-bondong melempari toko dan bangunan milik keturunan Tionghoa. Pada hari Minggu tanggal 23 November 1980 kerusuhan semakin meluas karena ditunggangi oleh para penjahat. Para penjahat ini adalah apa yang di Jawa Tengah kerap disebut "gali" (gang anak liar).

MENJALAR KE SEMARANG

Kerusuhan ini mulai merembet ke Semarang pada tanggal 25 November 1980 yang juga diawali oleh serombongan pelajar. Dengan cepat kerusuhan menyebar ke seluruh penjuru kota. Pihak Laksusda Jateng/ DIY segera memberlakukan jam malam. Dasar pemberlakuan jam malam adalah:

1.Peristiwa pengrusakan dan pembakaran bangunan beserta kendaraan telah menjalar ke Semarang, sehingga menimbulkan kerugian harta benda beserta ancaman terhadap ketenangan dan kesalamatan warga Semarang.
2.Oleh karenanya diberlakukan jam malam di Kodya Semarang dan sekitarnya termasuk Ungaran, mulai dari jam 20.00 hingga 05.00.

Pengumuman pemberlakuan jam malam ditanda-tangani atas nama Laksus Pangkopkamtib Jateng/ DIY, Kepala Staf Harian Brigjend TNI Sawarno. (halaman 16).

Sarana transportasi umum berupa bis kota dan bis antar kota sempat lumpuh selama dua hari, dan setelah keadaan mereka maka pada tanggal 30 November, jam malam diperpendek antara pukul 22.00 hingga 04.00. Sementara itu, sekolah-sekolah yang diliburkan semenjak 26 November, dibuka kembali pada tanggal 1 Desember. Jam malam akhirnya dihapus sama sekali pada tanggal 6 Desember 1980. Warga Semarang dapat bernafas lega walaupun desas desus masih bertebaran di mana-mana.

Sabtu, 08 September 2012

Republik Para Bajak Laut

Republik Para Bajak Laut

Ivan Taniputera
9 September 2012

Tahukah Anda bahwa pernah ada republik yang didirikan oleh para bajak laut? Republik itu adalah Republik Libertalia. Pendirinya adalah para pemuka bajak laut yang tersohor dari seluruh dunia, yakni David William, Edward England, La Buse, Avery, Captain Kidd, Tom Tew, Taylor, dll. Mereka memproklamasikan berdirinya Republik Libertalia di Madagaskar. Meskipun demikian, karena Inggris dan Perancis merasa terancam perdagagannya akibat kegiatan para bajak laut ini, mereka lalu mengirimkan pasukannya menghancurkan Republik Libertalia.

Sumber: Tasrif SH, S. Pasang Surut Keradjaan Merina: Sedjarah Sebuah Negara Jang Didirikan Oleh Perantau2 Indonesia di Madagaskar, Balai Buku Media, Jakarta, 1966, halaman 65.

Kerajaan Yu

Kerajaan Yu

Ivan Taniputera
8 September 2012

Baru nonton acara CCTV tentang Kerajaan Yu di Pegunungan Qinling. Kerajaan ini masih misterius dan belum jelas asal usulnya. Sewaktu Dinasti Zhou di bawah pimpinan Zhou Wenwang memusnahkan dinasti Shang, maka bangsa Yu juga turut membantunya. Setelah Shang dikalahkan, negeri-negeri yang membantu Wenwang lantas dianugerahi tanah dan gelar baru. Bangsa Yu diberi kawasan di sekitar pegunungan Qinling. Penggalian sejarah dewasa ini memperlihatkan berbagai peninggalan Kerajaan Yu, seperti bejana-bejana perunggu yang masih memperlihatkan pengaruh Shang. Kerajaan Yu ini lenyap secara misterius pada masa pertengahan Dinasti Zhou.