PERMAINAN ANAK-ANAK DI ZAMAN DAHULU LEBIH MENYEHATKAN
Ivan Taniputera
28 Maret 2014
Saya
mendapatkan buku yang sangat bagus dan menarik mengenai permainan
anak-anak di Jawa pada zaman dahulu. Adapun judul bukunya adalah
"Dolanan."
Banyak permainan-permainan itu tidak
pernah kita dengar lagi di masa sekarang. Sebagai contoh kita barangkali
sudah tidak pernah mendengar lagi
permainan "Oentjal Ngojak" yang secara harafiah berarti "Melempar dan
Mengejar":
permainan "Oentjal Ngojak" yang secara harafiah berarti "Melempar dan
Mengejar":
"Botjah-botjah ngadeg dadi rong larik
arep-arepan. Larikan sing sidji diarani: "bala ireng", sidjine: "bala
poetih", Goroe (X) ngadeg ana ing antarane larikan 2 maoe, ngoemboelake
dadon. Dadon maoe sing sasisih poetih lan sasisihe ireng. Manawa dadone
tibane ing lemah kang mloemah sing ireng, bala "ireng" koedoe mlajoe
menjang bentenge (kandang, papan ngoengsi), diojak karo bala "poetih"
diarah bisane katjandak..." (halaman 54)
arep-arepan. Larikan sing sidji diarani: "bala ireng", sidjine: "bala
poetih", Goroe (X) ngadeg ana ing antarane larikan 2 maoe, ngoemboelake
dadon. Dadon maoe sing sasisih poetih lan sasisihe ireng. Manawa dadone
tibane ing lemah kang mloemah sing ireng, bala "ireng" koedoe mlajoe
menjang bentenge (kandang, papan ngoengsi), diojak karo bala "poetih"
diarah bisane katjandak..." (halaman 54)
Terjemahan:
"Anak-anak
berdiri menjadi dua baris yang saling berhadap-hadapan. Baris yang satu
disebut "pasukan hitam," yang satu lagi: "pasukan putih." Guru (X)
berdiri ada di antara kedua barisan tadi, sambil melembarkan kartu.
kartu itu yang satu sisi berwarna putih dan sisi satunya lagi berwarna
hitam. Apabila kartunya saat jatuh ke tanah yang terbuka ke atas warna
hitam, maka pasuka hitam harus berlari ke bentengnya (kandang, atau
tempat mengungsi), dikejar oleh pasukan putih, sehingga ada yang dapat
tertangkap..."
berdiri menjadi dua baris yang saling berhadap-hadapan. Baris yang satu
disebut "pasukan hitam," yang satu lagi: "pasukan putih." Guru (X)
berdiri ada di antara kedua barisan tadi, sambil melembarkan kartu.
kartu itu yang satu sisi berwarna putih dan sisi satunya lagi berwarna
hitam. Apabila kartunya saat jatuh ke tanah yang terbuka ke atas warna
hitam, maka pasuka hitam harus berlari ke bentengnya (kandang, atau
tempat mengungsi), dikejar oleh pasukan putih, sehingga ada yang dapat
tertangkap..."
Permainan lainnya adalah Kebo Berik atau "Kerbau Bertarung" (halaman 34-35):
"Dolanan iki ora betjik jen dietjakake botjah wadon.
Botjah-botjah
diperang dadi rong golongan. Goeroe bandjoer gawe garis loro pada
lakoene, koerang loewih 5 m. Saben golongan ditata ngadeg saboerine
garis maoe, adep-adepan.
Saben golongan ana panggedene, ngadep ing boeri lan nata balane soepaja babag karo tandinge.
Goeroe
ngabani. Watara saprapate larikan pada madjoe mbrangkang kaja kebo arep
njoendang. Moengsoehe ija saprapating barisan, oega mbrangkang kaja
kebo. Bandjoer "berik", nanging adja nganggo sirah, moeng adoe karosan,
desek-desekan. Jen bisa ndesek tandinge nganti tekan saboerine garis,
oetawa bisa ngglimpangake, menang.
Anggone ndesek ora kena nganggo tangan oetawa sikil."
Terjemahan:
"Permainan ini kurang baik jika dilakukan oleh anak perempuan.
Anak-anak
dibagi menjadi dua golongan. Guru membuat dua garis, kurang lebih
panjangnya 5 meter. Masing-masing kelompok diatur berdiri di belakang
garis tadi, saling berhadapan.
Setiap kelompok ada pemimpinnya.
Berdiri di belakang dan mengatur anggota kelompoknya agar menang
pertandingan. Guru memberi aba-aba. Kurang lebih seperempat barisan
merangkat maju seperti kerbau yang hendak menanduk. Lawannya juga
seperempat bagisan, juga merangkak seperti kebau. Lalu mulai
"bertarung," tetapi jangan menggunakan kepala, hanya mengadu badan,
yakni saling berdesak-desakan. Yang bisa mendesak lawannya hingga mundur
ke belakang garis, atau dapat menjatuhkannya, adalah pemenangnya.
Saat mendesak lawan itu tidak boleh menggunakan tangan atau kaki."
Selain
itu masih banyak permainan-permainan lainnya, seperti Perang Doemoek
Pisan, Oemboel Bal, Ndjoepoeki Barang, Woeloeng Njamber Koetoek, dan
lain sebagainya. Semuanya banyak melibatkan gerak badan jasmani.
Dengan
demikian, maka permainan di zaman dahulu itu lebih menyehatkan karena
banyak melibatkan kegiatan jasmani. Berbeda dengan permainan zaman
sekarang yakni video games, yang tidak banyak melibatkan gerak tubuh
jasmani. Selain itu, permainan di zaman dahulu juga lebih banyak
melibatkan interaksi dengan orang lain dan dapat memupuk semangat kerja
sama beserta sportifitas.
Sumber.
Judul: Dolanan
Penulis : F.H.A. Claessen, M. Sadardjoen, S. Sastrasoewignja
Penerbit: Bale Poestaka, Batavia, 1941
Jumlah halaman: 89
Bahasa: Jawa