KITAB NAN HOA KING DJILID II
Ivan Taniputera
9 Oktober 2013
Judul: Nan Hoa King (Chuang Tze) Philosophie Taoisme bagian 4 djilid II: Dunianja Manusia
Penulis: Kwee Tek Hoay
Penerbit: Swastika Surakarta, 1950
Jumlah halaman: 101
Buku ini memaparkan mengenai filsafat Zhuangzi beserta penjelasannya. Berikut ini adalah kutipan dari halaman 2:
"Oleh karena kita hidup di antara manusia, kita tidak bisa mendjauhkan diri dari mereka. Tapi dunianja manusia selalu tidak tetap (berubah-ubah); turunan jang satu ada berbeda dengan jang lain. Melainkan orang jang bisa tidak mengandung pikiran membentji atau ingin menentangin, dan tidak mendesak mengutamakan dirinja sendiri, nanti bisa mengikutin itu perubahan-perubahan dengan tidak mengalamkan hal-hal jang tidak enak.-..."
"Oleh karena kita hidup di antara manusia, kita tidak bisa mendjauhkan diri dari mereka. Tapi dunianja manusia selalu tidak tetap (berubah-ubah); turunan jang satu ada berbeda dengan jang lain. Melainkan orang jang bisa tidak mengandung pikiran membentji atau ingin menentangin, dan tidak mendesak mengutamakan dirinja sendiri, nanti bisa mengikutin itu perubahan-perubahan dengan tidak mengalamkan hal-hal jang tidak enak.-..."
Pada buku ini, Kwee Tek Hoay juga melakukan perbandingan antara terjemahan Legge dan Fung Yu-lan (halaman 3):
"Salinannja
Dr. Yu-lan Fung kemungkinan ada lebih tjotjok dan benar, dengan apa
jang ada dalam huruf Tionghoa, tapi salinannja Legge, jang hanja ambil
maksdjnja sadja, kelihatannja ada lebih terang dan mudah dimengerti.
Maski demikian tudjuan udjar diatas masih terlalu dalam untuk orang
dapat fahamkan dengan sepintas lalu. Disitu ada diundjuk bahwa pri
kebenaran sedjati harus dipegang sepenuhnja dengan tidak menjimpang ke
kanan-kiri, sebab kapan mulai ditjampuri dengan perimbangan jang
mengenakan kepentingan diri sendiri, pada urusan negeri, kefaedahan guna
orang banjak atau untuk keduniaan, lalu mesti menggunakan banjak
tjara-tjara berlainan jang saling bertentangan, tidak ada ketetapannja
lagi, hal mana mendjadi sebab dari timbulnja segala matjam keruwetan dan
kekalutan pikiran."
Halaman 44:
Chuang Tze lagi berdjalan-djalan di suatu gunung ketika ia melihat sebuah pohon besar dengan tjabang-tjabang gede dan berdaun gomblok. Seorang tukang kaju lagi mengaso di sampingnja tapi tidak mau ganggu itu pohon ketika ditanja apa sebabnja, ia bilang itu pohon kajunja tidak bisa dipakai sama sekali. Kemudian Chuang Tze berkata: "Ini pohon, lantaran tidak berguna maka bisa hidup sampai tjukup menurut usianja jang sewadjarnja." Sasudah berlalu dari itu gunung Chuang Tze menginap di rumah satu sahabatnja, jang terima kedatangangnja dengan sangat girang, dan lalu perentah kokonja potong satu gangsa untuk direbus. Itu koki berkata: "satu dari itu gansa-gangsa bisa berbunji, jang lain tidak. Jang manatah mesti dipotong?" Si tuan rumah mendjawab: "Potong sadja itu jang tidak bisa berbunji." ......"
Bagi yang berminat fotokopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.
Chuang Tze lagi berdjalan-djalan di suatu gunung ketika ia melihat sebuah pohon besar dengan tjabang-tjabang gede dan berdaun gomblok. Seorang tukang kaju lagi mengaso di sampingnja tapi tidak mau ganggu itu pohon ketika ditanja apa sebabnja, ia bilang itu pohon kajunja tidak bisa dipakai sama sekali. Kemudian Chuang Tze berkata: "Ini pohon, lantaran tidak berguna maka bisa hidup sampai tjukup menurut usianja jang sewadjarnja." Sasudah berlalu dari itu gunung Chuang Tze menginap di rumah satu sahabatnja, jang terima kedatangangnja dengan sangat girang, dan lalu perentah kokonja potong satu gangsa untuk direbus. Itu koki berkata: "satu dari itu gansa-gangsa bisa berbunji, jang lain tidak. Jang manatah mesti dipotong?" Si tuan rumah mendjawab: "Potong sadja itu jang tidak bisa berbunji." ......"
Bagi yang berminat fotokopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.