Selasa, 06 Agustus 2013

ILMU PENGASIHAN (ILMU PELET ATAU ILMU PEMIKAT)

ILMU PENGASIHAN (ILMU PELET ATAU ILMU PEMIKAT)

Artikel Dharma ke-15, Agustus 2013

Ivan Taniputera
6 Agustus 2013




Bahan renungan kita kali ini diambil dari Sutra Shurangama (Lengyanjing, Taisho Tripitaka 946). Pada bagian pembukaan sutra tersebut diriwayatkan mengenai Ananda yang terpikat oleh ilmu pengasihan seorang gadis. Oleh karenanya, demi menyadarkan Ananda dari pengaruh ilmu tersebut, Hyang Buddha lantas mengajarkan Dharani Shurangama. Apakah makna kisah di atas? Kemungkinan sebagian besar dari kita hanya menerima hikayat tersebut begitu saja, tanpa berusaha merenungkan lebih jauh. Oleh karenanya, pada kesempatan kali ini, kita akan mencoba merenungkan maknanya secara lebih mendalam.

Pertama-tama, uraian dalam Sutra Shurangama tersebut memperlihatkan bahwa Agama Buddha tidak menolak keberadaan ilmu-ilmu semacam itu, termasuk ilmu pengasihan atau yang juga dikenal sebagai ilmu pelet. Tujuan ilmu adalah memikat orang lain. Mungkin sebagian besar orang menganggap bahwa ilmu semacam ini sudah ketinggalan zaman. Namun anggapan demikian adalah anggapan yang sangat keliru.

Ilmu pengasihan atau ilmu pelet tidak pernah kadaluarsa, selamanya akan tetap ada, hanya saja bentuknya berubah. Ilmu pengasihan di zaman sekarang tetaplah ada. Sebagai contoh, mungkin di antara para pembaca yang pernah mempelajari desain grafis. Salah satu penerapannya adalah merancang kemasan sebuah produk, agar pembeli tertarik pembelinya. Dengan tujuannya juga "memikat," bukan? Oleh karenanya, ilmu semacam ini tentunya juga dapat digolongkan sebagai "ilmu pemikat." Ilmu semacam ini bekerjanya berdasarkan "wujud kasat mata," seperti bentuk, warna, dan lain sebagainya.

Para pemuda di zaman sekarang gemar mengenakan baju bermerk, mobil bagus, atau potongan rambut sedang tren agar dapat memikat gadis pujaan hatinya. Kalau di zaman dahulu, mungkin ilmu pengasihan atau pemikat dengan menggunakan sarana mantra-mantra serta kemenyan, namun kini ilmu itu telah berubah menjadi "mantra-mantra" berupa merk-merk modern yang belum tentu dapat dijangkau semua orang. Seorang gadis akan mudah terpikat melihat pemuda mengendarai mobil sport keluaran terbaru. Meskipun wujudnya berubah, namun tujuannya tetap sama, yakni memikat hati orang yang dikasihinya. Kemenyannya kini diganti dengan parfum bermerk yang mahal. Mungkin satu bulan gaji dapat dihabiskan guna membeli parfum semacam itu.

Meskipun demikian, ilmu pengasihan atau pemikat dapat pula disalah gunakan. Ini terjadi baik di zaman dahulu maupun sekarang. Banyak orang terpikat oleh program-program investasi yang menjanjikan keuntungan luar biasa. Beberapa waktu yang lalu, kita dapat membaca di berbagai surat kabar, mengenai orang-orang yang menjadi korban investasi palsu. Barangkali kita juga sering mendapatkan SMS bahwa kita menang undian tertentu. Namun itu semua hanya tipuan. Meskipun demikian, banyak juga orang yang tertipu dan kehilangan uangnya. Orang terpikat oleh janji-janji menggiurkan berupa keuntungan besar yang didapat dengan mudah tanpa perlu bekerja keras.

Bila kita merenungkan lebih jauh, sesungguhnya ilmu pemikat hanya dapat bekerja jika masih terdapat nafsu keserakahan dalam diri manusia (lobha). Seseorang yang sudah bebas dari segenap nafsu keinginan (tanha) tidak akan terpengaruh oleh kekuatan ilmu pemikat.

Sebagai penutup renungan ini, kita perlu senantiasa waspada terhadap segenap ilmu pemikat bertujuan tidak baik yang ada di sekitar kita. Apabila Ananda saja yang menghabiskan sebagian besar waktunya mengikuti Hyang Buddha dapat terkena ilmu semacam itu, tentunya kita harus lebih mewaspadai lagi agar tak terkena ilmu semacam itu. Kuncinya terletak pada pengendalian pikiran.

Semoga bermanfaat.