HIKAYAT BABAD NEGERI GEMAH RIPAH LOH JINAWI
Ivan Taniputera
6 Oktober 2013
Mohon ampun hamba haturkan
Hamba yang bodoh bukan karuan
Beranikan diri untai kata untai cerita
Mengenai hikayat suatu negeri nun di sana
Negeri nan dulu gemah ripah loh jinawi
Padi menggantung berurai-urai
Laksana emas nan permai
Menarik sukma tenteramkan hati
Hasil samudera raya tak usah dikata
Ikan udang kepiting aneka warna
Berenang riang tiada berhingga
Dipanen tiada habis hingga berjuta warsa
Perut bumi cadangkan aneka tambang
Besi perak tembaga apalagi emas tiada bimbang
Belum lagi batu bara minyak bumi bagaikan bintang
Nikel aluminium dan jenis logam banyak memang
Budaya aneka warna sungguh kaya
Dari barat ke timur penuh warna
Bahasa juga berbeda tiada sama
Adat dan budaya tidak kurang nuansanya
Bangsa dari segala penjuru
Datang tiada henti tiada capai
Perahu mendarat berlabuh sambil lalu
Siapakah dapat membilang ini
Rempah-rempah berkah dan petaka
Konon di suatu masa
Datanglah bangsa dari arah terbenam sang surya
Dengan armada dagangnya
Merampas kekayaan rempah tanpa sangsi
Memonopoli dan menguasai sungguh ngeri
Melawan sang penjajah timbul tanpa henti
Hingga sang angkara hengkang pergi
Harusnya sang negeri bisa berdaulat kembali
Meniti jembatas emas gilang gemilang
Kemakmuran harusnya dapat dicapai
Berlimpah sudahlah pasti pangan dan sandang
Namun sayang sungguh disayang
Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Didera korupsi bukang alang kepalang
Semua berjuang demi perut sendiri
Siapakah yang peduli nasib warga
Jeritan rakyat tiada didengar lagi
Yang penting kaya lagi jumawa
Rakyat dipikir nanti nanti
Para pemimpin nun di atas sana
Pada bicara sendiri-sendiri
Seperti tidur di atas dipan empuk merona
Sudah nyaman di tengah mimpi
Negeri gemah ripah loh jinawi ini
Jadi layaknya orang sakit
Bagaikan harimau tanpa taring dan gigi
Duduk meringkuk seperti punggung bukit
Perpecahan mulai melanda negeri
Laksana telur yang terpecah belah
Karna etnis dan agama jadi bertikai-tikai
Padahal rugilah sama semua tiada menang tiada kalah
Musuh musuh negeri pada tersenyum penuh girang
Menyaksikan keruwetan tiada tara
Inilah yang kami tunggu-tunggu berlaksa petang
Menanti kesempatan mencuri negeri
Kapankah negeri ini bisa bangkit berjaya
Hamba yang bodoh juga tiada pandangan
Pengetahuan hamba tiada punya
Hanya sanggup untai hikayat tanpa makna
Hamba tak lagi panjangkan cerita
Tanggal enam bulan sepuluh hari ini
Tahun dua nol tiga belas memetik pena
Semoga sejahtera senantiasa negeri ini.