Kamis, 20 Desember 2012

Rotiisme (Agama Roti)






ROTIISME (AGAMA ROTI)

Ivan Taniputera

19 Desember 2012

Alkisah konon di zaman dahulu berdirilah agama Rotiisme (Agama Roti), yang praktik spiritualnya adalah membuat roti yang enak dan lezat. Pendirinya adalah Bapak Roti.  Beliau adalah seorang pakar pembuat roti yang luar biasa. Barangsiapa yang makan roti buatannya, bukan hanya merasakan kepuasan di lidah, melainkan juga kebahagiaan luar biasa dalam batinnya. Benar-benar roti yang luar biasa sepanjang zaman.

Beberapa tahun sepeninggal pendirinya, agama ini kemudian terpecah menjadi beberapa aliran. Aliran pertama (sebut saja Aliran A)  mengajarkan serangkaian aturan baku dalam membuat roti. Para penganutnya menghafalkan serangkaian proses dan metoda yang konon dapat membuat roti bercita rasa lezat seperti sang pendiri dulu. Bahkan mereka juga mengajarkan para penganutnya mengenakan seragam tukang roti-yang konon juga dikenakan oleh sang pendiri rotiisme, yakni baju merah, celemek putih, dan topi putih juru masak. Semua aturan telah ditetapkan dengan baku, mulai dari membeli bahan, menyiapkan adonan, dan lain sebagainya. Mereka kerap merasa sebagai pewarisan ajaran sejati Bapak Roti.

Aliran kedua (sebut saja Aliran B), mengajarkan bahwa mengenang pendiri Agama Roti dapat meningkatkan semangat dalam membuat roti yang enak. Oleh karenanya, sambil membuat roti, mereka memusatkan pikiran pada sang pendiri Agama Roti dengan menyebutkan atau mengulang namanya terus menerus, "Bapak Roti..Bapak Roti..." Tetapi mereka dalam membuat rotinya juga melakukan berbagai improvisasi demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Misalnya membuat roti-roti dengan rasa baru, walaupun bahan dasarnya tetap sama.

Aliran ketiga (sebut saja Aliran C), melakukan perkembangan lebih lanjut dengan menerbitkan banyak risalah mengenai filsafat pembuatan roti. Jadi sambil tetap membuat roti, mereka mencoba memaknai secara mendalam berbagai proses dalam membuat roti. Misalnya mengaduk tepung itu ibaratnya mengaduk pikiran atau kesadaran terdalam, agar memunculkan hakikat ketidak-bergerakan pikiran. Pokoknya mereka mencoba menemukan falsafah yang terasa rumit bagi orang awam demi menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan roti. Memang perguruan atau aliran ini banyak menciptakan buku-buku panduan pembuatan aneka ragam roti.

Aliran keempat (sebut saja Aliran D), membuat roti dengan mencoba merenungkan makna-makna terselubung dari pembuatan roti. Agak mirip dengan aliran C, tetapi ini diberi nuansa "rahasia." Oleh karenanya agar kunci-kunci makna tahapan pembuatan roti dapat lebih diresapi, aliran atau perguruan pembuat roti ini mengajarkan apa yang dinamakan "mantra-mantra rahasia." Tiap tahapan konon harus disertai oleh "mantra-mantra rahasia" agar dapat menyelami kedalaman proses pembuatan roti, yang sulit dipahami oleh pikiran konvensional. Begitulah yang diajarkan oleh perguruan D ini.

Aliran kelima (sebut saja aliran atau perguruan E), mengajarkan bahwa "membuat roti ya membuat roti." Tidak perlu pakai buku panduan, tidak perlu pakai buku manual. Alasan mereka membuat roti yang enak dan lezat adalah masalah penyatuan hati dan pikiran pada hakikat kelezatan cita rasa roti nan tak terkatakan. Jika demikian, untuk apa segenap buku resep pembuatan roti. Buku resep bukanlah roti, demikianlah argumen mereka.

Nah, kawan-kawanku yang bijaksana, manakah di antara mereka yang merupakan pewaris sejati dari Bapak Roti, apakah perguruan A, B, C, D, dan E? Dinantikan jawaban Anda. Terima kasih sebelumnya.

Jawaban saya adalah:

Pewaris sejati bukan dilihat dari aliran atau perguruan A, B, C, D, atau E; melainkan dari apakah mereka DAPAT MEMBUAT ROTI YANG ENAK SEPERTI PENDIRINYA DULU ATAU TIDAK. Meskipun dari aliran A, B, C, D, atau E, kalau roti yang mereka hasilkan tidak enak, maka mereka tetap saja bukan pewaris sejati dari Bapak Roti. Oleh karenanya, jangan melihat alirannya, melainkan lihatlah apakah roti yang dihasilkan sekualitas dengan Bapak Roti atau tidak. Semoga bermanfaat.

UNTUK NEGERIKU TERCINTA AGAR BEBAS PERTENTANGAN SEKTARIANISME.

http://www.facebook.com/notes/ivan-taniputera/rotiisme-agama-roti/10151369428126942