Selasa, 12 Juni 2012

HUMAR DAN ANEKDOT TIONGKOK

HUMOR DAN ANEKDOT  TIONGKOK

Ivan Taniputera
12 Juni 2012

Hingga saat ini masih jarang diadakan pembahasan mengenai humor atau anekdot Tiongkok. Humor atau anekdot sendiri sebenarnya adalah salah satu bagian sastra yang layak juga mendapatkan perhatian. Jadi kita tidak hanya sekedar mencari di manakah letak kelucuannya, karena apa yang dianggap lucu itu berbeda-beda bagi tiap bangsa dan bahkan individu. Berikut ini kita akan mengulas beberapa humor klasik Tiongkok.

A.DIBACA DARI KANAN KE KIRI

Seorang penjabat bernama Song Junqing diangkat sebagai gubernur Jiangsu semasa pemerintahan Tong Shi (1862-1874). Ia merupakan seseorang yang ingin agar dirinya dianggap terpelajar. Selain itu, ia merupakan seorang kaligrafer yang karyanya banyak dicari orang. Suatu ketika seorang duta besar yang telah selesai menjalankan tugasnya selama tiga tahun pulang ke kampung halamannya di Suzhou. Bekas duta besar ini nampaknya menjadi sangat kaya dan merenovasi rumahnya. Sebagai wujud penghormatan terhadap mantan duta besar tersebut, Song Junqing mengirimkan sebuah papan berukirkan empat aksara Mandarin buah karyanya, yang berbunyi Mei (cantik), Pi (dibandingkan), Dongshan (Gunung Timur, yakni perumpamaan bagi tempat pensiun sang mantan duta besar). Saat peresmian rumah barunya, sang mantan diplomat membacakan keras-keras empat aksara tersebut di hadapan Song, tetapi ia membacanya dari kanan ke kiri, sehingga menjadi "Shandong, Pi, Mei," dan bertanya, "Bagaimana mungkin Shandong, sebuah provinsi, dibandingkan dengan Amerika, yang merupakan sebuah benua?" Semua orang yang mendengarnya tertawa. (Humor dari zaman Qing oleh Li Bai Yuan).

Sumber: An Anthology of Chinese Humour, halaman 70-71).

Sumber "kejenakaan" humor di atas adalah aksara Mandarin yang dapat dibaca dari kanan ke kiri maupun kiri ke kanan, sehingga menghasilkan makna berbeda. Mei sendiri adalah sebutan bahasa Mandarin bagi Amerika (Meiguo). Alksara "mei" sendiri juga berarti "kecantikan." Dengan demikian, "kelucuan"  humor ini juga terletak pada makna suatu aksara Mandarin yang bisa bermacam-macam tergantung kalimatnya.

B.YUAN SHIKAI INGIN JADI KAISAR

Yuan Shikai merupakan seorang tokoh dalam sejarah Tiongkok yang dengan manipulasi liciknya berhasil  merembut kursi kepresiden  dari Sun Yat Sen. Ia juga merupakan tokoh yang menanda-tanangi 21 pasal perjanjian Tanaka yang merugikan Tiongkok. Pada tahun 1915, tersebar gosip bahwa Yuan ingin mengangkat dirinya menjadi kaisar Tiongkok. Zhang Qian, seorang industrialis dan kawan dekat Yuan sedang berada di Beijing. Ia lantas menanyakan kebenaran rumor tersebut pada Yuan. Meskipun demikian, Yuan berupaya keras menutupi hal tersebut dan menyatakan, "Jikalau bangsa Tionghua menghendaki restorasi sistim kekaisaran, maka yang paling berhak adalah Henry Puyi, kaisar terakhir dinasti Qing yang telah turun tahta, dan kini masih berada di Kota Terlarang. Garis silsilah berikutnya yang berhak naik tahta adalah keturunan-keturunan dinasti Ming, seperti Zhu Qigian, Menteri Dalam Negeri; Zhu Jiapao, pejabat dari Chili; atau Zhu Rui, jenderal komandan pasukan di Zhejiang. Mengapakah namaku disebutkan?'
Zhang Qian lalu berkata sambil tersenyum, "Kalau demikian halnya, maka Zhu Shuyun, aktor tampan, juga berhak dijadikan kaisar." Yuan Shikai merasa tersinggung dengan sindiran kasar kawan dekatnya itu.

(Sumber: An Anthology of Chinese Humour, halaman 71-72).

Pada anekdot di atas kita menyaksikan upaya Yuan Shikai yang berupaya menutup-nutupi niatnya menjadi kaisar. Nampaknya Yuan telah menyebutkan secara asal-asalan orang bermarga Zhu sebagai keturunan kaisar dinasti Ming, yang memang bermarga Zhu. Oleh karenanya, sebagai sindiran Zhang Qian lantas menyebutkan nama seorang aktor yang juga bermarga Zhu. Meskipun demikian, humor di atas dapat juga diartikan bahwa Zhang Qian menyindir mereka semua sebagai aktor.


C.GURU DAN MURID BERMIMPI

Suatu kali saat sedang mengajar seorang guru jatuh tertidur dan dibangunkan oleh siswanya. Guna menutupi rasa malunya, guru itu berkata, "Aku selalu berharap berjumpa dengan Konfusius, Sang Suciwan Agung. Beberapa saat yang lalu, aku berjumpa dengannya." Keesokan harinya, sewaktu pelajaran giliran muridnya yang jatuh tertidur. Sang guru yang menyaksikan hal itu membangunkan dan memarahinya, "Betapa beraninya engkau tidur saat pelajaran." Namun murid yang cerdik itu menjawab, "Aku juga baru saja berjumpa dengan Sang Suciwan." Guru bertanya, "Lalu apa yang dikatakan Beliau?" Murid menjawab, "Beliau berkata bahwa ia tidak berjumpa denganmu kemarin." (Humor zaman dinasti Ming oleh Feng Menglong)

(Sumber: An Anthology of Chinese Humour, halaman 18).

Letak kejenakaan anekdot ini adalah seorang guru yang berbohong. Seharusnya seorang guru hendaknya menjadi teladan bagi muridnya. Jikalau seorang guru berbohong, maka muridnya juga akan melakukan hal yang sama, bahkan kemungkinan dapat menjadi lebih piawai ketimbang gurunya. Oleh karenanya, anekdot di atas juga mengandung ajaran moralitas yang tinggi.

D.MEMBANGKITKAN ORANG MATI

Di negeri Lu, terdapat seorang tabib bernama Gongsun Chuo yang membual bahwa ia sanggup menghidupkan orang mati. Kendati demikian, orang tidak mempercayai obatnya. Namun, Gongsun Chuo makin membual, "Aku tahu bagaimana menyembuhkan orang yang letih lesu. Jikalau aku menggandakan dosis obatku, maka tentu saja aku dapat membangkitkan orang mati. (Lushi Chunqiu)

(Sumber: An Anthology of Chinese Humour, halaman 19-20)

Kejenakaan terletak pada logika Gongsun Chuo yang tidak masuk akal. Orang yang mati jelas berbeda dengan orang yang letih dan lesu.

E.SERIGALA MENIPU HARIMAU

Suatu kali seekor serigala ditangkap dan hendak dimangsa oleh harimau. Serigala yang cerdik lantas mengatakan pada harimau bahwa dirinya telah dipilih oleh para dewa agar menjadi raja atas seluruh binatang buas. Pada mulanya, harimau tidak percaya. Oleh karenanya, serigala mengajak harimau berkeliling bersama, dan memang benar para hewan melarikan diri saat melihat mereka. Serigala mengatakan bahwa itulah bukti kebenaran perkataannya, dimana para hewan tersebut ketakutan saat menyaksikan dirinya. Harimau mempercayai hal itu dan tak menyadari bahwa sebenarnya hewan-hewan itu bukan takut pada serigala melainkan pada dirinya. Kisah ini diriwayatkan oleh Jiang Yi saat menjawab pertanyaan Raja Xuan dari Chu (368-321 SM), mengenai arti penting seorang raja yang memimpin sebagai komandan pasukannya (Zhan Quo Ce)

(Sumber: An Anthology of Chinese Humour, halaman 21).


Kita menyaksikan bahwa harimau meskipun kuat dan perkasa namun kalah oleh kecerdikan serigala. Inilah "kejenakaan" yang hendak diangkat.Namun sesungguhnya anekdot ini adalah mengenai memimpin pasukan. Barangkali keseganan musuh bukan terletak pada sosok rajanya, melainkan pasukan yang dipimpinnya.

Setelah menelaah masing-masing humor dan anekdot di atas kita menyadari bahwa suatu humor dan anekdot hendaknya tidak diambil "kejenakaan"nya saja, melainkan juga makna yang terkandung di dalamnya. Agar dapat memahami makna tersebut, kita perlu mempelajari pula sejarah dan latar belakangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Yin, Tao. An Anthology of Chinese Humour, Asiapac Books, Singapore, 1987.