ARAH YANG BAIK DALAM MENCARI PENGHIDUPAN MENURUT PRIMBON JAWA: SUATU KONSEP RUANG DAN WAKTU TRADISIONAL
Ivan Taniputera
28 November 2013
28 November 2013
Berikut
ini adalah pedoman mencari arah yang baik dalam mencari penghidupan
yang diambil dari buku Primbon Jawa. Pedoman ini mencerminkan konsep
Jawa mengenai ruang dan waktu, dimana ruang beserta waktu akan
senantiasa berubah baik dan buruknya. Karena konsep perhitungan waktu
yang berputar (siklis) berdasarkan sistim Lima Hari (Pancawara) dan
sistim Tujuh Hari (Saptawara), maka arah baik serta buruk itu juga akan
mengalami siklus pula, yang akhirnya juga kembali ke asal lagi.
Menurut tradisi Primbon Jawa tersebut, arah mata angin dalam suatu hari pasaran tertentu dapat digolongkan menjadi empat, yakni sandhang, pangan, lara, dan pati. Sandhang dan pangan secara harafiah berarti "pakaian" serta "makanan," sehingga tentunya ini merupakan arah yang bagus. Sedangkan lara dan pati, secara harafiah berarti "penyakit" serta "kematian," sehingga tentunya merupakan arah yang kurang bagus. Arah-arah yang kurang bagus itu tentunya harus dihindari.
Sebagai contoh adalah hari Jum'at Pahing, menurut Primbon, pada hari tersebut, sandhang jatuh di barat, pangan jatuh di selatan, lara jatuh di timur, dan pati di utara.
Berikut ini adalah tabel selengkapnya.
Menurut tradisi Primbon Jawa tersebut, arah mata angin dalam suatu hari pasaran tertentu dapat digolongkan menjadi empat, yakni sandhang, pangan, lara, dan pati. Sandhang dan pangan secara harafiah berarti "pakaian" serta "makanan," sehingga tentunya ini merupakan arah yang bagus. Sedangkan lara dan pati, secara harafiah berarti "penyakit" serta "kematian," sehingga tentunya merupakan arah yang kurang bagus. Arah-arah yang kurang bagus itu tentunya harus dihindari.
Sebagai contoh adalah hari Jum'at Pahing, menurut Primbon, pada hari tersebut, sandhang jatuh di barat, pangan jatuh di selatan, lara jatuh di timur, dan pati di utara.
Berikut ini adalah tabel selengkapnya.
.
.