BETAPA RUMITNYA TATA BAHASA SANSEKERTA.
.
Ivan Taniputera.
10 November 2016.
.
Dahulu waktu pertama kali mempelajari bahasa Jerman, saya merasa bahwa tata bahasanya sangatlah rumit dan sulit. Sebagai contoh, kata benda dalam bahasa Jerman mempunyai tiga gender; yakni maskulin, feminim, dan netral. Tidak ada aturan atau rumus yang pasti dalam membedakannya, terkecuali sedikit aturan saja; misalnya semua kata benda yang berakhiran -ung pasti feminim. Jadi, kita harus menghafalkan seluruh kata benda tersebut lengkap dengan gender dan bentuk jamaknya. Bentuk jamak masing-masing kata juga berbeda-beda dan tidak ada aturan yang pasti. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris, dimana bentuk jamak sebagian besar hanya menambahkan s atau es saja. Sebagai contoh, das Haus (rumah) bentuk jamaknya akan menjadi die Häuser (rumah-rumah). Lalu das Auto (mobil) bentuk jamaknya akan menjadi die Autos (mobil-mobil). Die Kartoffel (kentang) bentuk jamaknya akan menjadi die Kartoffeln (kentang-kentang). Jadi bentuk jamak masing-masing kata benda sangat berbeda-beda. Namun itu saja belum cukup. Masih ada empat kasus tata bahasa, yakni Nominativ (sebagai subyek), Dativ (sebagai obyek penyerta), Akusativ (sebagai obyek penderita), dan Genitiv (sebagai penanda kepemilikan). Masing-masing kata benda itu akan berubah bentuk seturut dengan kasus tata bahasa atau fungsinya dalam kalimat. Sangat rumit bukan? Bahasa Inggris terasa jauh lebih mudah.
.
Ternyata bahasa Sansekerta jauh lebih rumit dibandingkan bahasa Jerman. Pertama-tama, dalam bahasa Sansekerta tidak hanya mengenal bentuk tunggal-jamak saja. Namun ada tiga, yakni: tunggal (ekavacana), ganda atau berdua (dvivacana), dan jamak (bahuvacana). Jadi jika bendanya hanya satu, kita menggunakan ekavacana. Jika ada dua kita gunakan dvicana. Apabila lebih dari dua baru kita gunakan bahuvacana. Sebagai contoh adalah kata benda untuk “manusia.” Jika ada satu orang saja, kita sebut purushah. Bila ada dua orang, kita sebut purushau. Sedangkan bila lebih dari dua, kita sebut purushah.
.
Bahkan dalam bahasa Sansekerta terdapat delapan kasus tata bahasa; tidak hanya empat seperti bahasa Jerman. Adapun kedelapan kasus itu adalah:
.
1.Nominativ (कर्ता kartā) :
Ini adalah kata benda sebagai subyek. Contoh. Kereta membawa banyak barang. Kereta di sini berkedudukan sebagai nominativ.
.
2.Dativ ( सम्प्रदान sampradāna) :
Ini adalah kata benda sebagai obyek penyerta. Contoh: Budi memberikan adiknya sebuah buku. “Adiknya” di sini berkedudukan sebagai dativ.
.
3.Akusativ (कर्म karma):
Ini adalah kata benda sebagai obyek penderita. Contoh: Ia memakan nasi. “Nasi” di sini berkedudukan sebagai akusativ
.
4.Genetiv (सम्बन्ध sambandha):
Ini adalah kata benda sebagai penanda kepemilikan. Contoh: Mainan anak itu baru. “Anak itu” berkedudukan sebagai pemilik bagi mainan atau genetiv.
.
5.Instrumentalis (करण karaṇa):
Ini adalah kata benda yang dipergunakan dalam suatu kegiatan. Contoh: Pekerja menggali tanah dengan alat berat. “Alat berat” di sini berkedudukan sebagai instrumentalis, karena dipergunakan dalam kegiatan penggalian tanah.
.
6.Vokativ (सम्बोधन sambodhana):
Ini adalah kata benda yang dipergunakan dalam panggilan atau seruan. Contoh: Hai, bapak-bapak! “Bapak-bapak di sini berkedudukan sebagai vokativ.
.
7.Ablativ (अपादान apādāna):
Ini adalah kata benda yang menyatakan asal mula keluarnya sesuatu. Contoh: Air keluar dari pancuran. “Pancuran” di sini berkedudukan sebagai ablativ.
.
8.Lokativ (अधिकरण adhikaraṇa) :
Ini adalah kata benda yang menyatakan letak sesuatu. Contoh: Gelas terletak di meja. “Meja” di sini berkedudukan sebagai lokativ.
.
Dengan demikian, kita sudah mengenal delapan kasus tata bahasa Sansekerta. Masing-masing kata benda juga berubah seturut delapan kasus tata bahasa tersebut. Marilah kita ambil kata “bumi” sebagai contoh. Berikut ini adalah perubahan kata bendanya bagi setiap kasus.
.
- Nominativ: bhū́s
- Dativ: bhúvam
- Akusativ: bhuvé
- Genitiv: bhuvás
- Instrumentalis: bhuvā́
- Vokativ: bhū́s
- Ablativ: bhuvás
- Lokativ: bhuví
.
Dalam bahasa Indonesia, masing-masing kata benda tidak mengalami perubahan bentuk. Namun dalam bahasa Sansekerta terdapat delapan perubahan bentuk berdasarkan kasus tata bahasa atau fungsinya dalam kalimat.
.
Tetapi yang lebih rumit, sama dengan bahasa Jerman, bahasa Sansekerta juga mengenal tiga jenis gender; yakni maskulin, feminim, dan netral. Ketiganya juga mempunyai perubahannya sendiri berdasarkan kedelapan kasus tata bahasa di atas. Dengan demikian, secara keseluruhan terdapat 3 x 8 = 24 bentuk perubahan kata benda. Dapat dibayangkan betapa rumitnya.
.
Sebagai contoh kata benda maskulin adalah rāma- (ayah). Kata benda yang feminim adalah dhenú (sapi). Kata benda yang netral contohnya adalah mádhu (madu).
.
Apa yang kita bahas itu baru kata benda saja. Kita belum membahas mengenai perubahan kata kerja, yang bervariasi berdasarkan gender subyeknya dan juga bentuk waktu (Inggris: tenses). Bahasa Sansekerta juga mengenal perubahan kata kerja tidak beraturan seperti bahasa Inggris dan Jerman.
.
Demikianlah sedikit perkenalan kita dengan bahasa Sansekerta. Cukup rumit bukan? Namun yang paham bahasa Inggris dan terutama Jerman akan lebih mudah mempelajari bahasa Sansekerta. Terdapat banyak kemiripan konsep. Hal itu disebabkan karena bahasa Inggris, Jerman, dan Sansekerta mempunyai nenek moyang yang sama. Apakah ada yang berminat belajar bahasa Sansekerta?