Sabtu, 03 Maret 2012

Festival Tabot di Bengkulu

Festival Tabot di Bengkulu

Ivan Taniputera

3 Maret 2012





Judul buku: Tabot: Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu

Penulis : Dr. Harapandi Dahri

Penerbit: Penerbit Citra, 2009

Jumlah halaman: 162

Festival Tabot merupakan salah satu kekayaan khazanah budaya Nusantara yang dimiliki oleh masyarakat Bengkulu. Perayaan yang diadakan 1-10 Muharram ini erat kaitannya dengan aliran Syiah. Inti upacara ini dimaksudkan mengumpulkan bagian-bagian jenazah Husain bin Ali bin Abi Thalib (halaman 71). Tidak ada catatan tertulis, kapan upacara ini mulai dilakukan di Bengkulu, namun ada yang mengatakan bahwa perayaan ini mulai ada semenjak pembangunan benteng Marlborough di Bengkulu (halaman 71). Upacara Tabot diawali pada tanggal 1 Muharram dengan pengambilan tanah di dua tempat yang dianggap keramat, yakni Tapak Padri dan Anggut. Penutupan perayaan ini berlangsung pada tanggal 10 Muharram dan disebut sebagai "tabot tebuang." (halaman 72). Tempat berakhirnya perayaan ini adalah Tempat Pemakaman Umum Karbala di Kawasan Padang Jati, Bengkulu. Alasan pemilihan lokasi ini adalah adanya keyakinan bahwa di sanalah tempat Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo) dimakamkan (halaman 72). Menurut buku ini, tradisi perayaan Tabot dibawa oleh para tukang yang ditugaskan membangun benteng Marlborough.

Hal menarik lain yang didapat dari buku ini adalah penuturan sejarah ringkas Bengkulu. Konon sejarah Bengkulu diawali oleh Ratu Agung, yang konon merupakan keturunan dewa dari Gunung Bungkuk (halaman 58). Ratu Agung memiliki enam orang putera yang berperang melawan Aceh. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, mereka kemudian mengundurkan diri ke Gunung Bungkuk. Karena Bengkulu tidak lagi memiliki pemimpin, maka datanglah empat dari Lebong guna mengambil alih kekuasaan di kawasan tersebut. Meskipun demikian, belakangan timbul perselisihan di antara mereka, yang berhasil diredakan oleh utusan raja Minangkabau bernama Maha Raja Sakti. Raja Minangkabau kemudian mengangkat Maha Raja Sakti sebagai raja Bengkulu. Sebagai tambahan, buku ini juga memaparkan sekilas mengenai adat istiadat Bengkulu, termasuk yang berkaitan dengan upacara pernikahan.

Buku ini patut dimiliki oleh siapa saja yang ingin mengenal budaya Nusantara pada umumnya dan sejarah beserta budaya Bengkulu pada khususnya.