BUKU PELAJARAN JADUL BAHASA MELAYU UNTUK ORANG-ORANG TIONGHOA
Ivan Taniputera
10 Mei 2013
Judul : Thian Nan Pao Fah (天南寶筏): Beladjar Melajoe Dengen Lekas, jilid ka III
Penulis: Kwik Khing Djoen
Penerbit: Drukkerij "Samideo," Batavia, 1928.
Jumlah halaman: 64
Merupakan
buku pelajaran bahasa Melayu (kelak menjadi bahasa Indonesia) bagi
orang Tionghoa. Dalam kata pengantarnya dapat kita baca sebagai berikut:
PEMBATJA JANG TERHORMAT
Ini
boekoe sabenarnja soeda di terbitken djilid ka 2 lantaran orang-orang
jang pake boeat berladjar merasa ini boekoe ada begitoe baik atoerannja
mengadjar, hingga marika gampang djadi mengarti, maka marika ingin
sekali dapatken lagi hoeboengannja ini boekoe, boeat teroesken lagi
marika poenja perladjaran. Kita merasa piloe di hati, kaloe kita tida
penoeken marika poenja ka-inginan, maka kita perloeken terbitken lagi
ini boekoe THIAN NAN PAO FAH djilid ka-tiga. Demikianlah adanja.
KWIK KHING DJOEN.
Batavia 7 Juli 1928
Berdasarkan
kutipan dari kata pengantar di atas, kita dapat mengadakan perbandingan
antara bahasa Melayu Tionghoa dengan bahasa Indonesia modern. Apabila
kita mencoba mengalih bahasakan menjadi bahasa Indonesia modern akan
menjadi:
PEMBACA YANG TERHORMAT
Buku
ini sebenarnya sudah diterbitkan hingga jilid kedua-nya, karena
orang-orang yang menggunakannya untuk belajar, merasakan bahwa buku ini
sangat baik tata caranya dalam mengajar, sehingga mereka mudah
memahaminya. Maka, mereka ingin sekali mendapatkan sambungan buku ini,
guna melanjutkan pelajaran mereka. Kami merasa sedih, jika tidak
memenuhi keinginan mereka. Oleh karenanya, kita merasa perlu menerbutkan
buku THIAN NAN PAO FAH jilid ketiga ini. Demikianlah adanya.
KWIK KHING DJOEN
Batavia, 7 Juli 1928.
Meskipun
terdapat perbedaan-perbedaan, kita masih dapat dengan mudah memahami
bahasa Melayu Tionghoa. Dalam hal ini akhiran "ken" menjadi "kan" dalam
bahasa Indonesia modern.
Kemudian
pada halaman-halaman selanjutnya terdapat kosa-kosa kata berbahasa
Melayu dengan padanannya dalam huruf Tionghoa, diikuti oleh bacaan
berbahasa Melayu.
Sebagai contoh di halaman 5, pada PLADJARAN KA 42 terdapat beberapa kosa kata seperti:
Saswatoe 每一個
harta 財產
negri 國
sebab 因
dan lain sebagainya. Lalu diikuti oleh bacaan singkat
Dalam satoe negri, saswatoe orang bisa piara diri sendiri, maka negrinja itoe mendjadi berharta.
Orang
jang biasa piara dirinja ada sedikit, sabaliknja orang jang tida bisa
piara dirinja sendiri ada banjak, maka negrinja mendjadi miskin.
Pada halaman 27, terdapat nasihat yang bagus:
"Itoe betoel, kaoe kaloe ada wang lebih baek beliken boekoe-boekoe soepaja kaoe djadi tamba pinter."
Selanjutnya, pada halaman 50, disebutkan nama "Indonesia":
"Saja ada di lain negri, badan saja waras, papa dan mama boleh tida oesa pikirin. Saja sekarang ada berladjar bahasa Tionghoa dari Indonesian Correspondence School, plahan-plahan ada tambah madjoe."
Pada bagian kosa kata terdapat padanan dalam aksara Tionghoa bagi Indonesian Correspondence School:
Indonesian Correspondence School 南洋函授學社.
Oleh karenanya, kita dapat menyimpulkan bahwa kesusasteraan atau buku-buku berbahasa Melayu Tionghoa turut memopulerkan penggunaan nama Indonesia.
Pada halaman 27, terdapat nasihat yang bagus:
"Itoe betoel, kaoe kaloe ada wang lebih baek beliken boekoe-boekoe soepaja kaoe djadi tamba pinter."
Selanjutnya, pada halaman 50, disebutkan nama "Indonesia":
"Saja ada di lain negri, badan saja waras, papa dan mama boleh tida oesa pikirin. Saja sekarang ada berladjar bahasa Tionghoa dari Indonesian Correspondence School, plahan-plahan ada tambah madjoe."
Pada bagian kosa kata terdapat padanan dalam aksara Tionghoa bagi Indonesian Correspondence School:
Indonesian Correspondence School 南洋函授學社.
Oleh karenanya, kita dapat menyimpulkan bahwa kesusasteraan atau buku-buku berbahasa Melayu Tionghoa turut memopulerkan penggunaan nama Indonesia.
Buku ini layak dibaca oleh para peneliti dan peminat bahasa Melayu Tionghoa.
Berminat foto kopi silakan hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.