JERAT-JERAT PARA PUTERI MARA
Artikel Dharma ke-16, Agustus 2013
Ivan Taniputera
6 Agustus 2013
Barangsiapa
yang mempelajari Agama Buddha tentunya sudah mengenal kisah Hyang
Buddha digoda oleh puteri-puteri Mara (iblis dalam Agama Buddha). Mereka
memamerkan sensualitasnya di hadapan Hyang Buddha dengan tujuan
menggoyahkan Beliau dari samadhinya. Para pakar Agama Buddha dewasa ini
yang berasal dari berbagai disiplin ilmu menciptakan beraneka ragam
teori mengenai godaan puteri-puteri Mara. Meskipun demikian, kita tidak
akan membahas berbagai teori yang rumit-rumit tersebut. Menurut saya,
ajaran Agama Buddha haruslah membumi dan tidak terlalu melambung tinggi.
Dharma bukan terletak di awang-awang melainkan di lingkungan sekitar
kita.
Sebenarnya godaan para puteri Mara itu tak pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir hingga semua insan membebaskan diri dari hawa nafsu keinginan rendah (tanha). Beberapa waktu yang lalu saat berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, terdapat gerai yang bertujuan memasarkan produksi rokok. Kita dapat menyaksikan para gadis pramuniaga dengan penampilan menggoda sedang menawarkan barang dagangannya pada para pengunjung pusat perbelanjaan. Di pusat-pusat perbelanjaan pun banyak gadis yang mengenakan busana menampilkan sensualitasnya. Saya juga pernah mendengar bahwa di perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk investasi juga memperkerjakan tenaga pemasaran wanita dengan penampilan menarik. Puteri-puteri Mara masih menampilkan tari erotisnya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa puteri-puteri Mara, baik zaman dahulu maupun sekarang senantiasa menampilkan sensualitasnya. Puteri-puteri Mara akan terus memamerkan sensualitasnya. Bagaimana dengan di vihara? Apabila ada umat wanita yang berpakaian dengan memamerkan sensualitasnya, apakah juga dapat disepadankan dengan puteri-puteri Mara? Silakan direnungkan bersama.
Marilah kita berpakaian rapi dan sopan saat ke vihara. Karena berpakaian rapi dan sopan adalah juga latihan spiritual.
Semoga bermanfaat.
Sebenarnya godaan para puteri Mara itu tak pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir hingga semua insan membebaskan diri dari hawa nafsu keinginan rendah (tanha). Beberapa waktu yang lalu saat berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan, terdapat gerai yang bertujuan memasarkan produksi rokok. Kita dapat menyaksikan para gadis pramuniaga dengan penampilan menggoda sedang menawarkan barang dagangannya pada para pengunjung pusat perbelanjaan. Di pusat-pusat perbelanjaan pun banyak gadis yang mengenakan busana menampilkan sensualitasnya. Saya juga pernah mendengar bahwa di perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk investasi juga memperkerjakan tenaga pemasaran wanita dengan penampilan menarik. Puteri-puteri Mara masih menampilkan tari erotisnya.
Kita dapat menyimpulkan bahwa puteri-puteri Mara, baik zaman dahulu maupun sekarang senantiasa menampilkan sensualitasnya. Puteri-puteri Mara akan terus memamerkan sensualitasnya. Bagaimana dengan di vihara? Apabila ada umat wanita yang berpakaian dengan memamerkan sensualitasnya, apakah juga dapat disepadankan dengan puteri-puteri Mara? Silakan direnungkan bersama.
Marilah kita berpakaian rapi dan sopan saat ke vihara. Karena berpakaian rapi dan sopan adalah juga latihan spiritual.
Semoga bermanfaat.