BUKU MENGENAI LEGENDA, CERITA RAKYAT, DAN CERITA HANTU SERTA MAKHLUK HALUS DI NUSANTARA
Ivan Taniputera
22 Maret 2014
22 Maret 2014
Judul: Indische Overleveringen: Folklore van Nu
Penulis: Larmoyeur, dengan ilustrasi oleh M. Witteveen
Penerbit: Zutphen-W.J. Thieme & Cie, 1949
Jumlah halaman: 218
Bahasa: Belanda
Buku ini mengisahkan mengenai legenda, cerita rakyat, dan cerita hantu beserta makhluk halus di berbagai penjuru Nusantara. Sebagai contoh adalah mengenai Nenek Loehoe di Saparua (halaman 16-18):
Nenek Loehoe of het kerkpad
De mensen van Ihamahoe moeten elke Zondag naar de kerk, en dat doen ze ook trouw. 't Is echter een lange wandeling, want de kerk staat ver buiten hun dorpje.
Op hun kerkgang ontmoeten ze vaak Nenek Loehoe. Ze heeft een gewone voet, maar haar andere voet is een paardehoef. Als ze kerkwaarts gaan, zit ze ergens aan de kant van de weg. Zo maar. Ze doet niets, vraagt hun ook niets. Ze zit daar maar. Maar ze moeten haar groeten. Alleen maar groeten. Iedereen moet dat doen en wee degene, die het laat. Die vergaat het niet goed. Iedereen doen het dan ook.
Terjemahan:
"Orang-orang yang berasal dari Ihamahoe harus pergi ke gereja setiap hari Minggu, dan mereka melakukannya dengan setia. Meskipun demikian, hal itu merupakan sebuah pengembaraan panjang, karena gerejanya terletak jauh di luar desa mereka.
Di jalan ke gereja mereka harus berjumla dengan Nenek Luhu. Ia mempunyai kaki seperti biasa, namun kaki satunya lagi berupa kaki kuda. Saat mereka pergi ke gereja, ia duduk di pojok jalan. Demikianlah. Ia tida melakukan apa-apa, tidak pula menanyakan apa-apa pada mereka. Ia hanya duduk saja. Namun mereka harus memberikan salam padanya. Masing-masing harus memberikan salah. Setiap orang harus melakukan dan tidak boleh ada yang lupa. Siapa yang lupa akan mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Setiap orang melakukannya pula..."
Selanjutkan dikisahkan ada anak yang lupa melakukannya dan pada saat pulang ke rumahnya mereka tersesat dan hanya berputar-putar saja. Mereka tidak dapat menemukan jalan pulang ke tempat kediamannya.
Selanjutnya pada halaman 23, dikisahkan mengenai hantu seorang keturunan Tionghoa bernama Ong Kie Hong:
"Op Ambon stierf eens een rijke Chinees. Hij heette Ong Kie Hong. Omdat hij zo rijk was, werd hij begraven op het Europese kerkhof..."
Terjemahan:
Di Ambon wafatlah seorang Tionghoa kaya. Namanya adalah Ong Kie Hong. Meski sangat kaya, ia dimakamkan di pekuburan Eropa..."
Meskipun demikian, karena bukan merupakan seorang Kristen, ia lantas muncul sebagai hantu, yakni dengan membawa kompor menyala di belakang lehernya, seraya berteriak meminta air.
Selanjutnya pada halaman 53 terdapat pula kisah mengenai genderuwo:
Berikut ini adalah percakapan dua orang wanita muda:
"Weet je wat onze djongos me verteld heeft?"
"Wat dan?"
"In die dikke boom woont een genderoeo!"
"Een genderoeo? Wat is dat?"
"Dat is een grote, donkere vogel."
"Een grote, donkere vogel? Hoe gek! Heb je hem wel eens gezien?"
"Nee, ik niet, maar de jongen wel."
"Echt?"
Terjemahan:
"Tahukah engkau yang dikatakan oleh para pelayan kita?"
"Apa itu?
"Di pohon besar berdiam sesosok genderuo!"
"Genderuo? Apakah itu?"
"Ia adalah burung besar berwarna hitam."
"Burung besar berwarna hitam? Bagaimana mungkin! Apakah engkau sudah pernah menyaksikannya?"
"Belum, kalau saya tidak pernah, namun para pemuda itu sudah."
"Sungguh?"
Dengan demikian, pada masa itu, genderuo dianggap memiliki wujud seperti burung besar berwarna hitam.
Selain itu terdapat kisah pula mengenai hantu suanggi dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:
Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.
Penulis: Larmoyeur, dengan ilustrasi oleh M. Witteveen
Penerbit: Zutphen-W.J. Thieme & Cie, 1949
Jumlah halaman: 218
Bahasa: Belanda
Buku ini mengisahkan mengenai legenda, cerita rakyat, dan cerita hantu beserta makhluk halus di berbagai penjuru Nusantara. Sebagai contoh adalah mengenai Nenek Loehoe di Saparua (halaman 16-18):
Nenek Loehoe of het kerkpad
De mensen van Ihamahoe moeten elke Zondag naar de kerk, en dat doen ze ook trouw. 't Is echter een lange wandeling, want de kerk staat ver buiten hun dorpje.
Op hun kerkgang ontmoeten ze vaak Nenek Loehoe. Ze heeft een gewone voet, maar haar andere voet is een paardehoef. Als ze kerkwaarts gaan, zit ze ergens aan de kant van de weg. Zo maar. Ze doet niets, vraagt hun ook niets. Ze zit daar maar. Maar ze moeten haar groeten. Alleen maar groeten. Iedereen moet dat doen en wee degene, die het laat. Die vergaat het niet goed. Iedereen doen het dan ook.
Terjemahan:
"Orang-orang yang berasal dari Ihamahoe harus pergi ke gereja setiap hari Minggu, dan mereka melakukannya dengan setia. Meskipun demikian, hal itu merupakan sebuah pengembaraan panjang, karena gerejanya terletak jauh di luar desa mereka.
Di jalan ke gereja mereka harus berjumla dengan Nenek Luhu. Ia mempunyai kaki seperti biasa, namun kaki satunya lagi berupa kaki kuda. Saat mereka pergi ke gereja, ia duduk di pojok jalan. Demikianlah. Ia tida melakukan apa-apa, tidak pula menanyakan apa-apa pada mereka. Ia hanya duduk saja. Namun mereka harus memberikan salam padanya. Masing-masing harus memberikan salah. Setiap orang harus melakukan dan tidak boleh ada yang lupa. Siapa yang lupa akan mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Setiap orang melakukannya pula..."
Selanjutkan dikisahkan ada anak yang lupa melakukannya dan pada saat pulang ke rumahnya mereka tersesat dan hanya berputar-putar saja. Mereka tidak dapat menemukan jalan pulang ke tempat kediamannya.
Selanjutnya pada halaman 23, dikisahkan mengenai hantu seorang keturunan Tionghoa bernama Ong Kie Hong:
"Op Ambon stierf eens een rijke Chinees. Hij heette Ong Kie Hong. Omdat hij zo rijk was, werd hij begraven op het Europese kerkhof..."
Terjemahan:
Di Ambon wafatlah seorang Tionghoa kaya. Namanya adalah Ong Kie Hong. Meski sangat kaya, ia dimakamkan di pekuburan Eropa..."
Meskipun demikian, karena bukan merupakan seorang Kristen, ia lantas muncul sebagai hantu, yakni dengan membawa kompor menyala di belakang lehernya, seraya berteriak meminta air.
Selanjutnya pada halaman 53 terdapat pula kisah mengenai genderuwo:
Berikut ini adalah percakapan dua orang wanita muda:
"Weet je wat onze djongos me verteld heeft?"
"Wat dan?"
"In die dikke boom woont een genderoeo!"
"Een genderoeo? Wat is dat?"
"Dat is een grote, donkere vogel."
"Een grote, donkere vogel? Hoe gek! Heb je hem wel eens gezien?"
"Nee, ik niet, maar de jongen wel."
"Echt?"
Terjemahan:
"Tahukah engkau yang dikatakan oleh para pelayan kita?"
"Apa itu?
"Di pohon besar berdiam sesosok genderuo!"
"Genderuo? Apakah itu?"
"Ia adalah burung besar berwarna hitam."
"Burung besar berwarna hitam? Bagaimana mungkin! Apakah engkau sudah pernah menyaksikannya?"
"Belum, kalau saya tidak pernah, namun para pemuda itu sudah."
"Sungguh?"
Dengan demikian, pada masa itu, genderuo dianggap memiliki wujud seperti burung besar berwarna hitam.
Selain itu terdapat kisah pula mengenai hantu suanggi dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh-contoh halamannya:
Berminat foto kopi hubungi ivan_taniputera@yahoo.com.