Senin, 08 Agustus 2016

KERETA API YANG MENGUBAH JALANNYA SEJARAH DUNIA

KERETA API YANG MENGUBAH JALANNYA SEJARAH DUNIA.
.
Ivan Taniputera. 
7 Juli 2016
.
Malam itu, sebuah kereta api berjalan terseok-seok melintasi jantung benua Eropa. Ketika itu, Perang Dunia I sedang berkecamuk dengan hebatnya. Berangkat dari Zürich, Swiss, kereta itu melintasi Jerman, Swedia, dan akhirnya tiba Petrograd, Rusia. Kereta api itu akan menentukan jalannya sejarah dunia berdasawarsa-dasawarsa kemudian. Di dalamnya ternyata terdapat penumpang yang akan menjadi salah satu penentu berputarnya roda sejarah. Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Vladimir Ilyich Ulyanov atau yang lebih dikenal sebagai Lenin.
.
Lenin terpaksa meninggalkan negaranya karena menentang czar Rusia. Ia hidup di pengasingannya, yakni di Swiss, semenjak 1900. Perang Dunia I pecah pada tahun 1914. Kekaisaran Jerman (Deutsches Reich, German Empire) dengan sekutunya Kekaisaran Austria Hongaria melawan Rusia beserta sekutu-sekutunya. Jerman ketika itu terpaksa berperang di dunia medan, yakni barat dan timur, sehingga sangat terkuras tenaganya.
.
Rusia, musuh Jerman, juga terkuras segenap sumber dayanya, sehingga mengalami kelaparan. Februari 1917, pecah revolusi di Petrograd. Para pekerja mogok karena kekurangan makanan dan merosotnya industri Rusia. Kekacauan pecah di mana-mana. Pemerintahan czar Rusia sudah kehilangan wibawanya. Lenin memandang hal ini sebagai kesempatan turut serta mengorganisasi massa menumbangkan czar.
.
Namun perjalanan pulang ke Rusia harus melewati wilayah Jerman, dimana jalur kereta api ke sana ditutup akibat perang. Menyadari bahwa Lenin beserta tiga puluh satu kaum revolusioner lainnya berpeluang menumbangkan czar Rusia, sehingga meringankan beban Jerman di medan perang Timur, pemerintah Jerman lantas melakukan perjudian politik berbahaya. Mereka memberikan izin khusus bagi Lenin beserta istri dan kawan-kawannya melintasi wilayah Jerman.
.
Demikianlah, kereta itu melaju di tengah-tengah gejolak perang. Setibanya kembali di tanah airnya, Lenin berhasil mengorganisasi para pendukungnya, yang dikenal sebagai kaum Bolshevik. Singkat cerita, setelah melalui serangkaian pergolakan berdarah, Rusia akhirnya menjelma menjadi Uni Sovyet.
.
Kereta api itu telah menjadi penentu sejarah. Jika pemerintah Jerman tidak memberikan izin bagi Lenin melintasi wilayahnya, maka kemungkinan besar tidak akan ada Perang Dingin, tidak akan ada Tembok Berlin, tidak akan ada Perang Vietnam, tidak akan ada Korea Utara dan Selatan, Jerman tidak akan terbagi dua. Tidak akan ada Republik Rakyat China. Jutaan rakyat Kamboja tidak akan mati sia-sia di bawah Pol Pot.
.
Jika Lenin tidak kembali ke Petrograd, kemungkinan skenario-skenario ini yang akan terjadi. Rusia bisa saja tetap menjadi kekaisaran, walaupun peluangnya kecil. Czar Nicholas II sudah pasti akan turun tahta dan digantikan oleh saudaranya, Adipati Agung (Grand duke) Michael. Namun pada kenyataannya, parlemen (duma) menolak hal tersebut dan Adipati Agung Michael sendiri juga menyatakan ketidak-sediaannya menjadi czar. Dengan demikian, kecil sekali peluang sistim kekaisaran atau monarki dapat bertahan. Kemungkinan lain yang lebih masuk akal adalah Rusia akan menjadi republik, seperti Jerman dan Austria, dengan Alexander Kerensky menjadi presiden atau perdana menterinya. Namun yang pasti dunia tidak akan mengalami Perang Dingin.