Kamis, 05 April 2012

The Lady: Film Tentang Aung San Suu Kyii

The Lady: Film Tentang Aung San Suu Kyii



Ivan Taniputera

5 April 2012








Saya baru nonton film ini, sangat menyentuh. Film ini mengisahkan perjuangan Aung San Suu Kyi dalam mengembangkan demokrasi di Myanmar. Di bagian pembukaannya digambarkan Suu Kyii yang masih kanak-kanak, dimana ia mendapatkan wejangan dari ayahnya, Jenderal (Bogyoke) Aung San mengenai masa lalu Birma (Myanmar) yang jaya hingga kedatangan pasukan dari negeri yang jauh (tentunya mengacu pada kolonialis Inggris). Kemudian digambarkan pembunuhan terhadap jenderal Aung San oleh lawan-lawan politiknya saat hendak memimpin rapat kabinet bayangan. Jenderal Aung San ini dianggap sebagai tokoh karismatis oleh rakyat Myanmar karena telah memperjuangkan kemerdekaan Myanmar dari Inggris.

Adegan selanjutnya mengisahkan mengenai suami Suu Kyiii yang merupakan orang Inggris, yakni Dr. Michael Aris, yang didiagnosa menderita kanker prostat, sewaktu Suu Kyii menjadi tahanan rumah di Myanmar. Kemudian ditampilkan saat Michael Aris dan Suu Kyii yang sama-sama menonton pemberitaan mengenai demonstrasi mahasiswa di Myanmar karena menghendaki demokrasi dan berakhirnya peran militer dalam kancah perpolitikan Burma. Rezim militer waktu itu menindas perjuangan para mahasiswa dengan brutal.

Suu Kyii menerima telpon dari Myanmar bahwa ibunya sakit keras dan ia kemudian kembali ke Myanmar. Kebetulan waktu itu, demonstrasi mahasiwa kembali marak dan Suu Kyii menyaksikan sendiri kebrutalan rezim militer yang menembaki para mahasiswa dengan membabi buta.

Demonstrasi itu dipicu oleh protes mahasiswa terhadap jenderal Ne Win, penguasa junta militer Burma waktu itu, yang memberlakukan uang pecahan kelipatan 9 atas saran seorang peramal. Konon jenderal tersebut merupakan orang yang sangat percaya pada ramalan dan numerologi. Pemberlakukan aturan baru dalam moneter itu malah merusak moneter Burma, sehingga mengakibatkan gelombang protes. Karena kekhawatiran terhadap kepulangan Suu Kyii, Jenderal Ne Win menghubungi seorang peramal. Menariknya bagi yang memahamai numerologi, di dnding ruang praktik peramal itu terdapat gambar diagram numerologi yang nampaknya berasal dari software Decoz, yakni software untuk numerologi (kebetulan saya juga meneliti numerologi). Sang peramal menganjurkan Ne Win agar mundur sebagai siasat. Jika Ne Win mundur dan menjanjikan pemilihan umum yang demokratis, maka Suu Kyii akan kembali ke Inggris.

Ternyata siasat ini justru memberikan efek sebeliknya. Kaum oposisi malah meminta Suu Kyii menjadi pemimpin mereka menegakkan demokrasi. Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun 1988. Akhirnya Suu Kyii malah menetap di Burma dan tidak jadi pulang ke Inggris guna menggalang persatuan rakyat Birma. Beliau lantas mengunjungi suku-suku di pegunungan. Adegan selanjutnya menggambarkan keindahan alam Birma beserta kekayaan budayanya. Jenderal Ne Win marah besar karena tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Peramal itupun dibunuh. Penekanan terhadap para pengikut Suu Kyii diberlakukan dan banyak di antara mereka dijebloskan dalam tahanan. Meskipun demikian, mereka tidak gentar terhadap moncong para prajurit antek rezim militer.

Suami Suu Kyii yang setia khawatir terhadap nasib isterinya dan ia berupaya agar Suu Kyii memperoleh hadiah Nobel perdamaian. Upaya ini berhasil dan ironisnya saat pidato oleh anaknya di ajang penyerahan hadiah Nobel, listrik di tempat tahanan rumah Suu Kyii dimatikan. Beruntunglah mereka dapat menemukan radio yang dihidupkan dengan baterai.

Selama menjalan tahanan rumah, Michale hanya beberapa kali saja terbang ke Birma guna menjumpai isterinya, karena pemerintah diktaktor militer mempersulit visa Michael. Hingga sekarat karena menderita kanker prostat, pemerintah junta militer tidak mengizinkan visa bagi Michael, kendati telah diajukan permohonan visa berkali-kali. Sesungguhnya Suu Kyii bisa saja ke Inggris guna menjumpai suaminya yang sedang sekarat, namun ia lebih memilih tinggal di Myanmar bersama rakyatnya. Ia lebih memilih bangsa dan negaranya. Akhirnya Michael meninggal tanpa sempat berjumpa dengan Suu Kyii pada tahun 1999.

Upaya membebaskan Suu Kyii dari tahanan rumah dilakukan melalui berbagai lobi internasional. Hingga akhirnya pada tahun 1990, NLD, partai yang dibentuk Suu Kyii memenangi 392 kursi atau 80 persen kursi di parlemen. Namun junta militer tidak bersedia meninggalkan tampuk kekuasaannya. Suu Kyii tetap dikenai tahanan rumah.



Dari film ini kita dapat menarik teladan bahwa perjuangan melawan kejahatan pada akhirnya akan menang. Ini merupakan film yang sangat layak kita tonton karena dapat memperkaya batin kita. Semoga Aung San Suu Kyii dapat membawa rakyat Myanmar menuju kehidupan lebih baik.