Sabtu, 09 Juli 2016

PENGARUH AGAMA HINDU BUDDHA DALAM MANTRA-MANTRA JAWA

PENGARUH AGAMA HINDU BUDDHA DALAM MANTRA-MANTRA JAWA
.
Ivan Taniputera.
8 Juli 2016
.
Belakangan ini saya gemar mengoleksi banyak buku Primbon. Ternyata ini merupakan kepustakaan berharga dalam meneliti jejak-jejak pengaruh Hindu Buddha dalam mantra-mantra berbahasa Jawa.
.
Berikut ini adalah kutipan Mantra Sri Sadono:
.
“ Ingsun amatek ajiku si Sri Sadono, Hyang Kuwera dewaning kasugihan, Sri Sadono kang andum sandhang pangan, nyuwun gampang pados kulo sandhang tedho. Sarinane sawengine salawase gesang, gampang tekane slamet anggone lan gawe ayune sakabeh.”
.
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
.
“Aku menjalankan ilmu Sri Sadono, Hyang Kuvera merupakan dewa kekayaan. Sri Sadono yang membagikan sandang pangan (harafiah: pakaian dan makanan; maksudnya rejeki atau penghidupan). Aku memohon agar mudah mencari sandang pangan. Setiap hari dan setiap malam selama hidup ini. Mudah memperoleh keselamatan dalam menaburkan kesejahteraan bagi semuanya.”
.
Nampak pada mantra di atas disebutkannya nama Kuvera, yakni dewa kekayaan dalam tradisi Hindu Buddha. Sri Sadono mengacu pada Dewi Sri atau Srimahadevi yang disebutkan dalam Sutra Suvarnabhasotama (Sutra Cahaya Keemasan).
.
Beberapa mantra Jawa, menggunakan pembukaan “Hong” yang berasal dari “Om.” Contohnya adalah Aji Wimo Nosoro: “Hong, ingsun amatak ajiku sirep Wimonosoro,.....”
.
Mantra “Hong Wilaheng” juga umum dalam beberapa mantra Jawa, sebagai contoh adalah Aji Sirep Begonondo yang bertujuan menidurkan orang (ilmu sirep):
“Hong wilaheng. Niat Ingsun matak ajiku. Aji Sirep Begonondo. Aji Petinggengan soko Ajisoko....”
.
Ternyata Hong Wilaheng ini berasal dari mantra Bodhisattva Manjushri, yakni “Om Avira Hum.” Bodhisattva Manjushri adalah makhluk suci dalam Agama Buddha Mahayana yang mewakili aspek kebijaksanaan Kebuddhaan. Kendati demikian, pada Aji Sirep Begonondo, mantra Manjushri itu digunakan untuk suatu keperluan yang tidak ada hubungannya dengan kebijaksanaan.
.
Berikut ini adalah mantra penghapus kemarahan lawan:
“....Sang Kama dadi aku, Sang Kama wurung si.......”
.
Pada mantra ini terdapat penyebutan nama Kama, yakni dewa cinta kasih dalam tradisi Hindu.
.
Sebagai tambahan, semasa kecil saya pernah mendengar mengenai ilmu rajah Kalacakra yang menurut tradisi Jawa berbunyi sebagai berikut: “Yamaraja Jaramaya. Yamarani Niramaya. Yasilapa Palasiya. Yamidara Radamiya. Yamidasa Sadamiya. Yadayuda Dayudaya. Yasiyaca Cayasiya. Yasihama Mahasiya.”
.
Ternyata, mantra ini sangat dekat dengan mantra Yamantaka dalam tradisi Agama Buddha Tantrayana: “Yamaraja Sadomeya Yamedoru Nayodaya Yadayoni Rayaksheya Yaksheyaccha Niramaya Hum Hum Phat Phat Svaha.” (sumber: http://www.yamantaka.org/index.php/2-uncategorised/215-mantra-recitation).
.
.
Jika kita perhatikan dengan seksama terdapat kata-kata yang mirip, seperti Yamaraja, Sadomeya dan Sadamiya, Niramaya, serta Yamedoru dan Yamidara. Oleh karenanya, pengaruh Mantra Yamantaka pada ilmu rajah Kalacakra tidak dapat dipungkiri lagi.
.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, nampak bahwa jejak-jejak pengaruh Hindu Buddha masih dapat dijumpai dalam berbagai mantra Jawa.
.
DAFTAR BACAAN:
Anawati WS, Oni. Primbon Jopo Montro/ Jawa-Arab Lengkap, Bintang Usaha Jaya, Surabaya, 2003.
.
Haroemdjati. Poestaka Radja Mantra-Yoga: Ilmoe Kesaktian Gaib Berikoet Berbagi bagi Mantra, Boekhandel Kartti Dharma, Toeloengagoeng, 1936.
.
Ki Sastrahandaja. Pustaka Pandita Guru (Primbon Gaib Djapa Mantra), Usaha Penerbitan Muria, Kudus, 1955.
.
Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, Astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain-lain silakan kunjungi: https://www.facebook.com/groups/339499392807581/ . . . . . 
.