TEROR PUTIH DI TAIWAN
Ivan Taniputera.
1 November 2013
Ini
hasil nonton acara "I Wouldn't Go In There" yang ditayangkan oleh
National Geographic. Sekilas ini nampak seperti acara mengenai
tempat-tempat angker, namun sebenarnya jauh dari itu. Pada kesempatan
kali ini, acaranya adalah mengenai salah satu tempat angker di Taiwan.
Pertama-tama diriwayatkan mengenai sebuah gua angker di Pulau Hijau,
Taiwan. Konon ada orang yang mencari harta karun di sana dan menemukan
tulang belulang manusia. Lalu dikisahkan adanya penampakan hantu dan
lain sebagainya. Namun inti utama acara ini adalah mengungkapkan
kebenaran di balik semua itu.
Pencarian tersebut akhirnya
mengungkapkan era kelam dalam sejarah Taiwan, yakni masa yang disebut
"Teror Putih." Era ini tidak banyak diketahui karena memang sengaja
ditutup-tutupi dan berlangsung antara 1947-1987. Banyak orang yang tanpa
diketahui kesalahannya diciduk dan dipenjarakan, begitu pula dengan
orang-orang yang memiliki pandangan politik berbeda dengan pemerintah
Taiwan. Akhirnya hal ini berhasil juga dibawa ke Amnesty Internasional,
sehingga penjara-penjara tersebut (salah satunya Jingmei di Taipei)
akhirnya ditutup.
Yang cukup mengganggu saya adalah bagaimana
mungkin Taiwan, negara sokongan sang "pengawal demokrasi" Paman Sam,
dapat melakukan pelanggaran hak azasi manusia dalam kurun waktu selama
itu? Sangat mengerikan.
Kini penjara Jingmei telah ditutup dan
dijadikan semacam monumen peringatan bagi hak azasi manusia.
Mengerikannya Sang Paman ternyata justru banyak menyokong para diktaktor
yang kejam.
Namun secara umum, ini adalah tayangan TV yang bagus dan mendidik, bukan hanya mengumbar hal-hal gaib dan mistik semata.