BELAJAR SESUATU HARUS BERTAHAP
Artikel Dharma ke-10, Agustus 2013
Ivan Taniputera
3 Agustus 2013
Renungan ini diambil dari Sutra Seratus Perumpamaan (Baiyujing,
百喻經, Taisho Tripitaka 209). Terdapat seorang kaya yang bodoh. Suatu
kali ia mengunjungi gedung tiga tingkat milik sahabatnya. Setelah
menyaksikan keindahan panorama dari tingkat ketiga, timbul keinginan
mendirikan bangunan tiga tingkat seperti yang dimiliki sahabatnya. Orang
kaya itu lalu mengundang seorang ahli bangunan yang mahir. Sang ahli
bangunan menyatakan kesanggupannya mendirikan bangunan seperti itu. Sang
orang kaya lantas memerintahkan agar ia segera bekerja. Ahli bangunan
kemudian mengukur tanah dan meratakannya. Namun, sewaktu orang kaya
melihat ahli bangunan beserta anak buahnya sedang bekerja, ia malah
marah-marah, "Apakah yang sedang kaulakukan? Aku hanya menginginkan
tingkat ketiganya saja. Aku tak menginginkan tingkat pertama maupun
keduanya." Sang ahli bangunan menjawab, "Tetapi mustahil mendirikan
tingkat ketiga tanpa tingkat pertama dan keduanya." Orang kaya berkata
dengan kesal, "Jadi engkau tak dapat mendirikan tingkat ketiganya saja?
Jika engkau tak sanggup, enyahlah dari hadapanku." Orang lantas
menertawakan kebodohan orang kaya tersebut.
Sebagaimana halnya mendirikan bangunan bertingkat, dalam mempelajari sesuatu kita harus bertahap. Kita harus belajar mulai dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Jika kita langsung mempelajari ilmu tingkat tinggi, maka dasar kita kurang kuat dan sulit mencapai hasil yang baik. Dalam bermeditasi kita juga perlu mempelajarinya secara bertahap. Jangan langsung mempelajari teknik-teknik meditasi tingkat lanjut. Demikian pula dalam melatih sadhana dalam Tantrayana, semuanya memerlukan tahapan-tahapan dalam pelatihan.
Kisah ini juga mengajarkan bahwa kendati kita sudah mempelajari ilmu tingkat tinggi, jangan meremehkan ilmu tingkat dasar. Kita hendaknya mengingat bahwa kita dulu juga belajar ilmu tingkat dasar. Mustahil bagi kita memahami kuliah di perguruan tinggi, tanpa duduk terlebih dahulu di jenjang pendidikan lebih rendah. Bahkan orang yang jenius sekalipun juga belajar secara bertahap, hanya saja bedanya mereka sanggup menyelesaikan tahapan-tahapan tersebut lebih cepat dibanding kita.
Matematika walau setinggi apapun, tetap mengandung tambah, kurang, kali, dan bagi; yakni sesuatu yang kita pelajari di bangku sekolah dasar. Marilah kita dengan sabar belajar sesuai dengan urutan dan tahapan yang ada.
Semoga bermanfaat.
Sebagaimana halnya mendirikan bangunan bertingkat, dalam mempelajari sesuatu kita harus bertahap. Kita harus belajar mulai dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Jika kita langsung mempelajari ilmu tingkat tinggi, maka dasar kita kurang kuat dan sulit mencapai hasil yang baik. Dalam bermeditasi kita juga perlu mempelajarinya secara bertahap. Jangan langsung mempelajari teknik-teknik meditasi tingkat lanjut. Demikian pula dalam melatih sadhana dalam Tantrayana, semuanya memerlukan tahapan-tahapan dalam pelatihan.
Kisah ini juga mengajarkan bahwa kendati kita sudah mempelajari ilmu tingkat tinggi, jangan meremehkan ilmu tingkat dasar. Kita hendaknya mengingat bahwa kita dulu juga belajar ilmu tingkat dasar. Mustahil bagi kita memahami kuliah di perguruan tinggi, tanpa duduk terlebih dahulu di jenjang pendidikan lebih rendah. Bahkan orang yang jenius sekalipun juga belajar secara bertahap, hanya saja bedanya mereka sanggup menyelesaikan tahapan-tahapan tersebut lebih cepat dibanding kita.
Matematika walau setinggi apapun, tetap mengandung tambah, kurang, kali, dan bagi; yakni sesuatu yang kita pelajari di bangku sekolah dasar. Marilah kita dengan sabar belajar sesuai dengan urutan dan tahapan yang ada.
Semoga bermanfaat.