Kamis, 31 Mei 2012

Perlukah Adanya Fengshui Baru: Sebuah Pemikiran

PERLUKAH ADANYA FENGSHUI BARU: SEBUAH PEMIKIRAN

Ivan Taniputera
1 Juni 2012

Tulisan ini dimaksudkan untuk menelaah apakah kita perlu melakukan penyesuaian arah berdasarkan unsurnya bagi lokasi-lokasi berbeda di muka bumi ini. Berdasarkan Fengshui klasik dengan negeri Tiongkok sebagai acuan, maka arah utara dianggap sebagai berunsur air (dilambangkan dengan Kura-Kura hitam), karena merupakan arah datangnya angin pembawa musim dingin. Sementara itu, selatan yang hangat dianggap berunsur api (dilambangkan dengan Funiks Merah). Sedangkan arah barat yang bergunung-gunung dianggap berunsur logam (dilambangkan dengan Macan Putih). Selanjutnya, arah timur yang terdapat samudera dianggap memiliki unsur kayu (dilambangkan dengan Naga Hijau), karena air merupakan elemen yang diperlukan agar kayu dapat tumbuh. Jadi di sini, faktor topografi memainkan peran penting dalam pengaitan antara arah dengan unsur atau elemen.

Sekarang pertanyaannya, apakah pembagian seperti ini masih relevan di tempat lainnya? Jikalau menerapkan pada prinsip di atas, maka di tempat lain tentunya juga perlu dilakukan semacam "kalibrasi." Marilah kita ambil Jakarta sebagai contoh. Di bagian utara justru terletak samudera, sehingga posisi Naga Hijau seharusnya berada di utara. Bagian selatan adalah gunung atau dataran tinggi, sehingga di sanalah seharusnya terletak posisi Macan Putih. Angin pembawa musim penghujan atau katakanlah musim dingin datang dari penjuru barat, sehingga di sanalah seharusnya letak Kura-kura Hitam atau unsur logam. Selanjutnya, angin pembawa musim kemarau datang dari timur, sehingga seharusnya di sanalah letak Funiks Merah.



Marilah kita uji secara logika, apakah ini masuk akal. Kita menyaksikan bahwa di daerah pantai kerap terjadi pemusnahan terhadap pohon bakau, akibatnya adalah sistim penyerapan air tanah menjadi rusak dan timbul banjir. Ini menandakan bahwa bila kayu (Naga Hijau) rusak, maka air akan membanjir masuk, karena kayu pada dasarnya adalah menyerap air. Demikianlah kira-kira logikanya. 

Meskipun demikian, apabila empat binatang di atas dikaitkan dengan konstelasi bintang, maka arahnya seharusnya tidak berubah. Oleh karenanya, kita perlu melakukan statistik apakah "kalibrasi" seperti ini diperlukan.