RAJA YANG MENGORBANKAN DIRI BAGI RAKYATNYA
Artikel Dharma ke-9, Agustus 2013
Ivan Taniputera
3 Agustus 2013
Kisah ini diambil dari Sutra Orang Bijaksana dan Orang Bodoh (賢愚經, Xianyujing,
Taisho Tripitaka 202), kisah ke-27. Kisah ini dibuka dengan pertanyaan
Ananda mengapa kelima orang pertapa yang dipimpin oleh Kaundinya dapat
mendengar pembabaran Dharma perdana oleh Hyang Buddha. Sebagai jawabannya, Hyang
Buddha meriwayatkan suatu kisah kehidupan masa lampau. Pada zaman
dahulu terdapat seorang raja penguasa dunia (cakravartin) bernama
Sudolagarne. Suatu kali seorang peramal mengatakan bahwa hujan tidak
akan turun selama lima belas tahun. Akibatnya, tentu saja akan timbul
bencana kekeringan dan kelaparan. Raja Sudolagarne lantas menghitung
jumlah persediaan gandum dan mendapati bahwa gandum tersebut hanya cukup
menghidupi rakyatnya selama dua belas tahun. Karenanya raja merasa
sangat sedih. Ia lalu berikrar agar dapat terlahir sebagai ikan besar,
sehingga sanggup memberi makan seluruh rakyat dengan dagingnya. Kemudian, Raja
Sudolagarne memanjat sebatang pohon dan menjatuhkan dirinya, sehingga
tewas. Ia terlahir sebagai ikan besar yang panjangnya lima ratus yojana.
CATATAN: 1 yojana kurang lebih 1,5 kilometer.
CATATAN: 1 yojana kurang lebih 1,5 kilometer.
Saat
itu, di sungai tempat ikan tersebut berada, terdapat lima orang
pemotong kayu yang sedang mencari makan. Sewaktu ikan raksasa itu
melihat mereka, ia mempersilakan mereka memakan dagingnya. Dengan
demikian, kelima orang pemotong kayu merupakan yang pertama dalam
memperoleh daging sang ikan. Mereka kelak terlahir sebagai lima orang
pertapa yang berkesempatan mendengar pembabaran Dharma pertama Hyang Buddha.
Sedangkan ikan tersebut kelak menjadi Buddha Shakyamuni.
Kisah
di atas sebenarnya mengajarkan mengenai kepemimpinan Buddhis, yakni
seorang pemimpin hendaknya bersedia mengorbankan diri bagi rakyatnya. Di
zaman sekarang, justru banyak pemimpin yang menindas rakyat atau anak
buahnya. Akibatnya, rakyat dan anak buah yang menderita. Ada pula
pemimpin yang tidak tahan banting, mendapatkan kritikan sedikit saja,
langsung mencurahkan isi hatinya di hadapan publik. Menjadi seorang
pemimpin yang baik memang tidak mudah, karena harus memiliki semangat
pengorbanan yang kuat. Apakah di zaman sekarang ini, masih ada pemimpin
yang baik? Marilah kita renungkan bersama.
Semoga bermanfaat.
CATATAN: Pembabaran Dharma pertama Hyang Buddha di Taman Rusa, Benares, dihadiri oleh lima orang pertapa yang dipimpin oleh Kaundinya.
CATATAN: Pembabaran Dharma pertama Hyang Buddha di Taman Rusa, Benares, dihadiri oleh lima orang pertapa yang dipimpin oleh Kaundinya.