Senin, 13 Mei 2013

MENGUMPULKAN SEJARAH SEMARANG YANG TERCECER

MENGUMPULKAN SEJARAH SEMARANG YANG TERCECER

Ivan Taniputera
13 Mei 2013

Hari ini saya berkesempatan mengunjungi sebuah gapura yang dulu semasa saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar bercorak Tionghoa. Meskipun demikian, mungkin karena kebijakan pemerintah waktu itu, nuansa Tionghoanya lantas dihilangkan, sehingga hari ini tersisa seperti gambar di bawah ini.



Yang masih mencerminkan nuansa Tionghoa sebagaimana pernah dimilikinya dulu adalah ukir-ukiran sebagai berikut.



Menurut keterangan penduduk setempat, dahulunya pintu gerbang itu adalah jalan menuju pemakaman Tionghoa. Namun kini pemakaman itu sudah tidak dipergunakan lagi, namun masih tertinggal satu atau dua makam saja. Sementara itu, makam lain telah diratakan dan dibangun rumah. Makam Tionghoa kemudian dipindahkan ke kawasan Kedungmundu.

Di seberang gapura, kita masih menyaksikan berbagai rumah kuno, yang salah satunya adalah seperti gambar di bawah ini.



Nampak ukir-ukiran yang khas pada bagian atap.



Berikut ini adalah bagian samping rumah kuno itu.



Menurut sumber penduduk setempat, dahulu rumah-rumah di kawasan tersebut dimiliki oleh seorang kaya bernama Swie Bie. Demikianlah, Semarang masih menyimpan berbagai sejarah masa lalu yang terserak-serak.