Rabu, 09 April 2014

AGAMA BUDDHA SEJATI DAN BUKAN SEJATI

AGAMA BUDDHA SEJATI DAN BUKAN SEJATI

Artikel Dharma ke-44, April 2014

Ivan Taniputera
9 April 2014




Saya mendapatkan gambar ini dari akun facebook พระครูวิสิฐ สรภาณ.

Karena gambar ini sangat mendalam maknanya, maka saya unduh dan jadikan ilustrasi bagi artikel Dharma ini. 
Agama Buddha sejati itu bukanlah yang tercantum dalam buku-buku. Meskipun buku tersebut dilabeli dengan "Dharma" atau istilah apapun bernuansa Buddhis tidak menjadikannya sebagai Agama Buddha sejati. Agama Buddha sejati tidak terletak pada kemampuan berdebat dan mempertahankan pandangannya sendiri (yang menurut anggapan dirinya sendiri atau sang "aku" adalah Agama Buddha sejati). Agama Buddha sejati tidak terletak pada kemampuan menganggap pandangan lain salah dan membenarkan pandangannya sendiri. Agama Buddha sejati tidak terletak pada kemampuan menunjukkan kesalahan pandangan atau agama lain. Agama Buddha sejati tidak terletak pada seberapa banyak literatur atau kepustakaan Buddhis yang telah kita baca. Agama Buddha sejati tidak terletak pada kemampuan kita mengucapkan kata-kata Dharma. Agama Buddha sejati tidak terletak pada kemampuan menarik garis pemisah antara "Dharma" dan "Adharma."

Lalu di mana dan bagaimanakah Agama Buddha sejati?

Agama Buddha sejati terletak pada kemampuan kita menciptakan nilai tambah bagi diri sendiri, kemanusiaan dan kehidupan semua makhluk. Apabila Anda menarik garis pemisah antara "Dharma" dan "Adharma" nilai tambah apakah yang Anda ciptakan bagi diri sendiri, kemanusiaan, dan kehidupan semua makhluk? Masih ada pembedaan berarti masih ada dualisme. Anda berhasil menunjukkan kesalahan pandangan atau agama lain, apakah nilai tambah bagi diri sendiri, kemanusiaan, dan kehidupan makhluk lain yang Anda berikan?

Mari amati diri sendiri terlebih dahulu, jika berhasil menyalahkan atau menyesatkan pandangan beserta agama lain dan melabelinya sebagai "Adharma," nilai tambah apakah yang Anda berikan bagi diri Anda sendiri? Apakah yang Anda dapatkan hanya rasa bangga yang justru semakin memperkuat ego atau keakuan Anda? Apakah semakin kuatnya ego dan keakuan ini merupakan nilai tambah bagi perjalanan spiritual Anda? Mari direnungkan.

Jangankan memberikan nilai tambah bagi kemanusiaan beserta semua makhluk, memberikan nilai tambah bagi diri sendiri pun tidak. Semua itu justru membuat kita terlena. Oleh karenanya kita harus sadar.

Buddhisme sejati adalah yang dapat memberi nilai tambah bagi diri sendiri, kemanusiaan, dan semua makhluk. Marilah tanyakan nilai tambah apakah yang sudah kuberikan? Ataukah aku hanya memberi makan bagi ego dan ke"aku"anku?

Semoga dapat mendatangkan manfaat sebagai bahan perenungan.