KERAJAAN NAGUR MENURUT BERITA CHINA
Ivan Taniputera
22 Februari 2013
Ivan Taniputera
22 Februari 2013
Pada kesempatan kali ini, penulis akan menelaah sejarah Nagur menurut Berita China. Dalam Yingya Shenglan (1416) disebutkan hal-hal sebagai berikut:
1.Raja Nakur (那孤兒=Na gu er) juga dinamakan Raja Muka Bertato.
2.Letak Nakur adalah di sebelah barat Sumatera.
3.Wilayahnya hanya terdiri dari satu desa di pegunungan.
4.Penduduknya merajah wajahnya dengan tiga panah hijau. Inilah yang menjadi sebutan Raja Muka Bertato.
5.Jumlah penduduknya hanya sekitar seribu keluarga.
6.Pertaniannya relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
7.Tanaman pertanian adalah padi gogo.
8.Hewan ternak: babi, kambing, unggas, dan bebek.
9.Tidak ada produk yang diekspor karena merupakan negeri yang relatif kecil.
[lihat W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009; halaman 134]
Selanjutnya dalam Xingcha Shenglan (1436) disebutkan hal-hal sebagai berikut:
1.Wilayah Negara Muka Bertato (花面國 = Hua Mian Guo) berbatasan dengan Sumatera dan meluas hingga Laut Lambri.
2.Seluruh wilayahnya terletak di daerah pegunungan.
3.Sawahnya menghasilkan beras dengan jumlah memadai.
4.Cuacanya bervariasi
5.Penampilan warga negeri tersebut adalah: Para pria merajah wajah mereka dengan gambar bunga beserta hewan. Rambut dibiarkan terurai. Bagian atas tubuh terbuka. Bagian bawah mengenakan sehela kain. Kaum wanita mengenai sehelai kain berwarna dan rambut bersanggul di belakang.
6.Hewan ternak: sapi, kambing, unggas, dan bebek.
7.Pihak yang kuat tidak menindas yang lemah. Para petinggi bersama rakyatnya sama-sama mengolah lahan. Orang yang kaya tidak sombong dan orang miskin tak mencuri.
8.Menghasilkan wewangian dan bunga teratai (tunjung) biru.
9.Pegunungan Nakur menghasilkan belerang.
10.Produk yang dihasilkan adalah sutra, tembikar, dan lain sebagainya.
11.Raja menerima hadiah dari kaisar China dan setelah itu selalu mengirimkan produk negaranya sebagai upeti.
[lihat W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009; halaman 134]
Kita akan membandingkan dua catatan di atas. Nampak beberapa perbedaan antara catatan tahun 1416 dan 1436. Menurut Yingya Shenglan, Nakur hanya memiliki satu wilayah di pegunungan saja, sedangkan Xingcha Shenglan mencatat adanya wilayah yang lebih luas, yakni hingga Laut Lambri. Dalam buku W.P. Groeneveldt terdapat catatan sebagai berikut (halaman 135):
"Sepertinya Nakur merupakan pemukiman maju bagi orang Batta yaitu penduduk asli yang tinggal di pedalaman. Sementara itu, pesisir dihuni orang Melayu dan sebangsanya. Jumlah penduduk sebanyak seribu keluarga seperti yang disebutkan penulis mungkin hanya menyebutkan mereka yang tinggal dekat Sumatra. Kenyataan bahwa mereka dapat berperang dengan negara besar seperti Sumatra (Su Men Da La) dan fakta bahwa penulis menyatakan bahwa wilayah mereka meluas hingga pendalaman dan mencapai pantai barat pulau ini merupakan bukti bahwa mereka adalah suku yang cukup penting."
Meskipun demikian, saya bertanya-tanya, apakah dalam kurun waktu 20 tahun, yakni 1416-1436, Nakur telah meluaskan wilayahnya? Selanjutnya pada sumber tahun 1416 disebutkan adanya ternak berupa babi, tetapi berita tahun 1436 tidak menyebutkan adanya babi. Apakah hal itu ada hubungannya dengan peralihan agama? Semua ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Mengapa babi tidak disebutkan pada catatan tahun 1436? Uniknya, juga pada catatan tahun 1416 disebutkan bahwa Nakur tidak memiliki hasil apa-apa, namun berdasarkan sumber tahun 1436 disebutkan bahwa Nagur menghasilkan sutra, tembikar, dan lain sebagainya. Dengan demikian, menurut berita di atas, di Nagur telah dikenal budi daya ulat sutera beserta industri tembikar.
Selanjutnya, kita akan mendiskusikan letak Nakur. Nakur disebutkan terletak di bagian barat Sumatera. Pada Yingya Shenglan (1416) disebutkan bahwa Lidai (黎代) berada di sebelah barat Nakur. Selatan Lidai terdapat pegunungan tinggi. Utara terdapat lautan. Barat berbatasan dengan Lambri (南渤利 = Lan Bo Li). Negeri Lambri menurut Yingya Shenglan (1416) memiliki batas-batas sebagai berikut. Timur berbatasan dengan Lidai. Barat berbatasan laut. Selatan dengan pengunungan tinggi. Di sebelah selatan pegunungan terdapat lautan.
Selanjutnya kita akan mengulas mengenai kerajaan bernama 蘇門答剌 (Su Men Da La), yang terkadang juga ditransliterasi sebagai 須文達那 (Xu Wen Da Na). Dalam buku Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, halaman 119, nama kerajaan ini disebut sebagai Sumatra. Nampaknya ini sama dengan Kerajaan Samudra Pasai. Adapun batas-batas negeri ini menurut Yingya Shenglan (1416) adalah sebagai berikut. Bagian utara berbatasan dengan laut. Sebelah timur terdapat pengunungan tinggi yang memanjang hingga wilayah Aru. Di sebelah Barat, yakni di pesisirnya terdapat dua negeri kecil, yakni Nakur dan Lidai. Diriwayatkan bahwa Raja Su Men Da La pernah diserang oleh Raja Nakur dan terbunuh oleh panah beracun. Ketika itu, puteranya masih kecil. Ratu Su Men Da La lantas bersumpah membalas dendam. Ia membuat sayembara yang isinya menyatakan bahwa ia bersedia menikah dan memerintah bersama siapa saja yang sanggup membalaskan dendam sang raja. Seorang nelayan tua bersedia menerima tugas itu dan memimpin pasukan guna menewaskan raja Nakur. Setelah raja Nakur berhasil dibunuh, para pengikutnya mundur dan menyerah. Nelayan menikah dengan ratu Su Men Da La dan memerintah bersama dengan gelar Raja Tua. Ia lantas mengirim upeti ke China pada tahun 1409 dan kembali ke negerinya pada tahun 1412. Putera raja sebelumnya bersekongkol dengan para bangsawan guna menghabisi nyawa Raja Tua. Kemenakan Raja Tua bernama Su gan la ( 蘇幹剌) mengumpulkan para pengikut dan melarikan diri ke pegunungan, dengan niat membalaskan dendam kematian pamannya. Pada tahun 1415, Zheng He datang ke sana dan menangkap Su gan la. Putera raja merasa sangat berterima kasih dan terus menerus mengirim upeti ke Tiongkok.
Kita akan menggambarkan skemanya sebagai berikut:
Apakah laut yang berada di selatan pegunungan itu yang dimaksud adalah Danau Toba? Kita masih perlu melakukan penelitan lebih lanjut. Telaah geografis ini diperlukan agar kita mengetahui letak Nakur yang sebenarnya.
Saya mencoba memindahkan skema di atas pada peta sebenarnya, dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
PERHATIAN
Mohon agar tidak mengcopy-paste tulisan ini ke manapun juga. Jika Anda tertarik pada artikel ini dan ingin menyebar luaskannya, maka mohon sampaikan saja linknya, yakni:
http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2013/02/kerajaan-nagur-menurut-berita-china.html
Karena link tersebut akan terus diperbaharui. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009.
1.Raja Nakur (那孤兒=Na gu er) juga dinamakan Raja Muka Bertato.
2.Letak Nakur adalah di sebelah barat Sumatera.
3.Wilayahnya hanya terdiri dari satu desa di pegunungan.
4.Penduduknya merajah wajahnya dengan tiga panah hijau. Inilah yang menjadi sebutan Raja Muka Bertato.
5.Jumlah penduduknya hanya sekitar seribu keluarga.
6.Pertaniannya relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
7.Tanaman pertanian adalah padi gogo.
8.Hewan ternak: babi, kambing, unggas, dan bebek.
9.Tidak ada produk yang diekspor karena merupakan negeri yang relatif kecil.
[lihat W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009; halaman 134]
Selanjutnya dalam Xingcha Shenglan (1436) disebutkan hal-hal sebagai berikut:
1.Wilayah Negara Muka Bertato (花面國 = Hua Mian Guo) berbatasan dengan Sumatera dan meluas hingga Laut Lambri.
2.Seluruh wilayahnya terletak di daerah pegunungan.
3.Sawahnya menghasilkan beras dengan jumlah memadai.
4.Cuacanya bervariasi
5.Penampilan warga negeri tersebut adalah: Para pria merajah wajah mereka dengan gambar bunga beserta hewan. Rambut dibiarkan terurai. Bagian atas tubuh terbuka. Bagian bawah mengenakan sehela kain. Kaum wanita mengenai sehelai kain berwarna dan rambut bersanggul di belakang.
6.Hewan ternak: sapi, kambing, unggas, dan bebek.
7.Pihak yang kuat tidak menindas yang lemah. Para petinggi bersama rakyatnya sama-sama mengolah lahan. Orang yang kaya tidak sombong dan orang miskin tak mencuri.
8.Menghasilkan wewangian dan bunga teratai (tunjung) biru.
9.Pegunungan Nakur menghasilkan belerang.
10.Produk yang dihasilkan adalah sutra, tembikar, dan lain sebagainya.
11.Raja menerima hadiah dari kaisar China dan setelah itu selalu mengirimkan produk negaranya sebagai upeti.
[lihat W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009; halaman 134]
Kita akan membandingkan dua catatan di atas. Nampak beberapa perbedaan antara catatan tahun 1416 dan 1436. Menurut Yingya Shenglan, Nakur hanya memiliki satu wilayah di pegunungan saja, sedangkan Xingcha Shenglan mencatat adanya wilayah yang lebih luas, yakni hingga Laut Lambri. Dalam buku W.P. Groeneveldt terdapat catatan sebagai berikut (halaman 135):
"Sepertinya Nakur merupakan pemukiman maju bagi orang Batta yaitu penduduk asli yang tinggal di pedalaman. Sementara itu, pesisir dihuni orang Melayu dan sebangsanya. Jumlah penduduk sebanyak seribu keluarga seperti yang disebutkan penulis mungkin hanya menyebutkan mereka yang tinggal dekat Sumatra. Kenyataan bahwa mereka dapat berperang dengan negara besar seperti Sumatra (Su Men Da La) dan fakta bahwa penulis menyatakan bahwa wilayah mereka meluas hingga pendalaman dan mencapai pantai barat pulau ini merupakan bukti bahwa mereka adalah suku yang cukup penting."
Meskipun demikian, saya bertanya-tanya, apakah dalam kurun waktu 20 tahun, yakni 1416-1436, Nakur telah meluaskan wilayahnya? Selanjutnya pada sumber tahun 1416 disebutkan adanya ternak berupa babi, tetapi berita tahun 1436 tidak menyebutkan adanya babi. Apakah hal itu ada hubungannya dengan peralihan agama? Semua ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Mengapa babi tidak disebutkan pada catatan tahun 1436? Uniknya, juga pada catatan tahun 1416 disebutkan bahwa Nakur tidak memiliki hasil apa-apa, namun berdasarkan sumber tahun 1436 disebutkan bahwa Nagur menghasilkan sutra, tembikar, dan lain sebagainya. Dengan demikian, menurut berita di atas, di Nagur telah dikenal budi daya ulat sutera beserta industri tembikar.
Selanjutnya, kita akan mendiskusikan letak Nakur. Nakur disebutkan terletak di bagian barat Sumatera. Pada Yingya Shenglan (1416) disebutkan bahwa Lidai (黎代) berada di sebelah barat Nakur. Selatan Lidai terdapat pegunungan tinggi. Utara terdapat lautan. Barat berbatasan dengan Lambri (南渤利 = Lan Bo Li). Negeri Lambri menurut Yingya Shenglan (1416) memiliki batas-batas sebagai berikut. Timur berbatasan dengan Lidai. Barat berbatasan laut. Selatan dengan pengunungan tinggi. Di sebelah selatan pegunungan terdapat lautan.
Selanjutnya kita akan mengulas mengenai kerajaan bernama 蘇門答剌 (Su Men Da La), yang terkadang juga ditransliterasi sebagai 須文達那 (Xu Wen Da Na). Dalam buku Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, halaman 119, nama kerajaan ini disebut sebagai Sumatra. Nampaknya ini sama dengan Kerajaan Samudra Pasai. Adapun batas-batas negeri ini menurut Yingya Shenglan (1416) adalah sebagai berikut. Bagian utara berbatasan dengan laut. Sebelah timur terdapat pengunungan tinggi yang memanjang hingga wilayah Aru. Di sebelah Barat, yakni di pesisirnya terdapat dua negeri kecil, yakni Nakur dan Lidai. Diriwayatkan bahwa Raja Su Men Da La pernah diserang oleh Raja Nakur dan terbunuh oleh panah beracun. Ketika itu, puteranya masih kecil. Ratu Su Men Da La lantas bersumpah membalas dendam. Ia membuat sayembara yang isinya menyatakan bahwa ia bersedia menikah dan memerintah bersama siapa saja yang sanggup membalaskan dendam sang raja. Seorang nelayan tua bersedia menerima tugas itu dan memimpin pasukan guna menewaskan raja Nakur. Setelah raja Nakur berhasil dibunuh, para pengikutnya mundur dan menyerah. Nelayan menikah dengan ratu Su Men Da La dan memerintah bersama dengan gelar Raja Tua. Ia lantas mengirim upeti ke China pada tahun 1409 dan kembali ke negerinya pada tahun 1412. Putera raja sebelumnya bersekongkol dengan para bangsawan guna menghabisi nyawa Raja Tua. Kemenakan Raja Tua bernama Su gan la ( 蘇幹剌) mengumpulkan para pengikut dan melarikan diri ke pegunungan, dengan niat membalaskan dendam kematian pamannya. Pada tahun 1415, Zheng He datang ke sana dan menangkap Su gan la. Putera raja merasa sangat berterima kasih dan terus menerus mengirim upeti ke Tiongkok.
Kita akan menggambarkan skemanya sebagai berikut:
Apakah laut yang berada di selatan pegunungan itu yang dimaksud adalah Danau Toba? Kita masih perlu melakukan penelitan lebih lanjut. Telaah geografis ini diperlukan agar kita mengetahui letak Nakur yang sebenarnya.
Saya mencoba memindahkan skema di atas pada peta sebenarnya, dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
PERHATIAN
Mohon agar tidak mengcopy-paste tulisan ini ke manapun juga. Jika Anda tertarik pada artikel ini dan ingin menyebar luaskannya, maka mohon sampaikan saja linknya, yakni:
http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2013/02/kerajaan-nagur-menurut-berita-china.html
Karena link tersebut akan terus diperbaharui. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
W.P. Groeneveldt. Nusantara Dalam Catatan Tionghoa, Komunitas Bambu, Jakarta, 2009.