TERJEMAHAN YANG TEPAT BAGI SABBE SATTA BHAVANTU SUKKHITATA
Artikel Dharma ke-41, Februari 2014
Ivan Taniputera.
8 Februari 2014
Banyak
umat Buddhis menerjemahkan "Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata" sebagai
"Semoga semua makhluk berbahagia." Namun marilah kita merenungkan apakah
terjemahan ini tepat. Sebelumnya kita perlu mencari dahulu makna kata
"sukkha." Kata "sukkha" pada mulanya secara etimologis dapat dipisahkan
menjadi su (baik) dan kha (lubang poros). Lubang poros
yang dimaksud di sini adalah lubang poros roda kereta. Jika lubang
porosnya baik maka kereta dapat melaju dengan kencang. Oleh karenanya,
kata sukkha awalnya berarti "berjalan dengan cepat atau mudah," yang
mengacu pada lajunya kereta. Hal ini mengandung konotasi "berfungsi
dengan baik," yakni lubang poros kereta yang berfungsi dengan baik. Pada
perkembangan selanjutnya, kata sukkha dalam bahasa Pali memang dapat
diterjemahkan sebagai "sejahtera" (well-being) atau "kebahagiaan"
(happiness).
Jika demikian, kita kembali pada pertanyaan awal, apakah terjemahan "semoga semua makhluk berbahagia" itu tepat? Kata "bahagia" sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki banyak tingkatan. Orang dapat berbahagia atas sesuatu yang buruk atau baik. Bahkan "orang dapat berbahagia di atas penderitaan orang lain." Sebagai contoh jika kita mengharapkan semua makhluk "berbahagia," maka kita juga hendaknya mengharapkan agar tukang copet akan mendapatkan banyak hasil copetan. Bila hasil copetannya banyak maka sang tukang copet tentunya akan berbahagia, bukan? Seorang pencuri juga akan "berbahagia" kalau hasil curiannya banyak.
Oleh karenanya berdasarkan argumen dan contoh di atas, maka terjemahan "semoga semua makhluk berbahagia" kurang tepat, karena dapat menimbulkan kesalah-pahaman dan perdebatan. Lalu apakah yang terjemahan yang tepat? Terjemahan yang tepat menurut hemat saya adalah "Semoga Semua Makhluk Sejahtera." "Bahagia" yang dimaksud di sini sesungguhnya mengacu pada "kesejahteraan batin." Jika seseorang sejahtera batinnya, ia tidak akan melakukan kejahatan. Ia tidak akan mencuri. Ia tidak akan mencopet. Dengan demikian, terjemahan "semoga semua makhluk sejahtera" adalah sesuatu yang lebih tepat.
Hal ini juga tidak bertentangan dengan makna awal bagi kata "sukkha," yakni mengacu pada fungsi. Jika segalanya berfungsi dengan baik (dalam hal ini batin yang sejahtera), maka orang tidak akan melakukan kejahatan pada orang lain. Orang tidak akan mencuri. Orang tidak akan mencopet. Jadi kita kembalikan maknanya pada konotasi fungsi.
Namun jikalau Anda ingin tetap berpegang pada terjemahan "bahagia," maka hendaknya ditambahkan sebagai berikut "Semoga semua makhluk memiliki pikiran (batin) yang bahagia." Jika seseorang memiliki batin yang bahagia, maka ia juga tidak akan melakukan kejahatan. Ia tidak akan mencuri. Ia tidak akan mencopet.
Dengan memberikan terjemahan yang tepat, kita akan dapat menyampaikan pesannya secara lebih baik.
Semoga bermanfaat.
Jika demikian, kita kembali pada pertanyaan awal, apakah terjemahan "semoga semua makhluk berbahagia" itu tepat? Kata "bahagia" sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki banyak tingkatan. Orang dapat berbahagia atas sesuatu yang buruk atau baik. Bahkan "orang dapat berbahagia di atas penderitaan orang lain." Sebagai contoh jika kita mengharapkan semua makhluk "berbahagia," maka kita juga hendaknya mengharapkan agar tukang copet akan mendapatkan banyak hasil copetan. Bila hasil copetannya banyak maka sang tukang copet tentunya akan berbahagia, bukan? Seorang pencuri juga akan "berbahagia" kalau hasil curiannya banyak.
Oleh karenanya berdasarkan argumen dan contoh di atas, maka terjemahan "semoga semua makhluk berbahagia" kurang tepat, karena dapat menimbulkan kesalah-pahaman dan perdebatan. Lalu apakah yang terjemahan yang tepat? Terjemahan yang tepat menurut hemat saya adalah "Semoga Semua Makhluk Sejahtera." "Bahagia" yang dimaksud di sini sesungguhnya mengacu pada "kesejahteraan batin." Jika seseorang sejahtera batinnya, ia tidak akan melakukan kejahatan. Ia tidak akan mencuri. Ia tidak akan mencopet. Dengan demikian, terjemahan "semoga semua makhluk sejahtera" adalah sesuatu yang lebih tepat.
Hal ini juga tidak bertentangan dengan makna awal bagi kata "sukkha," yakni mengacu pada fungsi. Jika segalanya berfungsi dengan baik (dalam hal ini batin yang sejahtera), maka orang tidak akan melakukan kejahatan pada orang lain. Orang tidak akan mencuri. Orang tidak akan mencopet. Jadi kita kembalikan maknanya pada konotasi fungsi.
Namun jikalau Anda ingin tetap berpegang pada terjemahan "bahagia," maka hendaknya ditambahkan sebagai berikut "Semoga semua makhluk memiliki pikiran (batin) yang bahagia." Jika seseorang memiliki batin yang bahagia, maka ia juga tidak akan melakukan kejahatan. Ia tidak akan mencuri. Ia tidak akan mencopet.
Dengan memberikan terjemahan yang tepat, kita akan dapat menyampaikan pesannya secara lebih baik.
Semoga bermanfaat.