Sabtu, 31 Juli 2021

MAKHLUK HALUS: PERI HUTAN DAN PANDEMI

MAKHLUK HALUS: PERI HUTAN DAN PANDEMI

.

Ivan Taniputera

31 Juli 2021

.


 

.

Artikel atau tulisan kali ini nampaknya merupakan sesuatu yang sulit dipercaya. Oleh karenanya, bila Anda kurang menyukai hal-hal yang tidak masuk akal, maka sebaiknya tidak perlu meneruskan membaca artikel ini. Tetapi bila Anda merupakan pribadi yang gemar meluaskan wawasan Anda, maka artikel ini barangkali cocok bagi Anda. Meski artikel ini terkesan tidak masuk akal, tetapi saya akan tetap menuliskannya juga demi menambah wawasan kita semua.  

.

Apa yang menjadi bahan penulisan artikel ini sebenarnya sudah pernah saya dengar semenjak bertahun-tahun lalu; yakni kurang lebih pada tahun 2003. Waktu itu saya berbincang-bincang dengan seorang tokoh spiritual sebuah vihara di Jawa Timur. Perbincangan tersebut sebenarnya santai saja. Saat itu sedang berjangkit wabah SARS di China. Terkait wabah tersebut, ia mengatakan bahwa penyebabnya adalah peri hutan yang marah karena hutan tempat tinggal mereka terbakar. Ia mengingatkan bahwa beberapa waktu lalu, yakni tidak lama sebelum berjangkitnya wabah SARS terjadi kebakaran hutan yang cukup besar di berbagai bagian negara kita. Saya waktu itu agak skeptis dan bertanya, "Jika benar penyebabnya adalah kebakaran hutan, mengapa berjangkitnya wabah tidak di lokasi yang dekat dengan kebakaran hutan?" Ia waktu itu hanya menjawab bahwa mungkin karena arah anginnya ke utara, dimana peri-peri hutan itu pergi searah dengan hembusan angin. Saya masih kurang percaya dan kurang puas dengan jawaban tersebut. Namun saya kini mencoba menyimpulkan bahwa barangkali memang karmanya adalah terkait dengan orang-orang di sebelah utara kawasan hutan terbakar. Hanya saja karmanya dalam bentuk apa kita belum mengetahuinya. 

.

Bertahun-tahun kemudian saya masih merasa kurang percaya dengan hal tersebut. Saya berpikir bahwa mungkin sekali itu hanya kebetulan saja. Sampai beberapa waktu lalu, saya teringat kembali dengan kebakaran hutan besar di Australia dan juga Amerika Serikat. Mungkin saja masih terdapat kebakaran hutan lain yang tidak saya ketahui. Semua kebakaran hutan itu terjadi tidak lama sebelum merebaknya pandemi di seluruh dunia pada tahun 2020-an. Apakah semua itu hanya kebetulan? Mungkin saja. Tetapi mau tidak mau saya mulai mempertimbangkan bahwa apa yang disampaikan tokoh spiritual tersebut mungkin memang benar adanya. 

.

Para peri hutan itu marah karena tempat tinggal mereka dibakar oleh manusia, baik disengaja mau pun tidak disengaja. Manusia dengan serampangan merusak hutan. Jika ada orang yang tempat tinggalnya dibakar atau dirusak, tentu ia akan marah bukan? Perusakan hutan itu telah menjadi makin marak dewasa ini, sehingga mengakibatkan perubahan iklim. Manusia dengan keserakahannya merusak lingkungan. Itulah sebabnya, tidak mengherankan bila muncul banyak wabah penyakit yang aneh-aneh. 

.

Bagi yang menganggap semua ini hanya kebetulan saja, juga tidak masalah. Semua orang bebas berpendapat. Marilah kita saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing.

.

Terlepas dari hal ini benar atau tidak, peri hutan benar ada atau tidak, kita hendaknya mulai menjaga lingkungan kita. Kita harus berani menyuarakan ajakan pelestarian lingkungan. Artikel ini boleh dianggap sebagai salah satu ajakan pelestarian lingkungan. Bila peri hutan itu benar-benar ada, maka kita telah membantu mereka melestarikan lingkungan tempat tinggal mereka. Kita telah berbuat kebajikan, sehingga mereka tidak lagi membahayakan manusia. Namun bila peri hutan itu ternyata tidak ada, maka menjaga kelestarian lingkungan juga tetap merupakan sesuatu yang baik, bukan? Jadi entah peri hutan itu ada atau tidak, kita tetap perlu menjaga kelestarian lingkungan. 

.

Apabila kita mencoba menghubungkannya dengan ajaran Agama Buddha, maka para peri hutan itu sangat mungkin tergolong pada dewa-dewa yang disebut bhumatta. Bhumatta adalah golongan dewa atau makhluk halus yang menghuni pohon, gunung, sungai, dan lain sebagainya. Jadi, keberadaan peri hutan itu tidak bertentangan dengan Agama Buddha. 

.

Lalu apakah yang dapat kita lakukan? Jika kita perhatikan berbagai upaya kasat mata sudah dilakukan, misalnya menerapkan protokol kesehatan dan lain sebagainya. Kini apakah salahnya kita menerapkan upaya-upaya tidak kasat mata selain menjalankan upaya-upaya kasat mata? Sebelumnya, saya pernah menulis pelimpahan jasa bagi janin dan bayi yang telah diaborsi. Pada kesempatan kali ini, barangkali umat Buddha dapat membacakan Karaniya Metta Sutta dan melimpahkan jasa pahalanya bagi para peri hutan. Terlepas dari apakah peri hutan benar-benar atau tidak, melafalkan Ajaran Buddha adalah sesuatu yang baik. 

.

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, Anda boleh membagikannya pada sebanyak mungkin orang. Tetapi jika Anda tidak sependapat, Anda tidak perlu mentertawakannya. Jika ternyata, artikel ini benar maka berarti Anda telah mentertawakan sesuatu yang benar. Anda telah melakukan karma buruk bagi diri Anda sendiri. Apabila kemalangan akibat karma buruk itu sudah mendatangi hidup Anda, maka mungkin tawa Anda tadi akan berubah menjadi ratapan beserta tangisan yang berkepanjangan.  Itulah sebabnya, lebih baik kita saling menghormati dan menghargai pendapat masing-masing.

.

Bagi para penganut agama atau kepercayaan lain, maka dapat melakukan tata cara yang sesuai dengan agama atau kepercayaannya. Marilah kita sama-sama berdoa menurut agama atau kepercayaan masing-masing agar dunia ini segera terbebas dari pandemi. 

.

Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/ . . . . . . . . 

.
.
PERHATIAN: Sebagai tambahan, saya tidak memberikan analisa atau konsultasi gratis. Saya sering menerima email atau message yang meminta analisa gratis. Ini adalah sesuatu yang sia-sia dan juga sangat mengganggu saya. Jika ingin berkonsultasi atau saya analisa, maka itu berbayar. Oleh karenanya, jika Anda ingin analisa atau konsultasi gratis maka mohon agar tidak menghubungi saya. Demikian harap maklum.