KEJUJURAN
Artikel Dharma ke-4, Agustus 2013
Ivan Taniputera
2 Agustus 2013
Buddhadharma
tidak harus merupakan kumpulan kata-kata atau kalimat yang muluk dan
melambung tinggi, sehingga terkesan "indah" ataupun "sulit dipahami."
Buddhadharma sesungguhnya sangatlah sederhana dan dapat dijumpai dalam
kehidupan kita sehari-hari. Berikut ini adalah pengalaman saya yang
sungguh-sungguh terjadi terkait kejujuran. Peristiwanya terjadi pada
kurang lebih tahun 2002. Waktu itu saya sedang dalam perjalanan pulang
dari Jakarta ke Surabaya. Barang bawaan saya sungguh banyak dan berat.
Oleh karenanya, saya lantas meminta seorang anak yang biasa membawakan
barang agar membantu saya. Namun, pada saat itu saya datang terlalu awal
ke Stasiun Gambir, yakni kurang lebih pukul 20.00, padahal kereta api
tiba sejam kemudian.
Dengan demikian, saya
terpaksa menunggu selama sejam di tempat jalur keberangkatan kereta api.
Karena kereta apinya belum ada, saya meminta anak itu agar menaruh
barang-barang bawaan saya di lantai jalur keberangkatan kereta. Saya
membayar keseluruhan ongkos yang telah disepakati bersama dan anak itu
menjanjikan bahwa sejam kemudian dia akan datang lagi guna membantu saya
mengangkat barang bawaan dari lantai ke dalam gerbong. Anak itu lalu
meninggalkan saya. Sebenarnya saya tidak begitu berharap anak itu akan
kembali lagi. Saya pikir jika dia tidak kembali, dengan sedikit
mengerahkan lebih banyak tenaga, saya tetap akan berhasil mengangkatnya
ke dalam gerbong.
Akhirnya, setelah menunggu kereta api
yang akan membawa saya kembali ke Surabaya datang. Ternyata anak itu
menepati janjinya. Ia kembali lagi dan membantu saya mengangkati barang
bawaan ke dalam gerbong. Sungguh suatu teladan kejujuran yang luar
biasa. Bisa saja ia tidak kembali lagi karena telah menerima seluruh
pembayaran jasanya. Namun anak itu memegang teguh janjinya. Sebagai
penghargaan atas kejujurannya itu, saya memberikan tambahan uang.
Anak
itu mungkin hidup dalam kekurangan, sehingga ia harus bekerja hingga
larut malam. Kendati demikian, banyak orang yang telah bergelimang
kemewahan, masih melakukan tindakan-tindakan tidak halal demi
meningkatkan pendapatannya sendiri. Kecurangan di kalangan orang-orang
yang justru berkelimpahan harta duniawi makin meraja lela. Seandainya
mereka bisa belajar dari kejujuran anak kecil itu.
Di
manakah Hyang Buddha mengajarkan nilai kejujuran? Hyang Buddha
mengajarkan nilai kejujuran pada Kebenaran Mulia yang berbunyi samma
vacca (Pali) atau samyak vak (Sansekerta). Artinya adalah "ucapan
benar." Di sini kita hendaknya bersikap jujur dan tidak menipu atau
membohongi orang lain. Kejujuran juga adalah sesuatu yang utama dan
mulia dalam Agama Buddha.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat, tidak hanya bagi umat Buddha saja, melainkan seluruh umat manusia.